Konsultasi Keluarga

Anak Saya Takut Tempat Keramaian

anak trauma

Pertanyaan:

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya ibu rumah tangga yang tinggal di kota Sg serta mempunyai seorang anak perempuan yang berusia sekitar 13 tahun dan duduk di kelas 8 (2 SMP). Anak saya beberapa tahun belakangan ini lebih suka menyendiri dan pendiam. Dia hanya mau bergaul dengan satu teman perempuan yang satu sekolah dari SD hingga SMP, dan rumahnya berdekatan dengan rumah kami.

Dulu, semenjak TK sampai kelas 3 SD, cara bergaul anak saya biasa saja. Namun, semenjak akhir kelas 3 SD, dia sering ngambek dan tidak mau ke sekolah dengan alasan sakit perut dan terlihat diare. Saat siang, sakit perutnya hilang dan tampak sehat. Akhirnya, saya paksa dia bersekolah walau berangkatnya menangis. Dia kemudian mau bersekolah kalau ditunggu di luar kelas sampai sekitar satu minggu. Sejak itu, anak saya suka menyendiri di sekolah dan hanya mau bergaul dengan teman satu bangku yang saya sebutkan di atas.

Temannya tadi pernah bercerita bahwa anak saya dulu sering diejek oleh beberapa teman, bahkan pernah diejek beramai-ramai karena hal sepele. Anak saya lalu lari sambil menangis ke pojok sekolah yang sepi, tetapi mereka yang mengejek tetap mengejar. Dia tidak mau masuk kelas walau dibujuk gurunya sehingga saya harus menjemputnya. Beberapa hari setelah itulah anak saya tidak mau bersekolah.

Sampai sekarang, anak saya tidak suka, seperti ketakutan, dan ingin selalu berdekatan dengan saya kalau diajak bepergian ke tempat ramai. Ketika ada acara penutupan sekolah, dia juga tidak mau datang. Alhamdulillah, gurunya memahami.

Di rumah, dia juga tampak gugup bila saya berkata keras karena kesalahan yang dilakukan. Kemudian, dia lari ke kamar, menangis, dan mendiamkan saya. Alhamdulillah, dia mau masuk ke SMP yang kebetulan sama dengan teman satu-satunya itu, tetapi tetap tidak berkawan dekat dengan yang lain.

Kak ‘Aisy, begitulah kondisinya. Semoga saya bisa mendapat penjelasan tentang keadaan anak saya dan cara penyembuhannya. Perlu diketahui bahwa prestasi anak saya di sekolah tergolong baik. Nilai rata-ratanya setara angka 7 atau delapan, meskipun bukan yang tertinggi. Terima kasih atas jawaban yang diberikan.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ibu SF di Sg

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Ibu SF, terima kasih atas kepercayaan Ibu menyampaikan permasalahan yang dihadapi. Tentu, tidak nyaman bila kita menghadapi kondisi kesehatan jiwa ananda. Tampaknya, anak Ibu mengalami trauma mendalam terhadap pengalaman yang menyakitkan hati ketika kecil dan masih membekas dalam jiwanya. Namun, anak Anda masih berusia remaja awal, sehingga diharapkan bekas-bekas yang mendera kejiwaannya belum terlalu kuat. Oleh karena itu, semoga masih mudah disembuhkan..

Anak Anda terlihat mengalami fobia, yaitu ketakutan yang sangat terhadap benda atau kondisi yang tidak jelas, dan sebenarnya tidak membahayakan. Obyek dari fobia bermacam-macam, bisa binatang kecil, gambar tertentu, pandangan orang, maupun tempat tinggi, gelap, tertutup, atau keramaian.

Biasanya semasa kecil, seseorang yang memiliki fobia pernah mengalami kondisi yang traumatis terhadap sesuatu sehingga menimbulkan ketakutan yang mendalam dan menggoncang jiwanya.

Fobia yang anak Ibu rasakan adalah rasa takut mendalam terhadap ancaman perlakuan yang tidak menyenangkan dan menyakitkan bila berada di tempat keramaian. Bila terpaksa berada di tempat-tempat tersebut, dia akan mengalami kegugupan dan atau ketakutan. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menghindari bertemu orang banyak.

Fobia dapat disembuhkan, tetapi memerlukan waktu serta bantuan konselor. Jika tingkat fobianya sangat berat, memerlukan bantuan dokter ahli penyakit jiwa. Alhamdulillah, anak Ibu masih muda dan tetap mau sekolah yang berarti berada di kelas bersama dengan anak-anak lain.

Ibu bisa mencoba menghubungi guru bimbingan konseling (BK) atau konselor pendidikan di sekolah dan menyampaikan keadaan anak Ibu. Harapannya, guru BK bisa melatih anak ibu untuk berhubungan dengan orang lain, misalnya memberi tugas kelompok untuk beberapa orang yang menyertakan sahabat anak Ibu sebagai salah satu anggotanya.

Guru BK juga bisa menghubungkan Ibu dengan konselor yang biasanya dihubungi sekolah bila diperlukan. Sementara itu, Ibu juga bisa membiasakan anak berinteraksi dengan orang lain, misalnya mengunjungi keluarga yang mempunyai anak seusia maupun diajak berbelanja ke tempat yang tidak terlalu ramai. Ibu juga bisa meminta tolong sahabat anak Ibu untuk belajar bersama di rumah dengan dua atau tiga teman sekelasnya. Semoga fobia anak Ibu bisa pelan-pelan berkurang dan sembuh sepenuhnya.

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh

Susilaningsih Kuntowijoyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *