Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Saat ini, iklim pers Indonesia sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Pers Indonesia mengalami tantangan besar, baik tantangan pasar maupun idealisme pers itu sendiri.
Pernyataan itu disampaikan Asmono Wikan, Anggota Dewan Pers, dalam forum yang diselenggarakan oleh Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (MPI PP) Muhammadiyah yang bekerja sama dengan Majalah Suara Muhammadiyah (SM), Rabu (23/8). Diskusi yang berlangsung di SM Tower & Convention itu mengusung tema “Muhammadiyah dan Media: Kiprah Dakwah Pencerahan di Abad Kedua”.
Ia menggambarkan situasi pers saat ini yang dipenuhi oleh jurnalisme receh yang sekadar mempertimbangkan algoritma media. Sementara itu, konten-konten yang berkualitas tidak dihampiri. Menurutnya, kondisi ini berkaitan juga dengan daya baca masyarakat Indonesia yang rendah.
Baca Juga: Berperan dalam Pers dan Literasi Publik, Majalah SM Layak Jadi Warisan Budaya
Asmono menegaskan bahwa di tengah situasi yang sedang tidak baik-baik saja itu, tidak ada yang bisa menjamin lembaga media akan sustain. Oleh karena itu, agar mampu sustain, ia mengusulkan agar “Suara Muhammadiyah memperkuat dan mempertahankan basis pembaca dari warga Muhammadiyah”.
Redaktur Pelaksana Majalah Suara Muhammadiyah, Isngadi Marwah mengungkapkan bahwa semangat dasar yang diusung Suara Muhammadiyah sejak dulu hingga kini adalah untuk meneguhkan, mencerahkan, dan menggembirakan umat dan bangsa Indonesia.
Isngadi mengaku ada obrolan menyangkut masa depan Suara Muhammadiyah di tengah runtuhnya beberapa media cetak nasional Indonesia. Mengutip pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, ia menegaskan bahwa Suara Muhammadiyah akan terus bertahan di tengah gempuran zaman. (Sb)