Berita

Agung Danarto Jelaskan Titik Beda Muhammadiyah dengan Salafi

Pengajian Ramadan 1444 H PP Muhammadiyah

Yogyakarta, Suara ‘AisyiyahHari kedua Pengajian Ramadan 1444 H PP Muhammadiyah mengangkat tema “Islam Berkemajuan di antara Mazhab-mazhab dalam Islam: Pendekatan Teologis dan Teleologis”. Mengawali diskusi, Agung Danarto menjelaskan tentang akar persamaan dan perbedaan antara Muhammadiyah dengan Salafi-Wahabi.

Dalam hal ini, Agung tidak melakukan generalisasi terhadap gerakan Salafi-Wahabi. Setidaknya, gerakan itu terbagi menjadi tiga bentuk, yakni Salafi Sururi, Salafi Yamani, dan Salafi Jihadi.

Ketua PP Muhammadiyah itu menjelaskan bahwa persamaan dan perbedaan keduanya merupakan bentuk dari penerjemahan dan penerimaan atas pemikiran keislaman beberapa tokoh pembaru muslim. Persamaannya adalah bahwa antara Muhammadiyah dan Salafi-Wahabi punya semangat purifikasi. Bedanya adalah pada cara, metode, perangkat, dan implementasi pemahaman keislamannya.

Beberapa titik perbedaan antara keduanya menurut Agung adalah sebagai berikut: pertama, Muhammadiyah memahami al-Quran dan as-Sunnah menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam, sedangkan Salafi memahaminya secara literal; kedua, Muhammadiyah menerima kemodernan dan melakukan modernisasi, sedangkan Salafi menolah modernisasi, tapi menerima produk teknologinya.

Baca Juga: Muhammadiyah dan Pembaruan Islam

Ketiga, Muhammadiyah berdakwah kepada muslim dan non-muslim, sedangkan Salafi hanya kepada muslim saja; keempat, Muhammadiyah ikut mendirikan dan memperjuangkan NKRI agar menjadi baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, sedangkan Salafi haraki dan jihadi ingin mengganti dengan negara Islam.

Selanjutnya, Agung juga menjelaskan perbedaan keduanya dalam konteks peran dan posisi perempuan. “Menurut Muhammadiyah, perempuan memiliki peran domestik dan publik. Perempuan boleh menjadi pejabat publik dan boleh bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan terjaga dari fitnah,” ujar Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, Sabtu (25/3).

Sementara itu, kata dia, Salafi memandang bahwa perempuan hanya memainkan peran di sektor domestik. Adapun sektor publik hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Selain itu, perempuan juga harus bepergian bersama mahramnya.

Agung memandang bahwa meskipun terdapat persamaan antara keduanya, perbedaan-perbedaan itu perlu diketahui oleh warga Persyarikatan. Dengan begitu, identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan makin jelas. (sb)

Related posts
Berita

Irman Gusman Berkomitmen Jadikan Masjid Taqwa Muhammadiyah Ikon Religius Sumatera Barat

  Padang, Suara ‘Aisyiyah – Anggota DPD RI, Irman Gusman, mengadakan kegiatan reses di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Sumatera Barat, pada Senin (16/12)….
Lensa Organisasi

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) merupakan seperangkat nilai dan norma islami yang bersumber pada al-Quran dan as-Sunah yang dijadikan pola tingkah…
Hikmah

Ijtihad Kalender Islam Global Muhammadiyah

Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar* Muhammadiyah adalah organisasi yang memiliki karakter progresif dan berkemajuan. Di antara karakter itu tampak dari apresiasinya terhadap…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *