Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Selasa (27/02), Unit XIII.B.2 dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler periode 119 dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar program inovatif “Simulasi dan Praktik Pembuatan Pupuk Organik” dari Kotoran Kambing di Bibis, Srandakan.
Program tersebut dilaksanakan secara kolaboratif dengan perwakilan dari Badan Pelatihan Pertanian (BPP), Taufik Nur Hidayat, dan Kelompok Tani Bibis. Praktik dari program ini dilaksanakan di lingkungan sekitar kandang kambing milik warga setempat, Sumiyartono (50).
Tia Sandy Widyastuti (21), mahasiswi dari program studi Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan sekaligus penanggung jawab program pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing ini memaparkan tujuan dari inisiatif tersebut.
“Sejak awal kami melakukan survey di Pedukuhan Bibis ini, kami melihat banyak sekali perkebunan dan peternakan kambing dan sapi. Oleh karena itu, kami melihat sebuah potensi untuk mengolah kembali limbah ternak yang kemudian dapat menjadi sebuah produk yang inovatif dan bermanfaat bagi para petani di Bibis.”
Baca Juga: Stres Pasca-Trauma Kekerasan Seksual dan Penanganannya
Program ini didampingi langsung secara resmi oleh pihak Badan Pelatihan Pertanian (BPP) setempat. Taufik Nur Hidayat A.Md, selaku supervisor dan pembicara acara memaparkan pentingnya penggunaan pupuk organik di sektor pertanian Bibis.
“Sekarang itu pupuk kimia harganya sudah cukup meroket. Subsidi dari pemerintah pun sudah tidak begitu membantu, sedangkan kebutuhan pupuk bagi para petani di Bibis ini cukup tinggi. Oleh karena itu, inovasi dan variasi pupuk organik memang sangat dibutuhkan karena bahan-bahan dasarnya menggunakan limbah ternak warga setempat, biayanya pun juga tidak mahal, dan proses pembuatannya juga relatif mudah. Tidak ribet walau nunggunya agak lama. Manfaatnya pun juga besar, seperti dapat menjaga stabilitas zat-zat alami yang ada di tanah sehingga tanahnya tetap subur.”
Proses pembuatan dan fermentasi pupuk organik dari kotoran kambing pun mudah. Petani hanya perlu mencampurkan larutan EM4 dan molases ke dalam ember berisi air. Kemudian, setelah diaduk, larutan campuran tersebut didiamkan kurang lebih selama dua sampai lima menit. Setelah itu disiramkan secara merata ke kotoran kambing yang telah disiapkan, ditutup menggunakan plastik lebar atau terpal, dan didiamkan selama kurang lebih dua puluh hari. Hal ini dilakukan agar amonia yang terkandung hilang.
Program ini tidak hanya menjadi langkah positif dalam pengelolaan limbah, tetapi juga berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut. Upaya ini mencerminkan komitmen mahasiswa untuk berkontribusi dalam pengembangan pertanian berkelanjutan dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. (Landung)