Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – PP Muhammadiyah mengawali Pengajian Umum tahun 2024 dengan mengusung tema “Muhammadiyah dan Pemilu 2024”. Pengajian yang berlangsung secara daring pada Jumat (26/1) ini menghadirkan Agung Danarto, Tri Hastuti, dan Philip J. Vermonte sebagai narasumber.
Sebagai pengantar, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa pengajian umum ini merupakan bagian dari ikhtiar Muhammadiyah untuk memberikan pencerahan kepada warga persyarikatan Muhammadiyah dan masyarakat secara umum mengenai isu-isu mutakhir tentang kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.
Menurut Mu’ti, tema ini sengaja diangkat mengingat Pemilu 2024 berlangsung sebentar lagi. Apalagi, kalau merujuk ke keputusan Muktamar ke-48 Muhammadiyah, Muhammadiyah mendorong demokrasi dan demokratisasi di Indonesia dan suksesi kepemimpinan nasional 2024.
Mu’ti mengamati bahwa perjalanan demokrasi di Indonesia sejak reformasi berjalan secara dinamis. Sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan tanda-tanda tidak semakin meningkat. Berbagai kajian bahkan menunjukkan ada perkembangan yang mengkhawatirkan, yakni terjadi defisit demokrasi.
Dalam konteks itulah Muhammadiyah berusaha agar demokrasi bisa semakin baik. Mewakili Muhammadiyah, Mu’ti juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengawal agar Pemilu 2024 dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan konstitusi.
Baca Juga: Mengawal Pemilu 2024
Muhammadiyah berkepentingan agar proses suksesi kepemimpinan 2024 tidak sekadar proses pergantian kekuasaan atau kepemimpinan, tetapi menunjukkan proses demokrasi yang bermartabat. “Ini tentu demokrasi yang meniscayakan adanya etik dan etika, selain memang konstitusi dan peraturan yang melekat dengannya,” kata dia.
“Demi mencapai kekuasaan, demi mencapai kemenangan, tentu tidak seharusnya kita melakukan segala macam cara, termasuk misalnya dengan cara-cara yang melanggar konstitusi,” imbuh Mu’ti.
Mu’ti menerangkan bahwa proses demokrasi termasuk dalam wilayah muamalah duniawiyah, karena itu ada ruang berijtihad untuk mencapai kemaslahatan bersama. Ia lantas mengajak semua pihak menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi proses demokrasi yang ditandai dengan sikap arif dan bijaksana dalam menentukan pilihan dan menghormati orang yang berbeda pilihan.
“Jangan sampai karena perbedaan pilihan, kemudian kita bertikai satu dengan yang lain. Jangan sampai karena perbedaan pilihan, kemudian kita jatuh ke dalam perpecahan,” pungkas Mu’ti. (sb)