Oleh: Setiani Imaningtias
Tahun 2023 telah kita lalui dengan segala suka dan duka, segala kemudahan dan kesulitan yang ada di dalamnya. Awal tahun merupakan momen yang tepat untuk melakukan refleksi diri atas apa yang telah kita peroleh: pelajaran maupun pengalaman. Semarak tahun baru tidak hanya diwarnai dengan selebrasi, tetapi juga perlu dilengkapi dengan semangat yang baru. Beberapa dari kita mungkin memiliki daftar hal-hal yang telah berhasil kita jalani pada tahun lalu. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi kita menyusun resolusi tahun baru. Bagaimana perasaan kita saat satu per satu checklist tersebut terisi? Manakah yang lebih banyak kita rasakan? Bangga, sedih,atau kecewa?
Merasa sedih dan kecewa adalah perasaan yang wajar dan manusiawi jika ada penyebabnya. Namun, bila kekecewaan mendominasi perasaan kita dalam menutup tahun lalu, mungkin kita perlu mengenal dan berlatih untuk mengelola harapan sebelum mulai menyusun kembali resolusi tahun yang akan datang. Berikut adalah sedikit tip yang bisa dilakukan dalam mengelola harapan.
Pertama, memiliki buku diary/journal atau planner dan mulailah menuliskan resolusi tahun yang akan datang. Selain memastikan seluruh tugas dapat berjalan pada jalurnya dan tidak ada yang terlupakan, memiliki diary atau planner juga dapat menjadi pengingat bagi kita terhadap resolusi yang telah kita susun di awal tahun.
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya.” (Q.s. alAnfal: 60)
Kedua, melakukan refleksi terhadap harapan yang kita susun, nilailah apakah pengharapan tersebut realistis atau tidak. Jika menurut kita harapan tersebut cukup realistis, tuliskanlah apa saja kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) kita dalam usaha mewujudkannya. Refleksi ini tidak harus dilakukan segera saat kita membuatnya, seringkali kita baru dapat melakukannya setelah melalui banyak hal.
Baca Juga: Haedar Nashir Kembali Masuk dalam 500 Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2025
Ketiga, persiapkan diri sebaik mungkin dan tetap optimis, namun kita perlu menyadari bahwa segala kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. “Wish for the best, prepare for the worst.” Begitu bunyi sebuah seorang pepatah, mengingatkan kita untuk tetap dapat mengendalikan rasa kecewa ketika harapan tidak dapat terpenuhi.
Keempat, mencari sisi positif dari harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan memang tidak mudah, bahkan seringkali kita memerlukan waktu untuk memahaminya. Namun, ingatlah Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 216 yang artinya, “…Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.”
Kelima, memaafkan dan berhenti menyalahkan siapapun atas pupusnya sebuah harapan, terutama diri kita sendiri. Percayalah bahwa selama ini kita telah berusaha dan berdoa sebaik mungkin dan “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.s. al-Baqarah:286).
Keenam, melakukan refleksi atas kegagalan yang kita alami, mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan kita. Setelah itu menyusun kembali rencana agar kegagalan tersebut tidak terulang, karena boleh jadi dari kegagalan tersebut kita tumbuh menjadi individu yang jauh lebih baik. “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Q.s. at-Thalaq: 2-3)
Demikianlah enam kunci sukses yang dapat kita lakukan untuk belajar mengelola harapan dalam menyusun resolusi dan melakukan refleksi untuk menghadapi tahun yang akan datang. Semoga di tahun ini, kita dapat menjadi individu yang lebih berani bermimpi, kuat, dan tangguh meskipun harapan-harapan kita mungkin tidak selalu dapat terwujud.
*Departemen Kesehatan dan Lingkungan Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah
2 Comments