Tokoh

Andi Rasdiyanah, Rektor Perempuan Pertama Perguruan Tinggi Islam Negeri Itu adalah Kader Aisyiyah

Andi Rasdiyanah

Andi Rasdiyanah lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 14 Februari 1935. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil, sehingga ia harus mengandalkan bantuan kakaknya yang tertua untuk bisa melanjutkan sekolah.

Rasdiyanah menempuh pendidikan dasar dan lanjutan menengah di Madrasah Muallimat Muhammadiyah Bulukumba. Selepas ketiga kakaknya wafat, ia lalu merantau ke Yogyakarta dan melanjutkan studi di Madrasah Muallimat Yogyakarta.

Lulus dari Madrasah Muallimat Yogyakarta, Rasdiyanah melanjutkan studi di Fakultas Hukum Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga. Sembari belajar, ia juga aktif berorganisasi. Rasdiyanah merupakan kader Nasyiatul ‘Aisyiyah, sebuah wadah organisasi bagi kader muda ‘Aisyiyah.

Rasdiyanah dikenal sebagai perempuan yang cerdas. Tidak hanya di bidang akademik, tapi juga di bidang sastra. Pengetahuannya tidak terbatas pada hal ihwal agama, tapi juga pengetahuan umum.

Kecerdasan dan perhatian Rasdiyanah terhadap pendidikan mengantarkannya menjadi Rektor IAIN Alauddin Makassar (dulu Ujung Pandang). Waktu itu, ia dilantik langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Munawir Syadzali bertepatan dengan 1 Juni 1985. Pengangkatan itu membuat namanya kian melambung.

Baca Juga: Mengenal Siti Baroroh Baried, Pelopor Kiprah Internasional ‘Aisyiyah

Ia merupakan perempuan pertama yang menjadi rektor IAIN di Indonesia. Selain itu, ia juga tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi rektor di wilayah Indonesia Timur. Ketika diamanahi menjadi rektor, Rasdiyanah sebenarnya belum berstatus guru besar. Namun, kemampuannya tidak ada yang meragukan. Sebelumnya, ia terlebih dahulu menduduki jabatan Wakil Rektor di Institut yang sama.

Dilansir dari uin-alauddin.ac.id, digambarkan bahwa kepemimpinannya merupakan perpaduan antara seorang birokrat, intelektual, dan sosok ibu. Setelah menjabat sebagai Rektor IAIN Alauddin dua periode berturut-turut (1985-1989 dan 1989-1993), Rasdiyanah mendapat amanah sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Hidup Berdikari

Ketokohan Andi Rasdiyanah pernah diulas dalam Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi Agustus 1985 di bawah judul “Berdikari Perlu Dipersiapkan Sejak Masih di Bangku Sekolah”. Ulasan itu menjelaskan bahwa Rasdiyanah merupakan sosok ibu asuh. Ia mengasuh tidak kurang dari 20 orang untuk dibimbing perihal agama.

Rasdiyanah menikah dengan Amir Said pada 1962. Dari pernikahan itu ia dikarunia 6 (enam) anak: lima perempuan dan satu laki-laki. Kepada anak-anaknya, ia melatih mereka hidup dengan kedisiplinan yang tinggi. Ia juga mendidikan mereka dengan pendidikan agama yang ketat.

Ia mempunyai empat resep dalam mengarungi hidup, yakni ketenangan, pengendalian diri, ketekunan, dan kecermatan. Dengan empat resep itulah ia mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan lancar, berimbang, dan terpadu.

Atas jasanya, di usianya ke-75, UIN Alauddin Makassar mempersembahkan buku Refleksi 75 Tahun Prof Dr Andi Rasdiyanah: Meneguhkan Eksistensi Alauddin. Secara pribadi, Rasdiyanah juga menulis beberapa karya, seperti Bugis Makassar dalam Peta Islamisasi Indonesia dan kumpulan Puisi Al-Quran. Karya-karyanya pernah menjadi bahan diskusi di Dewan Kesenian Makassar. (bariqi)

Related posts
Lensa OrganisasiSejarah

Di Mana Aisyiyah Ketika Masa Revolusi Indonesia?

Oleh: Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi* Tahun ini, Indonesia telah memasuki usia yang ke-79. Hal ini menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu…
Berita

107 Tahun Aisyiyah, Perkuat Komitmen Menjawab Berbagai Problem Kemanusiaan Semesta

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta” ‘Aisyiyah  akan memperingati miladnya yang ke-107 tahun pada 19 Mei…
Berita

Tri Hastuti Dorong Warga Aisyiyah Kawal Demokrasi di Indonesia

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Menghadapi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, banyak pertanyaan dari warga ‘Aisyiyah menyangkut pilihan dan keberpihakan ‘Aisyiyah. Sekretaris Umum…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *