Judul di atas merupakan motto yang dipilih dengan bangga oleh Bank Sampah Karunia ‘Aisyiyah, Mempawah, Kalimantan Barat. Betapa tidak, mereka menghayati benar bahwa sampah dapat memiliki nilai tambah. Mulai dari menambah pendapatan keluarga, sampah berubah menjadi pupuk organik, sampah plastik berubah menjadi pot tanaman yang menghijaukan lingkungan, sampah plastik berubah menjadi kerajinan, dan yang paling penting mereka dapat mengurangi penumpukan sampah plastik. Sebuah kontribusi penting perempuan untuk lingkungan yang lestari. “Bagi kebanyakan orang sampah, tetapi bagi kami ibarat mutiara karena memberikan nilai tambah,” ungkap Eli, penggerak Bank sampah Karunia, sembari menunjukkan berbagai produk olahan sampah yang dihasilkan.
Keberadaan Bank Sampah Karunia, memang tidak lepas dari peran Sri Eliyati. Perempuan yang akrab dipanggil Lia ini merupakan Ketua PRA Sejegi sekaligus Direktur Bank Sampah Karunia ‘Aisyiyah. Bersama kader-kader ‘Aisyiyah setempat, kegiatan yang bermula dari pengembangan kegiatan di Balai sakinah ‘Aisyiyah desa Sejegi ini, Lia menggerakkan bank sampah dari nol hingga kini telah mendapat kepercayaan dari berbagai pihak. Mulai dari dukungan pemerintah desa, pengelola wisata Mangrove, pemerintah kabupaten, hingga pemerintah provinsi melalui Dinas Lingkungan Hidup.
Dukungan itu diperoleh berkat komitmen dan kerja keras bank sampah. Para pihak melihat langsung dedikasi bank sampah, kemudian mengapresiasi melalui berbagai du-kungan. Kepala Desa bahkan tertarik agar Bank Sampah Karunia dapat menjadi bagian dari pengembangan Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Sejegi. Namun terkait inisiatif tersebut, masih didiskusikan perihal positioning dan pembagian perannya.
Sebut saja motor besar berwarna kuning yang dilengkapi dengan wadah untuk menampung sampah. Bank Sampah Karunia mendapatkannya dari Dinas Lingkungan Hidup. Dukungan itu berawal dari kebiasaan Lia yang rajin mengunggah foto-foto kegiatan bank sampah melalui media sosial Facebook. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar pun tidak sengaja menemukan postingan bank sampah Karunia saat mencari informasi terkait bank sampah di Facebook. Tertarik dengan inisiatif ‘Aisyiyah tersebut, selanjutnya Dinas Lingkungan Hidup memberikan dukungan motor pengangkut sampah melalui pengajuan kepada Dinas Lingkungan Hidup Mempawah. Usai diajukan, selanjutnya dukungan motor pengambil sampah dapat diberikan.
“Kami senang sekali karena kegiatan mengambil sampah menjadi semakin mudah dengan menggunakan motor pengangkut sampah. Saya dan kawan-kawan menaiki sendiri motor tersebut untuk mengambil sampah di berbagai tempat seperti kantor, sekolah, pasar, dan lokasi wisata Mangrove,” ungkap Lia. Pengelola wisata Mangrove Mendalok dan Kampung Pasir di kabupaten tersebut secara rutin mengum-pulkan sampah dan menyerahkan sampah plastik pada Bank Sampah Karunia. Imbalan dari penyerahan sampah tersebut disumbangkan kembali ke Bank Sampah untuk mendukung operasional.
Para pengelola bank sampah tidak minder saat mengambil sampah. Mereka bahkan sengaja berpenampilan menarik sebagai bentuk penghargaan bahwa mengambil dan mengelola sampah adalah kegiatan mulia untuk kelestarian lingkungan. Wakil Bupati Mempawah juga telah menyerahkan sampah di sekitar lingkungan kantor kepada Bank Sampah Karunia sebagai bentuk apresiasi pada kerja nyata Lia dkk. Dari sampah yang dikumpulkan, sampai saat ini Bank Sampah telah mengembangkan produk olahan seperti kerajinan, pembuatan kompos dan pupuk cair, serta mengembangkan kebun hidroponik di lingkungan bank sampah dengan memanfaatkan sampah plastik sebagai pot.
Capaian-capaian Bank Sampah Karunia tidak lepas dari komitmen dan kerja keras para pengelolanya. Meskipun demikian, mereka juga harus ber-hadapan dengan tantangan yang bera-sal dari masyarakat sekitar. Menurut Lia, salah satu tantangan yang dihadapi adalah merubah pola pikir masyarakat terkait pengelolaan sampah. Belum seluruh masyarakat desanya berpartisipasi dalam bank sampah ini lantaran kurangnya kepedulian pada sampah. “Aah sudahlah, ngumpulinnya lama, hasilnya tidak seberapa, jadi malas mau ngumpulin, lebih bagus di bakar,” ujar Sri Eliyati menirukan komentar negatif masyarakat.
Tetapi tim Bank Sampah Karunia ‘Aisyiyah tidak pantang menyerah. Mereka terus berjibaku melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan berbagai pihak tentang pentingnya pengelolaan sampah dan manfaat keberadaan bank sampah. “Pada awalnya kami melakukan sosialisasi di kegiatan BSA, kemudian kami sosialisasi juga ke pengajian-pengajian dan arisan,” terangnya. Selanjutnya, edukasi tentang pengelolaan sampah dan sosialisasi bank sampah dilakukan pengelola ke sekolah-sekolah serta organisasi remaja, dan mendorong mereka menabung sampah di Bank Sampah Karunia ‘Aisyiyah. (Hajar NS)
Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 4 April 2020