Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Setelah 29 finalis Gaharu Bumi Innovation Challenge melakukan presentasi kepada publik pada Sabtu (2/3) di Hotel Ciputra, Jakarta, di hadapan dewan juri dan publik, 9 kelompok menjadi pemenang Gaharu Bumi Innovation Challenge.
Para pemenang ini telah mengajak masyarakat luas untuk melakukan konservasi air, menghemat energi, memakai yang sudah ada, mengelola sampah, menanam pohon di bantaran sungai, menanam kopi minim sampah, mengelola lahan sehingga bisa mencukupi kebutuhan pesantren, dan membangun fasilitas pemukiman rakyat di bantaran sungai yang manusiawi dan berkelanjutan, sambil mengajak semua orang ikut menjadi penggerak perubahan.
Gaharu Bumi Innovation Challenge diadakan oleh Ashoka dan Kok Bisa dengan dukungan Kementerian Dalam Negeri dan Ford Foundation untuk menyebarluaskan semangat dan berbagai inovasi berharga yang telah dilakukan oleh para penggerak perubahan untuk memperlambat krisis iklim. Masing-masing peserta telah mampu membentuk tim, menggunakan kreativitas dan kesempatan yang mereka miliki untuk mewujudkan inovasi yang tepat sasaran bagi komunitas dan realitas yang mereka hadapi; yang berbeda satu sama lain, tetapi saling melengkapi dan menambah keragaman pendekatan untuk mengatasi krisis iklim.
Berikut adalah daftar pemenang Gaharu Bumi Innovation Challenge berdasarkan keputusan dewan juri yang berasal dari kalangan ahli, penggerak perubahan, pemerintah, sektor swasta, dan media.
Kategori Keluarga — 3 Inovasi Paling Menginspirasi (tanpa urutan pemenang):
* EcoEnzyme: Dari Sisa Jadi Cinta
“EcoEnzyme: Dari Sisa Jadi Cinta” menggerakkan keluarga untuk mengolah sisa makanan menjadi eco-enzyme yang bisa dipakai untuk beragam kebutuhan keluarga. Inisiator: Dewi Indriyani dan Dimas Prasetya Lokasi: DKI Jakarta
* Pakai Yang Ada
“Pakai Yang Ada” mengubah cara pandang dan perilaku di keluarga dan pesantren untuk menggunakan yang sudah ada sebagai cara implementasi 3-R. Inisiator: Abdul Aziz dan Nurun Sariyah Lokasi: Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur
* Pesantren Ekologi Ath-Thaariq
“Pesantren Ekologi Ath-Thaariq” membangun sistem yang melibatkan seluruh anggota pesantren untuk mengelola lahan dan semua sumber daya pesantren dengan keadilan ekologis sehingga pesantren dapat berswadaya pangan sambil melestarikan lingkungan selain menjadi tempat mendalami ilmu agama. Perwakilan pengelola pesantren: Nurmin Dewo dan Nursifa Patriani. Lokasi: Garut, Jawa Barat
Pemenang Kategori Orang Muda
Pemenang Pertama:
John Paul Green. “John Paul Green” membangun kesadaran menanam pohon, mengurangi sampah, dan mengolah sampah menjadi eco-brick di kalangan siswa sekolah menengah. Inisiator: Krisinthia K.B. dan S. Laura Lokasi: Maumere, NTT
Baca Juga: Resep Ala Aeshnina: Perjuangan Menyelamatkan Lingkungan
Pemenang Kedua:
Sa-Fun: Saving Energy is Fun. “Sa-Fu”n mendorong kesadaran akan konsumsi energi dan perilaku hemat energi melalui permainan yang interaktif dan menyenangkan. Inisiator: M. Atha dan Lareina H.A.M. Lokasi: Tangerang Selatan
Pemenang Ketiga:
Harverse. “Harverse” membangun rantai pasok kopi berkualitas yang juga ramah lingkungan dengan penanaman tumpang sari dan pengolahan limbah kopi sehingga petani semakin sejahtera dan lingkungan semakin lestari. Inisiator: Mohammad Wildan Aldiansyah, Nadia Elisabet Br. Hutapea. Lokasi: Malang, Jawa Timur
Pemenang Kategori Komunitas
Pemenang Pertama:
Jaga Semesta. “Jaga Semesta” mengajak masyarakat luas peduli akan mata air serta ikut serta merestorasi mata air yang rusak. Inisiator: Fainta Negoro Lokasi: DIY
Pemenang Kedua:
Paguyuban Kalijawi. “Paguyuban Kalijawi” membangun kekuatan kolektif masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Gajahwong sehingga hidup dengan lebih aman, layak dan memiliki ketahanan terhadap berbagai tantangan, termasuk krisis iklim. Inisiator: Ainun Murwani Lokasi: DIY
Pemenang Ketiga:
Koperasi Bima Lukar. “Koperasi Bima Lukar” membangun kesadaran peternak untuk menanam pohon di pinggir DAS Sedayu sehingga mendapatkan hijauan pakan ternak untuk ternak mereka sambil melindungi sungai dari sedimentasi. Inisiator: Maman Fansyah. Lokasi: Banjarnegara, Jawa Tengah. (Amelia Hapsari/sa)