Literasi finansial merupakan “pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat”. Demikian definisi literasi finansial yang tertera dalam laman “Gerakan Literasi Nasional” milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .
Dengan bahasa yang lain, Dewi Ariyani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Literasi Keuangan Pada Anak Usia Dini di TK Khalifah Purwokerto” menjelaskan bahwa literasi finansial adalah memberikan pemahaman pada seseorang mengenai cara mengelola keuangan secara bijak, sesuai dengan kebutuhan.
Lebih lanjut, dalam penelitian tersebut Ariyani menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang belum mempunyai pendidikan yang memadai mengenai literasi finansial, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Padahal idealnya pendidikan literasi finansial harus direncanakan dengan matang sehingga dapat menarik minat setiap elemen masyarakat untuk mempelajari hal tersebut, termasuk anak-anak
Oleh masyarakat Indonesia, lanjut Ariyani, membicarakan masalah keuangan di hadapan anak masih dianggap hal tabu. Hal itu menjadi salah satu sebab dari minimnya porsi kurikulum pendidikan dasar dan menengah (bahkan perguruan tinggi) mengenai literasi finansial.
Baca Juga: Literasi Digital Tingkatkan Keberdayaan Ekonomi Perempuan
Sejatinya, keluarga merupakan komunitas pertama dan utama dalam memberikan pendidikan pada anak. Oleh karena itu, keluarga berperan penting dalam memberikan literasi finansial pada anak sedini mungkin. Ariyani menjelaskan bahwa menanamkan nilai-niai dalam literasi finansial akan memberikan pengaruh terhadap pemahaman dan pengetahuan anak dalam mengenal literasi finansial serta tingkat kesejahterasaan di masa mendatang.
Lebih lanjut, menurutnya, menjelaskan literasi finansial pada anak tidak sekadar mengenalkan tentang uang, namun juga mengajarkan suatu konsep mengenai pengelolaan uang secara bijak, melatih anak dalam mengontrol pengeluaran keuangan, serta dapat membedakan antara konsep kebutuhan dan keinginan.
Mengenalkan Literasi Finansial pada Anak
Subroto Rapih (2016) dalam penelitian yang berjudul “Pendidikan Literasi Keuangan Pada Anak: Mengapa dan Bagaimana?” menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai keuangan kepada anak, yakni:
Pertama, melibatkan anak dalam pengambilan dalam keputusan keuangan. Selama ini dapat dikatakan anak jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga, khususnya masalah keuangan. Tidak adanya wadah antara orang tua dan anak untuk berdialog menjadikan anak kurang kritis untuk menyikapi berbagai permasalahan yang ada di sekitar mereka.
Mengenalkan literasi finansial kepada anak dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keuangan, minimal keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka. Selain itu, membuka ruang diskusi antara anak dan orang tua dalam pengambilan keputusan keuangan akan memberikan manfaat untuk menumbuhkan kemampuan anak dalam berpikir kritis mengenai urusan finansial.
Kedua, membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Langkah ini mengharuskan orang tua membiasakan diri agar tidak menuruti segala permintaan anak apabila dianggap kurang penting atau tidak sesuai dengan kebutuhan pokok anak.
Baca Juga: Cara Membangun Kedisiplinan Pada Anak
Ajak anak untuk berdiskusi dalam pemilihan barang yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak hanya berdasarkan pada keinginan semata. Mengekspresikan rasa sayang kepada anak tidak dengan cara menuruti semua keinginannya, namun dengan memahami secara tepat kebutuhan yang seharusnya diprioritaskan.
Ketiga, membiasakan menabung. Latih anak untuk menyisihkan uang jajan atau sekadar uang kembalian saat berbelanja untuk ditabung dan dipergunakan di kemudian hari. Beberpa manfaat yang didapat anak saat proses menabung ialah: (a) melatih anak dalam mengendalikan diri untuk tidak menghabiskan seluruh uangnya; (b) mengajarkan sikap bersabar dan berusaha, dan; (c) mengenalkan kegiatan investasi sederhana kepada anak.
Keempat, memperkenalkan lembaga keuangan kepada anak. Sedikit orang tua yang mengenalkan penyimpanan uang menggunakan jasa lembaga keuangan pada anak. Kebiasaan berupa menabung pada lembaga keuangan bermanfaat baik dari segi keamanan dan kedisiplinan.
Anak tidak mudah mengambil uang mereka apabila sudah menyimpan uang tersebut di bank, sehingga anak bisa belajar menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak penting. Anak juga akan lebih mudah mengenal setiap fungsi dari lembaga keuangan saat mereka menyimpan uang yang disimpan di bank.
Langkah-langkah tersebut dapat dimulai pada saat usia anak sedini mungkin. Mengenalkan anak tentang literasi finansial dapat dilakukan di rumah. Sekolah juga dapat mulai mengajarkan anak didik mengenai sistem keuangan secara sederhana. Komitmen bersama semua pihak memang dibutuhkan dalam menanamkan nilai-nilai literasi finansial kepada anak. (Cheny*)
*Mahasiswa magang di Suara ‘Aisyiyah
Sumber:
Rapih, S. (2016). Pendidikan Literasi Keuangan Pada Anak: Mengapa dan Bagaimana?. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(2).
Ariyani, D. (2018). Pendidikan Literasi Keuangan pada Anak Usia Dini di TK Khalifah Purwokerto. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 13(2).
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-finansial/
1 Comment