Oleh: Fitri Yuniati
Wabah Covid-19 telah memaksa perubahan tatanan kehidupan; bekerja, belajar, dan beribadah semua lebih banyak dilakukan di rumah. Saat pandemi ini ada banyak waktu bersama keluarga. Akan tetapi, jika masyarakat terlalu lama berdiam diri di rumah tentu bisa menimbulkan rasa ketidakharmonisan bagi keluarga.
Momentum pandemi Covid-19 sepertinya memang dimaksudkan agar kita lebih banyak mengenali kembali konstruksi bangunan rumah atau keluarga kita yang sebelumnya mungkin sering kita abaikan atau bahkan kita lupakan, padahal selama ini menjadi satu-satunya tempat yang relatif paling aman, nyaman, dan terlama untuk beraktivitas bagi kita berada.
Dalam Islam, keluarga yang harmonis adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Atau bisa diartikan dengan keluarga yang damai tenteram, penuh cinta kasih atau harapan, dan kasih sayang. Hal ini bisa menjadi landasan dalam berkeluarga, agar senantiasa mendapat keridhoan Allah swt.
Nabi Muhammad saw. telah menunjukkan kepada kita bagaimana menjaga ikatan keluarga dalam Islam. Beliau suka menghabiskan waktu bersama keluarga dan selalu mengingatkan keluarganya untuk tetap berada di jalan yang benar dan berbuat baik.
Baca Juga: Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan dalam Keluarga Sakinah
Berikut beberapa hal dari pelbagai literatur yang sedang dipelajari penulis untuk dilakukan dalam membentuk keluarga harmonis dan bahagia di masa pandemi:
Pertama, saling menjaga, mengingatkan dan meningkatkan ibadah keluarga. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan wa rahmah tidak akan terwujud bila pasangan tidak menjaga, mengingatkan, dan meningkatkan kewajiban ibadahnya dengan baik.
Kedua, bersama dan bersatu membangun model baiti jannati, yakni bagaimana sebagai sebuah rumah yang berkategori menjadi tempat terindah, tempat ternyaman, dan tempat yang paling ideal untuk membangun sebuah kehidupan.
Ketiga, kembali memperkuat koneksitas rasa emosional di antara masing-masing anggota keluarga, yang pada gilirannya akan merangsang motivasi untuk berkomunikasi secara lebih intensif.
Keempat, komunikatif. Senatiasa selalu aktif berkomunikasi dengan Allah, orang tua, mertua, pasangan, dan anak-anak. Adanya komunikasi intensif tentu akan memicu sharing banyak hal yang sudah pasti akan merangsang munculnya ide-ide kreatif, terutama ide-ide terkait upaya untuk terus memperbaiki level kenyamanan saat beraktifitas dirumah. Juga membuat kegiatan kegiatan yang menarik bersama anak anak.
Kelima, pandai mersyukuri nikmat. Semua orang di keluarga harus memperbanyak syukur kepada Allah dan terima kasih kepada pasangan. Hindari kebiasaan mengeluh, sebab itu tanda keimanan yang keropos dan mental yang sakit. Allah swt sudah memberi jaminan keberkahan dan kebahagiaan bagi setiap orang yang pandai bersyukur nikmat, maka akan ditambah nikmat-nikmat lainnya termasuk kualitas hidupnya (Q.S. Ibrahim [14]: 7).
Keenam, saling menghargai dan berlaku bijak terhadap keluarga. Selalu menghargai di keluarga, jadilah orang bijak yang selalu menjaga lisannya. Ali bin Abi Thalib ra. berkata, “lidah orang cerdas di belakang hatinya, dan lidah orang bodoh di depan hatinya”. Artinya, hanya orang bodoh yang tidak selektif terhadap kata yang akan diucapkan. Jangan pula asal terima semua informasi. Kita harus selektif terhadap informasi negatif tentang apapun, terutama tentang keluarga. Selalu melakukan tabayun atau klarifikasi, apalagi pada era banjir informasi seperti sekarang ini.
Ketujuh, menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga. Menghabiskan waktu berkualitas merupakan hal penting dalam menjaga ikatan keluarga. Kita bisa melakukan banyak kegiatan rekreasi bersama, saling bercerita, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan juga akan menumbuhkan cinta di tengah keluarga.
Semoga kita diberi kemampuan untuk meraih kedamaian, ketenteraman, dan kenyamanan keluarga. Artinya, “Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah sebagai tempat ketenangan…” (Q.S. An-Nahl: 80).
Menjadi impian kita, sebuah ungkapan yang sangat bermakna yaitu ‘baiti jannati’ atau ‘rumahku adalah surgaku’ menempatkan rumah bukan sekadar bangunan yang tersusun dari batu bata, beratap, berkeramik, mempunyai pagar, berhias ornamen-ornamen indah dan megah, tetapi rumah diumpamakan surga, yakni suatu tempat yang kita yakini penuh kebahagiaan abadi.
Luar biasa. Saat ini Allah Swt. telah memberikan pelajaran berharga terkait status rumah kita! Menjadikan rumah kita sesempurnanya rumah Allah, “baiti jannati”. Dan menjadikan keluarga kita senantiasa menjadi kelurga yang selalu menjaga komunikasi dan saling menghargai untuk mendapatkan ridho Alloh.