Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Dalam Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015, Muhammadiyah menetapkan ekonomi sebagai pilar gerakan ketiga, setelah pendidikan dan pelayanan sosial. Penetapan ini, kata Anwar Abbas selaku Ketua PP Muhammadiyah, tidak lepas dari keinginan Muhammadiyah untuk dapat memberi kontribusi lebih bagi umat dan bangsa.
Menurut Abbas, dua pilar Muhammadiyah sebelumnya sama-sama bersifat nirlaba. Keduanya digerakkan tidak dengan orientasi profit. “Bukan berarti kita tidak mencari profit, tetapi kalau mendapatkan profit, profit itu tidak dibagi, tetapi dikelola kembali untuk pendidikan atau pelayanan sosial,” terangnya dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat (11/2).
Dalam pengajian bertema “Industri dan Wisata Halal: Tantangan, Peluang, dan Pengembangan” tersebut, Abbas menjabarkan bahwa salah satu titik lemah umat Islam, termasuk di dalamnya warga Muhammadiyah adalah ekonomi dan bisnis. Dalam konteks itulah Muhammadiyah menetapkan ekonomi sebagai pilar ketiga gerakannya.
Usaha untuk membangun pilar ketiga ini, menurut Abbas, secara serius sudah dimulai sejak sekitar 3 tahun yang lalu. Hanya saja, hasil yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan.
Belum tercapainya target dan harapan itu tidak dapat dilepaskan dari minimnya sumber daya kader yang piawai sebagai pebisnis. “Masalahnya, untuk bisa maju di bidang ekonomi, SDM-nya harus kuat, terutama dalam hal mentality,” ujarnya.
Dalam pengamatan Abbas, masih sedikit pengurus Muhammadiyah di berbagai tingkatan yang menjadi pengusaha. Oleh karenanya, mentalitas warga Muhammadiyah harus digerakkan dari mentalitas pegawai ke mentalitas pengusaha. (sb)