Kalam

Berbuat Baik Terhadap Tetangga

Oleh: Tito Yuwono*

Tetangga

Orang terdekat dengan kita

Hubungan baik harus dijaga

Dalam kehidupan bersama

 

Memuliakannya bagian dari keimanan

Saling membantu dilakukan

Saling memberi hadiah dianjurkan

memupuk kasih sayang

 

Ketika tertimpa ujian

Saling menguatkan

Menghiburnya dan menggembirakan

berwasiat dalam kesabaran

 

Jangan melakukan gangguan

Yang membuat tetangga tidak aman

Baik lisan maupun tangan

Bukan karakter orang beirman

***

Orang yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari adalah tetangga. Karena paling dekat, maka kebersamaan hidup dengan baik harus dijaga. Peran tetangga sangat tinggi untuk mewujudkan kehidupan yang nyaman dan tenang. Ketika hidup sehari-hari nyaman dan tenang akan sangat kondusif untuk banyak berbuat kebaikan. Anak-anak nyaman belajar dan bergaul serta bertumbuh dengan baik, masyarakat juga akan nyaman dan tentram.

Berbeda ketika kurang baik dalam bertetangga. Suasana keluarga tidak tenang serta was-was, pertumbuhan anak terutama kejiwaan juga terganggu, juga masyarakat secara umum tidak merasakan ketenangan dan ketentraman. Definisi tetangga adalah orang atau keluarga yang tinggal di sekitar kita. Secara ‘urf/kebiasaan di kebayakan negara kita, tetangga bisa dalam cakupan satu RW ataupun RT.

Maka karena pentingnya peran hubungan baik antar tetangga ini, Islam agama yang mulia ini sangat memperhatikan dan mengajarkan berhubungan baik antar tetangga.

Baca Juga: Menjadi Lebih Baik Selama Ramadan

Bahkan berbuat baik dan memuliakan  tetangga dikaitkan dengan kesempurnaan iman terhadap Allah swt. dan hari akhir. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Artinya, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya.” (HR Imam Al-Bukhori)

Banyak sekali bentuk-bentuk berbuat baik dan memuliakan tetangga, diantaranya adalah membantu ketika minta pertolongan, meminjamkan alat-alat yang diperlukan tetangga, memberikan hadiah, menengok ketika sakit dan lain-lain.

Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ

artinya, “Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik.” (HR Imam Muslim)

Bahkan jika kita tidak peduli dengan kondisi tetangga, dengan membiarkannya kelaparan, ini merupakan bukan karakter orang mukmin. Sebagaimana sabda Beliau:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ

Artinya,” Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan.” (HR Imam AlBaihaqi).

Saling memberikan hadiah akan meningkatkan kasih sayang antar tetangga. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Albukhori dalam adabul mufrod:

تهادوا تحابوا

Artinya, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR Imam AlBukhori)

Memberikan hadiah dengan ikhlas dan tidak memberatkan akan menimbulkan rasa saling sayang dan cinta. Yang perlu diperhatikan dalam saling memberikan hadiah ini adalah jangan sampai memberikan hadiah dengan terpaksa dan memberatkan tetangga. Sering kali kita saksikan banyak warga yang kekurangan mengeluh karena banyak undangan karena musim hajatan. Hal ini jangan sampai terjadi di masyarakat kita, dan kita sebagai keluarga/peribadi berusaha pula untuk tidak memperberat tetangga kita.

Dalam rangka untuk menumbuhkan hubungan baik dengan tetangga ini, Rasulullah saw. mewanti-wanti dan mengingatkan dengan ancaman bagi yang merusakkan hubungan antar tertangga dengan melakukan gangguan-gangguan.

Rasulullah saw. bersabda:

واللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ!» قِيلَ: مَنْ يَا رَسُول الله؟ قَالَ: الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Artinya,” Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari (kejahatannya).” (HR Imam AlBukhori dan Imam Muslim).

Juga, sekalipun seseorang yang banyak melakukan ibadah seperti puasa dan shalat malam, namun masih mengganggu tetangga maka dia bagaikan tidak punya kebaikan dan diberikan balasan di neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

إن فلانة تصلي الليل و تصوم النهار و في لسانها شيء يؤذي جيرانها سليطة قال : لا خير فيها هي في النار

Artinya,”  Sesungguhnya Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka.” (HR Imam Hakim).

Demikian, tulisan ringan berkaitan dengan pentingnya bertetangga dengan baik serta adab bertetangga. Semoga memotivasi kita untuk selalu berbuat baik kepada tetangga sehingga terwujud masyarakat tentram dan kondusif untuk tumbuhnya generasi kita dengan baik.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

*Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, dan Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Related posts
Keluarga Sakinah

Membangun Relasi dengan Masyarakat sebagai Perwujudan Keluarga Sakinah (Bagian 3)

Di dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan bertetangga merupakan hal yang amat penting. Tetangga adalah orang yang paling mengetahui hal ikhwal keluarga tetangganya. Oleh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *