Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pengajian Tarjih Muhammadiyah edisi Rabu (17/11) menghadirkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti sebagai narasumber. Pengajian Tarjih kali ini mengusung tema “Moderasi Beragama dalam Prespektif Muhammadiyah”.
Abdul Mu’ti mengatakan, Muhammadiyah sejak awal konsisten menggunakan konsep moderasi dengan berbagai argumen yang menyertainya. Konsep moderasi ini dikembangkan di dalam gerakan Muhammadiyah merujuk kepada konsep wasathiyyah Islam yang landasannya berdasarkan beberapa ayat al-Quran.
Mu’ti juga menjelaskan bahwa Islam merupakan agama wasathiyyah. Artinya, Islam adalah agama yang sempurna yang di dalamnya umat Islam diajarkan untuk hidup seimbang antara material dengan spiritual, duniawi dengan ukhrawi.
Baca Juga: Merekat Persatuan dengan Islam Wasathiyah
Dalam proses menerjemahkan sikap moderat itu, lanjut Mu’ti, harus ada kemampuan mengkomunikasikan pandangan kita dengan sebaik-baiknya. Salah satu wujud sikap moderat adalah dengan tidak merasa diri yang paling benar.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, ada sepuluh nilai yang melekat di dalam nilai Islam wasathiyah, yakni: (a) tawashut, mengambil jalan tengah, yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrad dan tidak tafrid; (b) tawazun, artinya seimbang; (c) i’tidal, yakni harus lurus dan tegas; (d) tasawuf, toleran; (e) egaliter; (f) musyawarah; (g) reformasi; (h) aulawiyah, yakni mendahulukan yang prioritas; (i) dinamis dan inovatif, dan; (j) senantiasa menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban. (silvi)