Oleh: Aliyya Firdausy*
Momen gajian menjadi momen yang ditunggu-tunggu setiap bulan oleh banyak orang karena menjadi waktu “sedikit bernapas” dari momentum menghemat di akhir bulan. Bisa check-out keranjang e-commerce atau sekadar membeli makanan enak yang disuka.
Namun, pernahkah teman-teman mengalami, baru saja gajian tapi rasanya uang sudah menipis saja? Bisa jadi, hal ini disebabkan karena manajemen keuangan yang kurang tepat. Keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi adalah keterampilan hidup yang sangat penting. Dengan bijak dalam mengelola keuangan pribadi sejak dini, kita sudah mengambil andil dalam menjaga diri kita di masa yang akan datang.
Bagi pemula, pengelolaan keuangan dapat dimulai dengan menetapkan mindset. Ibaratnya, kalau uang sedikit saja tidak bisa mengatur, bagaimana jika nanti memiliki uang yang lebih banyak? Maka dari itu, mari kita upayakan mengelola berapapun uang yang kita miliki.
Ada tiga hal dasar sebagai bekal untuk memulai mengatur keuangan, yakni memahami cash flow pribadi, mengatur anggaran bulanan, dan siapkan dana darurat. Cash flow atau arus kas adalah laporan keluar masuk keuangan.
Memahami cash flow pribadi artinya adalah kamu memiliki kesadaran atas uang pribadi yang masuk dan keluar, baik dari jumlahnya hingga ke mana saja uang tersebut mengalir. Untuk dapat mengetahui aliran cash flow, kamu bisa memulainya dengan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran.
Untuk mempermudah pencatatan, dapat menggunakan aplikasi pencatatan keuangan yang banyak tersedia di Playstore maupun App Store. Dengan memiliki catatan detail pengeluaran, kita mendapatkan informasi cash flow yang bisa digunakan untuk mengevaluasi performa keuangan. Prinsip kedua adalah mengatur anggaran atau budget bulanan.
Baca Juga: Menikah untuk Menghindari Zina, Apa Iya?
Setelah mengetahui bagaimana cash flow pribadimu, langkah selanjutnya adalah dengan mengatur budget bulanan. Jadikan data cash flow sebagai patokan dalam mengatur budget bulanan. Gunakan pola yang paling sesuai dengan kebutuhanmu. Apabila setelah evaluasi dari data cash flow dirasa pengeluaran pada suatu sektor dapat dikurangi untuk menghemat, maka kamu dapat menyesuaikan budget tersebut.
Ada banyak metode pembagian budget bulanan populer seperti 50:30:20 atau 80:20. Pembagian budget ini kembali lagi dari kenyamanan. Keluarkan dulu kewajiban-kewajiban di awal bulan dan masukkan dalam anggaran bulanan. Lalu, setelah kamu mengetahui berapa jumlah budget bulanan per bulan, kamu dapat memisahkannya pada rekening yang berbeda. Jangan samakan rekening tabungan dengan rekening spending. Hal ini untuk menjaga agar uang tabungan tidak digunakan untuk keperluan harian.
Prinsip terakhir adalah menyiapkan dana darurat. Dana darurat merupakan fondasi dari piramida keuangan. Sesuai namanya, maka fondasi harus dibangun secara kuat dan kokoh, untuk dapat melindungi tangga piramida di atasnya. Dana darurat adalah dana yang digunakan untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Misalnya ada pengeluaran mendesak atau tiba-tiba kehilangan pekerjaan.
Ada banyak pendapat mengenai berapa banyak jumlah dana darurat yang harus dipersiapkan. Namun idealnya, setidaknya kamu memiliki dana darurat sebesar tiga kali dari jumlah pengeluaran bulanan kamu. Dengan ini, kamu dapat bertahan selama tiga bulan tanpa penghasilan, tentu saja sembari mencari sumber penghasilan lainnya. Perlu diingat bahwa tabungan dana darurat harus berupa aset yang likuid atau mudah untuk dicairkan. Aset likuid contohnya seperti rekening tabungan atau reksadana pasar uang, sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan, mudah dicairkan.
Sebagai awalan, kamu bisa mulai menerapkan prinsip ini pada bulan ini. Mulailah pelan-pelan dan bertahap. Tidak perlu muluk-muluk, cukup konsisten dan disiplin. Semoga berhasil!
*Communication Enthusiast