Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Bedah Karya Sejarah Muhammadiyah kali ini membahas tentang Askar Perang Sabil (APS) serta kontribusi dari Muhammadiyah pada masa revolusi. Kegiatan yang berlangsung pada pada Senin (9/8) itu menghadirkan Dosen Departemen Sejarah Universitas Gajah Mada, Nur Aini Setiawati.
Mengawali kegiatan, Teguh Imami selaku moderator menjelaskan sekilas tentang perjuangan umat Islam dalam mempertahankan kedaulatan RI pasca kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agusutus 1945, menurutnya, terdapat banyak pihak yang ingin merenggut kembali kemerdekaan Indonesia secara paksa, termaasuk para ulama.
Secara lebih komprehensif, Nur Aini Setiawati dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam turut terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui perjuangan ulama dan kader-kadernya. Pada saat itu, lanjutnya, ulama Muhammadiyah membentuk dua gerakan, yaitu Askar Perang Sabil (APS) dan Markas Ulama Askar Perang Sabil (MUAPS), yang keduanya bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Nur Aini menyampaikan bahwa Askar Perang Sabil dibentuk sebagai reaksi ulama terhadap situasi genting Republik Indonesia dalam upaya mempertahankan eksistensinya dari pihak Belanda yang datang kembali ke Indonesia guna mengambil alih kekuasaan dan merenggut kedaulatan RI.
Baca Juga: Membuka Tabir Amanat Jihad Muhammadiyah 28 Mei 1946
Pada 23 Juli 1947, Askar Perang Sabil (APS) dan Markas Ulama Askar Perang Sabil (MUAPS) resmi berdiri. Anggota gerakan ini terdiri dari kelompok sosial, baik dari ulama atau masyarakat umum.
Nur Aini menyebutkan anggota APS yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: pertama, kelompok mantan laskar Sabilillah yang didirikan pada akhir kependudukan Jepang. Anggotanya memotori berbagai kegiatan APS dalam pembinaan mental, spiritual, maupun pertempuran dalam melawan Belanda. Kelompok ini terdiri dari anggota dengan rentang usia 40 tahun ke atas.
Kedua, kelompok pemuda mantan laskar Hizbullah, kelompok pemuda kampung yang berusia 40 tahun ke bawah, serta pemuda Islam yang telah mendapatkan izin orang tuanya untuk ikut turut bergabung dalam APS.
Secara lebih rinci, Nur Aini juga menyebutkan susunan kepengurusan APS:
Penasehat : Ki Bagus Hadikusumo
Imam : K.H. Mahfudz Siradj
Ketua : K.H.R. Hadjid
Wakil ketua : K.H. Ahmad Badawi
Bendahara : K.H Abdul Aziz dan H.Hasyim
Komandan : M. Sarbini
Wakil Komandan : K.H. Juraimi
Ketua Staf Penerangan : Siradj Dahlan
Staf Perlengkapan : Abdul Djawab
Kepala Bg. Persenjataan : M. Bakri Sudja`
Kepala Logistik : Bakri Sahid
Kepala Administrasi : K.H. Daim
Di akhir penjelasannya, Nur Aini Setiawati menegaskan, “Bangsa Belanda berusaha kembali merenggut kemerdekaan RI, namun pada masa itu rakyat ikut untuk membantu dalam mempertahankan kedaulatan RI. Muhammadiyah juga ikut turut ambil peran dengan membentuk gerakan Askar Perang Sabil (APS) ini”. (cheny)