PerempuanWawasan

Bagaimana Perempuan dan Keluarga dalam Menghadapi Keguguran?

Oleh: Supriyatiningsih

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keguguran atau abortus adalah adalah salah satu masalah yang sering terjadi pada kehamilan. Statistik mengungkapkan bahwa 12-15 persen kehamilan klinis berakhir dengan keguguran. Selain itu, 17-22 persen mengalami keguguran pada awal kehamilan.

Keguguran didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan spontan sebelum minggu ke-20 (di Amerika Serikat) atau minggu ke-24 (di Inggris). Secara medis, kondisi ini disebut sebagai aborsi atau keguguran spontan karena melibatkan pengeluaran janin dari rahim.

Keguguran terjadi terutama karena alasan genetik dan kelainan kromosom. Faktor-faktor ini menghambat pertumbuhan janin. Selain di atas, ada beberapa faktor lain seperti tingkat hormonal, diabetes yang tidak terkontrol, paparan zat beracun, kelainan rahim, obat-obatan, merokok, dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Gejala kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan), yang muncul sekitar kehamilan minggu keenam hingga delapan, juga menyebabkan keguguran dini.

Keguguran berdampak secara fisik dan emosional pada perempuan yang mengalaminya. Kemungkinan besar, seorang perempuan yang keguguran akan mengalami stres, depresi, hingga trauma. Namun, jangan biarkan kondisi tersebut berlarut-larut. Harus ada perawatan, penyembuhan, dan tindakan pencegahan yang dikawal dari sisi kesehatan dan keluarga sebagai pendamping.

Baca Juga: Etika dalam Persalinan Sectio Caesaria

Dari sisi fisik, setidaknya ada enam efek yang bisa dialami perempuan pasca keguguran, yakni perdarahan, infeksi, nyeri, terganggunya hormon hCG, bermasalahnya uterus dan laktasi.

Pertama, perdarahan. Karena keguguran merupakan proses terlepasnya janin dari lapisan rahim, maka perdarahan pasca keguguran tidak dapat dihindari. Kondisi ini berlangsung antara satu atau dua minggu, tergantung jenis keguguran, apakah medis atau bedah. Jika perdarahan berlangsung lebih dari dua minggu, maka harus segera menghubungi dokter.

Kedua, infeksi. Infeksi pasca keguguran biasanya berkembang dari operasi curetase/pengeluaran isi rahim. Kondisi ini dapat diobati dengan antibiotik atau pembedahan. Jika sisa-sisa janin tidak terdeteksi dan tidak dioperasi, maka perempuan akan mengalami keputihan dan nyeri panggul pasca keguguran.

Ketiga, nyeri. Nyeri pasca keguguran sering terjadi karena kontraksi. Rangkaian kejadian di dalam rahim mempengaruhi perut yang menyebabkan sakit perut yang parah. Kontraksi yang berkembang dari keguguran juga menyebabkan rasa sakit yang hebat.

Keempat, ganguan hormon hCG. Hormon hCG adalah hormon yang muncul pada masa kehamilan. Hormon ini akan tetap berada di dalam darah selama beberapa bulan pasca keguguran dan tingkatnya menjadi nol hanya setelah jaringan plasenta benar-benar terpisah. Jika perempuan mengalami keguguran awal (sekitar minggu kedelapan hingga kesepuluh), maka perlu banyak waktu bagi kadar hCG untuk kembali normal karena hormon berada pada puncaknya selama minggu-minggu ini.

Kelima, gangguan pada uterus atau rahim. Setidaknya, butuh dua minggu pasca keguguran untuk menutup leher rahim dan menyusutkan rahim kembali ke ukuran normal. Namun dalam beberapa kasus, rahim tidak dapat mengosongkan isinya. Situasi ini disebut sebagai keguguran yang tidak tuntas. Keguguran ini sangat menyakitkan dan berhubungan dengan kram yang parah, dan berlangsung selama dua minggu atau lebih. Pendarahan hanya berhenti setelah rahim kembali ke ukuran normal.

Keenam, problem laktasi. Payudara perempuan hamil tentu mengalami perubahan. Ketika terjadi keguguran, maka payudara akan tetap terasa penuh. Namun, tekanannya akan berkurang secara bertahap, bergantung pada berapa lama perempuan memasuki masa kehamilan. Dalam beberapa kasus, dokter akan meresepkan obat-obatan untuk menyembuhkan rasa nyeri secara cepat pasca keguguran.

Lantas, bagaimana perawatan fisik perempuan pasca keguguran? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kondisi pasca keguguran tidak bertambah parah.

Pertama, istirahat. Perempuan pasca keguguran telah mengalami pengalaman traumatis dan perlu waktu untuk menyembuhkan fisik dan psikologisnya. Jadi, istirahatlah sebanyak yang bisa dilakukan. Mungkin merasa sulit untuk tidur, tetapi kurang tidur dapat menambah beban mental.

Kedua, mengkonsumsi obat. Nyeri keguguran dapat bervariasi tergantung pada sifat keguguran yang dialami. Untuk mencegah atau mengurangi rasa sakit, dapat mengkonsumsi antispasmodik seperti cyclopam dan buscopan. Namun, obat ini harus atas pengawasan dokter.

