Oleh: Bahrus Surur-Iyung
Di bulan Ramadan banyak waktu-waktu dijabahinya doa. Di mana waktu tersebut tidak terjadi pada bulan-bulan lainnya, kecuali seseorang itu melakukan puasa. Karenanya, pertama, doa orang yang berpuasa adalah doa mustajabah. Rasulullah saw. bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَة ُالْمُسَافِرِ وَدَعْوَةالْمَظْلُوْمِ
Artinya, “Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang yang teraniaya.” (HR. Baihaqi)
Dalam riwayat lain disebutkan,
ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ
Artinya, ”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, disahihkan Al-Albani di sahih At-Tirmidzi)
Kedua, doa sebelum berbuka puasa. Berdoa sebelum berbuka puasa juga merupakan saat dikabulkannya doa. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa asalnya waktu mustajab adalah sebelum berbuka puasa (menjelang berbuka). Dalam hal ini, seorang hamba masih dalam keadaan berpuasa, badan mungkin ada sedikit lemah dan butuh makanan serta lagi dekat-dekatnya dengan Rabb-nya.
Banyak orang mengabaikan waktu menjelang berbuka puasa ini. Seseorang cenderung tergesa-gesa menyeruput minuman dan menyantap makanan di hadapannya. Saya bersama anak-anak dan keluarga sering mengingatkan ketika sedang menunggu azan maghrib agar tidak lupa berdoa memohon kebaikan dan keinginan apa saja kepada Allah.
Tapi, jangan pernah berpikir untuk senantiasa langsung dikabulkan oleh Allah. “Bisa jadi, sebagaimana janji Allah dan Rasul-Nya, doamu akan menjadi tabungan kamu di akhirat nanti. Namun, yakinlah bahwa doamu akan diijabahi oleh Allah.”
Kendati demikian, ada juga hadis membaca doa buka puasa itu dilakukan setelah berbuka, sehingga bisa saja doa tersebut adalah setelah berbuka. Bagi saya, jika lupa berdoa sebelum berbuka puasa, berdoalah sesudah berbuka puasa.
Baca Juga: Bulan Pelipatgandaan Pahala
Ketiga, doa di saat sahur. Sebagian kita mengira bahwa waktu sahur hanyalah waktu untuk menyantap makanan. Padahal, waktu sahur bisa digunakan untuk memanjatkan doa kepada Allah untuk memohon semua hajat dan keperluan kita. Dalam sebuah hadis muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi saw. bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
Artinya, “Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Imam Nawawi berkata bahwa bentuk keberkahan makan sahur di antaranya adalah karena waktu itu orang bangun, ada dzikir dan doa pada waktu mulia tersebut. Saat itu adalah waktu diturunkannya rahmat serta diterimanya doa dan istighfar. Waktu sahur adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu. (Syarh Shahih Muslim, 9: 182)
Dalam riwayat lain juga menunjukkan keberkahan waktu sahur. Dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).
Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Doa dan istighfar di waktu sahur adalah diijabahi (dikabulkan)”. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran 17,
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
Artinya, “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur”.
Keempat, doa pada malam lailatul qadar. Tidak diragukan lagi, malam lailatul qadar adalah malam yang paling dinanti umat Islam di seluruh dunia. Malam diturunkannya al-Quran ini adalah malam terbaik dari malam-malam lainnya.
Ketika orang berdoa saat malam lailatul qadar, maka tidak ada alasan bagi Tuhan untuk menolak doa tersebut. ‘Aisyah r.a. bercerita, “Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam lailatul qadar? Baginda bersabda: berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku).” (HR. Tirmidzi)
Tetapi, sangat sedikit orang yang mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul qadar. Yang paling aman dilakukan adalah tetap bersungguh-sungguh menjalankan Ramadan di sepuluh hari terakhir. Di saat banyak orang merasa lelah dan semakin menurun kondisi dan semangatnya inilah Allah dan Rasul-Nya memberi bonus besar bagi umatnya untuk tetap bersemangat menjalankan Ramadan.
Semoga kita termasuk orang yang benar-benar berpuasa dan muttaqin pada nantinya. Amin ya Rabb al-‘alamin.