Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Dalam rangka memperingati dua tahun wafatnya Buya Syafii Maarif, SaRanG Building bekerja sama dengan MAARIF Institute dan Anak Panah menggelar serangkaian acara bertajuk “Berdiang di Perapian Buya Syafii” di Kiniko Art Room (SaRanG Building Blok II), Bantul.
Kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya setelah setahun yang lalu juga digelar acara serupa di waktu dan tempat yang sama.
Serangkaian kegiatan yang diadakan kali ini berupa Diskusi Refleksi Pemikiran Buya Ahmad Syafii Maarif yang diadakan dua kali pada Rabu 29 Mei 2024 dan Jumat 31 Mei 2024 dan pameran karya seni yang dibuka selama seminggu pada tanggal 27 Mei-2 Juni.
Pemilik SaRanG Building, Jumaldi Alfi, dalam sambutannya pada acara pembukaan, Senin (27/5) menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini. Uda Alfi, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa walaupun raga Buya telah sirna, namun buah pikiran dan semangatnya tetap bisa dirasakan, dan hal itu yang perlu dijaga.
“Karena Buya bukan hanya milik keluarga dekat dan Muhammadiyah, tetapi milik kita semua,” imbuh Uda Alfi.
Kegiatan ini, disampaikan Uda Alfi, merupakan tradisi yang dicoba dijalankan sebagai upaya menghidupkan semangat Buya dan memaknai pikiran Buya dalam bentuk visual. Ia berharap kedepannya kegiatan ini bisa konsisten dilakukan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo dalam sambutannya menyampaikan apresiasi karena diselenggarakannya acara ini. Andar menyoroti tiga ajaran pokok yang diajarkan oleh Buya Syafii, yaitu dalam poros keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan universal.
Baca Juga: Buya Syafii Maarif dan Kehidupan Sederhananya
Menurutnya, ketiga poros itu tengah mengalami krisis saat ini. Oleh karenanya, ini merupakan momen penting untuk kembali menggelorakan api semangat Buya Syafii untuk membawa masa depan bangsa yang rahmatan lil alamin dan mencerahkan.
Sambutan terakhir, sekaligus membuka acara disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Haedar Nashir menyampaikan bagaimana sosok Buya Syafii dalam kacamatanya.
Menurut Haedar, Buya adalah sosok yang sederhana dan selalu merasa menjadi orang biasa. Walaupun pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan menjadi tokoh bangsa, Buya Syafii tidak lantas merasa menjadi orang besar dan menjadi rujukan, bahkan ia adalah sosok yang selalu mengikuti prosedur.
Haedar menyampaikan, Buya Syafii adalah sebetul-betulnya moderat, yang mampu menempatkan progresifitas pada posisinya dan mempunyai kearifan yang melintas batas dalam menghadapi persoalan.
“Mudah-mudahan hasanah Buya ini menjadi inspirasi terus menerus untuk kita mengawal kehidupan kebangsaan. Kita harus terus berdialog, terus bersabar, dan jangan kehilangan asa,” pungkasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan secara simbolis dengan menorehkan tinta ke kanvas oleh Haedar Nashir, Butet Kertarajasa, dan Kapolda DIY, kemudian disusul seniman-seniman lainnya. (sa)