Ketiga, pantau suhu tubuh. Selama lima hari pertama pasca keguguran, catatlah suhu tubuh menggunakan termometer. Jika melewati 99,7ºF atau lebih dari 37,5 derajat Celsius, maka segera hubungi dokter. Demam pasca keguguran dapat mengindikasikan infeksi di dalam tubuh.

Keempat, menjaga kebersihan dengan tepat. Gunakan pembalut atau tampon pasca keguguran. Selain itu, jika cuaca memungkinkan, bersihkan tubuh dengan mandi sebanyak satu atau dua kali sehari. Jangan menggunakan douche/cairan pembersih untuk membersihkan area vagina karena cairan yang tidak sesuai pH-nya dapat menyebabkan infeksi atau menimbulkan jamur.

Kelima, kompres air hangat. Banyak perempuan mengalami sakit kepala pasca keguguran. Menggunakan kompres hangat dapat membantu mengurangi sakit kepala dan juga kram perut.

Keenam, diet sehat pasca keguguran. Tubuh perlu membangun kembali dan mengisi bahan bakar pasca keguguran. Maka dari itu, upayakan untuk diet sehat pasca keguguran. Pastikan makanan yang dikomsumsi mengandung porsi protein, karbohidrat, serat, lemak, mineral, dan vitamin penting.

Ketujuh, hubungan seks pasca keguguran. Sebaiknya, hindari seks dalam dua minggu pertama pasca keguguran karena tubuh masih dalam proses penyembuhan. Tunggu hingga pendarahan berhenti dan berikan cukup waktu untuk berkontraksi dan menutup leher rahim. Gunakan alat kontrasepsi jika Anda tidak ingin hamil dalam waktu dekat.

Baca Juga: Peran Ibu dalam Menyiapkan Generasi Muda

Tidak hanya berdampak secara fisik, keguguran juga mengganggu kesehatan mental. Setidaknya ada tiga gangguan secara psikis yang berpotensi terjadi pasca mengalami keguguran.

Pertama, syok. Sejak saat mengalami keguguran dan sepanjang proses penyembuhan, mungkin perempuan akan mengalami syok dan ada penolakan untuk mempercayai bahwa ia telah kehilangan janin.

Kedua, merasa bersalah dan marah. Tak jarang, perempuan yang mengalami keguguran akan menyalahkan diri sendiri. Bisa juga menyalahkan orang lain meskipun mungkin tampak tidak masuk akal. Bisa muncul rasa iri dan jengkel terhadap perempuan hamil lainnya dan dapat memendam kebencian terhadap mereka.

Ketiga, depresi. Beberapa perempuan juga bisa mengalami depresi atau disebut sebagai gangguan depresi mayor. Kondisi ini menyebabkan perasaan sedih yang kuat dan terus-menerus untuk periode yang lebih lama. Kondisi ini juga sangat mungkin membuat ia kehilangan minat akan segala hal. Selama beberapa minggu ke depan, ia bisa jadi merasa mudah tersinggung, frustrasi, tidak punya harapan, kosong, atau sedih.

Beberapa hal bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan pasca keguguran agar tetap sehat secara fisik dan mental. Agar keguguran tidak berulang, jangan mencoba untuk hamil sampai menyelesaikan setidaknya dua siklus menstruasi. Selain itu, lakukan pola makan yang sehat dan seimbang. Berolahraga secara teratur dan pertahankan berat badan secara konsisten juga baik untuk dilakukan. Hindari alkohol dan rokok selama kehamilan. Batasi konsumsi kafein. Serta mengkonsumsi vitamin prenatal dan suplemen asam folat setiap hari, tentunya setelah berkonsultasi dengan dokter.

Ada beberapa kondisi yang membuat seorang harus segera dibawa ke dokter pasca mengalami keguguran. Misalnya, ketika suhu tubuh tinggi. Jangan abaikan kondisi ini karena bisa jadi demam yang terlalu tinggi merupakan tanda infeksi pasca keguguran yang dapat menyebabkan infertilitas. Jangan mengabaikan keputihan yang abnormal (berbau dan berwarna kehijauan/kuning dan seperti keju, jumlah yang banyak sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari). Selain itu, hindari hubungan seksual selama beberapa waktu sampai lepas dari dampak keguguran setelahnya.

Related posts
PerempuanSains dan Tekno

Perempuan dan Energi Terbarukan (ETB)

Energi menjadi kebutuhan hidup siapapun. Negara bertanggungjawab memenuhi dan mengatur kebutuhan energi bagi seluruh warga negara tanpa kecuali. Kebutuhan energi masyarakat digunakan…
Berita

Perempuan Juga Bisa Menjadi Ketua Kloter: Kisah Siti Rohmah dan Mafrudah

Makkah-Suara ‘Aisyiyah “Ketua kloter perempuan ki abot, wong laki aja abot” (Ketua kloter perempuan ki berat, laki-laki aja berat-red). Ungkapan yang terlontar…
Tokoh

Hidup ala Mami Gelora: Sesekali di Bungkusan Kacang, Sesekali di Bait Puisi

Oleh: Ahimsa W. Swadeshi “Panggil aja Mami Gelora!” suara riang itu tidak lain dan tidak bukan adalah milik Herni Widiastuti Yanuarsasi. Sapaan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *