Sleman, Suara ‘Aisyiyah – Pada pagi hari ini (26/5), sejumlah peserta memenuhi Aula Gatotkaca yang ada di dalam area Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya. Hari ini adalah hari kedua pelaksanaan Baitul Arqam Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Materi pertama pada hari ini adalah tentang Ibadah Praktis. Pemateri kali ini adalah Siti ‘Aisyah yang merupakan telah melalangbuana selama ber-‘Aisyiyah. Dalam pengantarnya, ia menjelaskan tentang bagaimana pentingnya salat berjamaah, “Pak Azhar Basyir menyampaikan pemikiran beliau tentang salat berjamaah”.
‘Aisyah menjelaskan bahwa umumnya masyarakat saat terlambat salat berjamaah akan menunaikan salatnya sendiri-sendiri. Namun, Azhar Basyir tidak berpikir demikian. Ia menjelaskan bahwa menurut Azhar Basyir, para makmum yang masbuk itu lebih baik salat berjamaah daripada menunaikan salat sendirian.
Ini kemudian realitanya terkadang menuai polemik. Pasalnya, tidak semua orang berkemampuan atau berkeinginan untuk menjadi imam salat. “Ya sudah, nanti tinggal sehabis salam, salah satu yang masbuk itu maju.” kutip ‘Aisyah dari Azhar Basyir.
Selain pasal salat berjamaah, perempuan yang bergabung ke Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah itu juga menjelaskan tentang ibadah-ibadah lainnya. Saat membahas wudu dan tayammum misalnya, ia meminta dua orang relawan untuk mempraktikkan keduanya di depan semua peserta. Kemudian, ia menjelaskan seraya mencontohkan seperti apa cara melakukan wudu dan tayammum dengan benar.
Baca Juga: Menjaga Lingkungan dengan Pemanfaatan Air Bekas Wudu
“Kalau mengusap, itu tidak diguyur air” tukas ‘Aisyah saat mengoreksi contoh dari si relawan. Menurutnya, perbedaan pengamalan ibadah itu bisa saja terjadi meskipun ayat yang digunakan sebagai landasan itu sama. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan pemahaman dalam membaca ayat tersebut.
Selanjutnya, saat membahas salat, Aisyah berkeliling diantara para peserta dan menanyakan apakah ada kebingungan atau tidak. Saat ditanyai tentang salat jenazah, ia menjawab “Kalau itu hukumnya wajib kifayah, Bu. Tetapi kalau lebih banyak yang menyolatkan tentu lebih baik.”