
Siklus Menstruasi
Oleh: Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D*
Menstruasi merupakan proses fisiologis seorang perempuan. Namun ada kalanya perempuan harus mengatur siklus menstruasinya karena beberapa alasan misalnya, kegiatan yang mensyaratkan tidak dalam keadaan menstruasi, seorang atlet, mengikuti ujian (misalnya karena bila menstruasi nyeri), juga kegiatan ibadah seperti berhaji dan umrah.
Pahami Empat Fase Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi sendiri dibagi menjadi empat fase dengan ciri-ciri khusus. Masing-masing fase memberi efek fisik dan emosional yang berbeda pada perempuan. Itu sebabnya suasana hati (mood) seorang perempuan akan mudah berubah, bahkan kondisi fisikpun juga demikian. Empat fase tersebut adalah fase menstruasi, fase folikular (hari 1-13), fase ovulasi (hari 14) dan fase luteal (hari 15-28).
Pertama, fase menstruasi atau pendarahan adalah fase keluarnya darah haid. Lamanya bisa bervariasi, hingga 7 hari masih dianggap normal. Pada fase ini hormon progesteron turun drastis, sehingga memicu luruhnya lapisan rahim. Darah yang keluar sekitar 10 ml-80 ml. Perempuan biasanya akan mengalami kram perut karena kontraksi rahim dan otot-otot perut. Secara fisik perempuan berada pada titik terendah sehingga cenderung lemas dan ingin beristirahat.
Kedua, fase folikular. Disebut demikan karena kelenjar pituitari (hipofise) melepaskan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang merangsang folikel dalam ovarium untuk tumbuh menjadi dewasa (matang) yang kemudian merangsang rahim untuk membentuk lapisan pembuluh darah dan jaringan lunak yang disebut endometrium. Selain itu estrogen dan testosteron mulai meningkat selama fase ini. Hal ini akan memberikan dorongan energi, dan juga dapat meningkatkan mood dan otak sehingga perempuan mungkin merasa lebih tegas dan berani mengambil risiko.
Ketiga, fase ovulasi yaitu lepasnya folikel atas perintah hormon LH (luteinizing hormone) ke saluran tuba (tuba fallopi) dan akan bertahan selama 12-24 jam. Kejadian ini terjadi pada hari ke-14 dari siklus, sel telur yang dilepaskan tersapu ke tuba falopi oleh silia fimbriae. Pada fase ini, estrogen dan testosteron meningkat ke tingkat puncak, sehingga perempuan merasa lebih baik dan lebih percaya diri dengan gairah seks maksimal.
Keempat, fase futeal disebut demikian karena pada masa ini ada korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempertahankan endometrium hingga akhir siklus menstruasi. Pada fase luteal, adanya hormon progesteron akan menstimulasi suasana stabil. Namun, pada akhir fase ini saat hormon progesteron mulai menurun maka perempuan sebagian merasakan gejala PMS seperti keinginan makan karbohidrat tinggi, perut kembung, sakit kepala, mengalami cemas dan dan murung.
Bagaimana Cara Mengatur Siklus Menstruasi?
Sebelum mulai mengatur, perlu diketahui dulu jenis siklus yang akan diatur i) Siklus reguler dan dapat memastikan menstruasi berikutnya dengan kesalahan 1-2 hari. Pada kelompok ini maka menstruasi dapat diatur sesuai yang dikehendaki menjelang diperlukan. ii) Siklus ireguler sehingga tidak dapat memastikan kapan menstruasi berikutnya. Pada kelompok ini maka perlu menggunakan pil KB kombinasi sejak satu siklus sebelumnya. iii) Beberapa siklus tidak menstruasi karena banyak hal misalnya kondisi perimenopause atau polycystic ovarian syndrome maka tidak dapat memastikan kapan akan menstruasi berikutnya. Kelompok ini dapat menggunakan pil KB kombinasi langsung.
Selanjutnya pemakaian obat perlu dikonsultasikan dengan dokter untuk mengurangi efek lain yang ditimbulkan.
a) Pil KB kombinasi dapat dipakai untuk mengatur siklus menstruasi. Pilihan terbaik adalah pil kombinasi bifasik, yang dapat diidentifikasi dengan mudah dengan melihat ada 2 warna obat dalam paketnya. Tablet berwarna berisi hormon sedangkan tablet putih (biasanya) adalah tanpa hormon. Tablet yang berisi hormon dapat diteruskan ke paket pil berikutnya bila memang ingin memperpanjang hari bebas menstruasi. Dianjurkan agar menstruasi tidak ditunda lebih dari 2 minggu karena kemungkinan terjadi perdarahan sangat besar. Perdarahan biasanya juga banyak. Pada beberapa perempuan, pil juga menimbulkan efek samping yang kurang menyenangkan seperti suasana hati murung, perdarahan, nyeri payudara dan sakit kepala. Efek samping ini muncul sekitar tiga bulan pemakaian. Pada pengguna pil KB sebelumnya biasanya efek samping lebih dapat ditolerir. Pakailah pil yang sama bila memang sesuai. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk mulai memakai pil KB 3 bulan sebelum penundaan menstruasi yang lama misalnya untuk menunaikan ibadah haji untuk meminimalkan efek samping yang ditimbulkan. Secara empiris pil KB bifasik dosis rendah Ethinyloestradiol (30 microgms) dan progesterone (150 microgms Levonorgestral) dapat berhasil mencegah menstruasi dengan baik. b) Tables progesteron murni yang berisi 5mg Norethisterone (Primolut N) juga dapat dipakai. Gunakan pil 3×1 tablet setiap hari minimal mulai 4-5 hari sebelum menstruasi berikutnya, diminum sepanjang diinginkan. Bila diinginkan untuk mendapatkan menstruasi, hentikan pemakaian dan biasanya menstruasi akan muncul 2-3 hari kemudian. Metode ini paling baik dipakai untuk menunda menstruasi pada situasi menstruasi akan muncul sebelum atau saat hari-hari ber haji. Namun demikian harus dihindari bila ingin menunda menstruasi lebih dari 14 hari karena kemungkinan adanya perdarahan cukup besar. c) Pada kasus terjadinya perdarahan meskipun sudah mengkonsumsi obat penunda haid di atas, maka dapat menggunakan Cyklokapron (asam tranexamat) dengan dosis 2 tablets 3-4 kali sehari untuk menghentikan perdarahan.
Siklus menstruasi sangat bervariasi sehingga pengaturan juga bersifat individual. Kontraindikasi terhadap pil KB juga perlu diperhatikan misalnya merokok, adanya varises, riwayat trombosis dengan atau tanpa emboli, kelainan hati, kanker yang dicurigai berhubungan dengan estrogen, migrain berat dan insufisiensi serebrovaskuler. Pemberi layanan kesehatan tetap harus menggunakan pedoman medical elligibility criteria sebelum pemakaian pil KB.