Oleh: Wakhidah Noor Agustina*
Dalam pendidikan Islam sebenarnya konsep merdeka belajar sudah ada, bahkan sudah diterapkan. Hal ini terbukti dengan perintah Allah swt. dalam Q.S. al-‘Alaq dengan kata “iqra!” yang merupakan perintah “membaca”.
Budaya baca menjadi salah satu barometer dalam mengukur kualitas sebuah bangsa, sehingga proses pendidikan tidak bisa lepas dari kegiatan membaca. Pada masa Rasulullah saw., konsep ini juga sudah diterapkan.
Rasulullah mampu menjadikan lembaga pendidikan sebagai tempat yang menyenangkan dan merdeka dalam mengambil i’tibar dan hikmah yang didapatkan oleh para sahabatnya. Berbagai metode dan pendekatan beliau terapkan, seperti metode interaktif, dialogis, teladan, kisah, dan banyak lainnya yang bersifat fun learning.
Pergeseran fenomena global yang telah berlangsung sangat cepat berhasil mengubah tantanan dunia yang memberikan dampak juga dalam bidang pendidikan. Pasca pandemi Covid-19, kita harus memastikan bahwa tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam bidang pendidikan, sehingga perlu adanya transformasi dan perluasan ruang belajar dengan pendekatan terpadu yang memungkinkan kegiatan literasi sebagai implementasi pembelajaran sepanjang hayat.
Tujuan pemerintah Indonesia membuat kurikulum merdeka di antaranya adalah untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19, agar pendidikan di Indonesia dapat seperti di negara maju. Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi siswa dalam memilih hal yang diminatinya.
Kegiatan literasi selaras dengan kurikulum merdeka, karena mencakup keterampilan agar tercipta interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Literasi menjadi fokus utama dalam pengembangan kurikulum merdeka, selain keterampilan numerasi.
Baca Juga: Pentingnya Literasi Digital bagi Keluarga
Penting bagi kita sebagai orang tua untuk turut meningkatkan kemampuan literasi anak dan membekalinya dalam mengarungi merdeka belajar, di antaranya dengan:
Pertama, menjadi teladan. Anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua, bukan yang dikatakan oleh orang tua. Nasihat yang akan diterima dan sangat bermanfaat adalah nasehat yang tidak hanya diucapkan, melainkan diwujudkan dalam perbuatan.
Saat kita bersemangat untuk memperbaiki kondisi masyarakat, maka kita mulai dengan memperbaiki diri sendiri. Kita harus dapat menjadi penyeru tanpa melalui lisan, tetapi dapat dilihat dari kejujuran, watak, dan kesungguhan kita.
Kedua, sediakan buku sesuai perkembangan. Salah satu cara efektif dalam mendidik adalah dengan menumbuhkan minat baca. Mendidik anak bukan sesuatu yang mudah, terutama dalam mengimbangi perkembangan zaman, sehingga orang tua harus terus belajar dan mengikuti perubahannya agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan sang anak.
Ali bin Abi Thalib pernah berpesa, “ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamnnya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.
Ketiga, berikan keleluasaan membaca buku yang digemari. Orang tua memiliki peran penting dalam mengontrol kegemaran anak. Berikanlah buku yang baik kepada anak, karena tidak semua buku berdampak baik bagi perkembangannya.
Memberikan buku yang berkualitas akan menumbuhkan karakter positif anak. Orang tua berperan dalam memfilter bacaan yang menyehatkan atau yang menyesatkan.
Keempat, ajak membaca bersama. Mengajak anak mengunjungi toko buku atau perpustakaan untuk membaca bersama. Makin sering anak didekatkan dengan buku sejak dini, maka akan menjadikannya lebih senang dengan aktivitas membaca.
Kelima, menumbuhkan budaya literasi yang nyaman dalam keluarga. Peran keluarga, utamanya ibu sebagai madrasah pertama bagi anak akan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak, termasuk dalam menumbuhkan minat baca dalam suasana yang nyaman di rumah.
Keenam, berikan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan memperbanyak membaca. Beberapa faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam pengembangan diri seseorang adalah rasa percaya diri, memperbanyak literasi terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, dukungan lingkungan keluarga, akses yang luas dalam memperoleh informasi, terampil mengatur langkah untuk mencapai tujuan, dan dapat bekerja sama dalam tim.
***
Dengan membaca, kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu dari amal jariyah yang dapat menjadi bekal kita ketika berpulang ke rahmatullah. Manusia dibekali dengan akal agar dapat membaca dan menuntut ilmu. Akal berfungsi sebagai pembeda manusia dengan makhluk lainnya yang harus kita manfaatkan untuk menuntut ilmu, sehingga siap dengan segala tantangan dan perubahan yang terjadi.
*Sekretaris Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kudus dan Guru SMA Negeri 2 Kudus