Sebagai orang tua, sudah seharusnya paham mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini. Pasalnya, pendidikan usia dini menjadi pondasi bagi si kecil untuk mempelajari kemampuan dasar yang bakal dipelajarinya di masa mendatang. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk disampaikan sejak dini guna mempersiapkan SDM yang unggul di masa depan.
Mulianah Khairani (2018) menyebut, rentang usia anak usia dini berada di kisaran umur 0-6 tahun. Pada masa tersebut, pekembangan anak terjadi sangat pesar. Menurut para ahli, sekitar 40% perkembangan manusia terjadi pada masa-masa ini. Oleh sebab itu, banyak yang beranggapan periode ini merupakan momen yang sangat penting dan dari situlah muncul istilah golden age.
Pada masa golden age anak, orang tua harus mulai mengajarkan pendidikan usia dini pada anak. Siti Hanipah (2016) menjelaskan bahwa pendidikan usia dini adalah upaya menanamkan pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun, yang bertujuan untuk memberikan rangsangan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan sang anak. Tujuannya adalah agar si kecil memiliki kesiapan sebelum nanti memasuki ke jenjang pendidikan formal.
Salah satu bagian yang harus diajarkan orang tua mengenai pendidikan anak sejak dini yaitu mengenai pendidikan dakwah. Agar si kecil terbiasa dan menjadi bagian dari hidup saat menginjak usia nanti. Jika proses penyampaian pendidikan berjalan dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan banyak muncul generasi muda berkualitas yang mempunyai karakter yang baik.
Pentingnya Mengenalkan Dakwah pada Anak
Orang tua telah diberi beban tanggung jawab oleh Allah swt. perihal pendidikan anak. Dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan, dari Abdullah bin Umar r.a., beliau berkata: aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda (yang artinya), “Kalian semua merupakan pemimpin dan kalian akan ditanya mengenai orang-orang yang yang kalian pimpin. Kepala negara adalah pemimpin, dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang bapak merupakan pemimpin dalam keluarganya, dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang ibu pemimpin di rumah suaminya.”
Di era globalisasi di mana informasi dapat dengan mudah didapatkan akan mempengaruhi nilai keagamaan anak saat menginjak usia dewasa. Tantangan dakwah ke depannya akan lebih berat, oleh sebab itu anak harus dikenalkan dengan pendidikan dakwah sejak usia dini, supaya saat menginjak dewasa nanti, anak terbiasa dengan dakwah dan menjadi bagian dari kehidupannya.
Metode Mengenalkan Dakwah Pada Anak
Mengajarkan pendidikan pada anak usia dini merupakan pendidikan yang mempunyai karakteristik berbeda dengan masa usia lain pada anak. Bahkan, perlu perhatian lebih dalam proses pembelajarannya. Mengajarkan anak usia dini tidak boleh dengan paksaan, namun disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, dibutuhkan metode pengajaran yang tepat dalam proses pengenalan pendidikan dakwah pada anak. Merangkum dalam jurnal penelitian “Mengenalkan Dakwah pada Anak Usia Dini” oleh Siti Hikmah, berikut metode pengenalan dakwah yang cocok untuk anak usia dini
Pertama, dengan bercerita. Dalam cerita, kisah, atau dongeng dapat mengambil nilai-nilai, pesan moral, nilai ketuhanan, nilai sosial, dan lain sebagainya. Orang tua atau guru dapat menggunakan alat peraga seperti boneka atau benda-benda tiruan lainnya sebagai alat penunjang cerita.
Pesan moral dari isi cerita akan dapat dengan mudah terserap oleh anak apabila dipraktikkan langsung oleh guru saat menghadapi anak dengan kasus yang serupa dengan isi cerita yang disampaikan guru. Contohnya, anak suka marah-marah, lalu diingatkan dengan cerita singa yang marah dengan gajah, dan gajah menasehatinya dengan bilang “la tahdhob walakal jannah” janganlah engkau marah maka surga bagimu. Pesan hadits yang dimuat dalam cerita akan dapat dengan mudah dihafal oleh anak, sehingga ketika anak melihat temannya sedang marah ia dengan otomatis menasehatinya dengan hadis tersebut.
Baca Juga: Mengenalkan Perubahan Iklim pada Anak Usia Dini
Kedua, bernyanyi. Anak pada kisaran umur 1-8 tahun senang dengan aktivitas bernyanyi. Sisipkan pesan-pesan pendidikan, nilai ketuhanan, keagamaan pada lirik lagu yang dinyanyikan. Menyanyikan lagu yang diulang-ulang akan dapat membuat anak lebih mudah menerima isi materi dan mempraktikkan dalam kehidupan nyata.
Ketiga, rihlah. Mengajak anak jalan-jalan pergi mengunjungi tempat wisata atau melihat pemandangan sekitar dapat membantu menumbuhkan pengembangan dalam aspek kognitif, bahasa, emosi, kreativitas, sosial. Tujuan dari mengajak anak rihlah harus dihubungkan dengan tema-tema yang selaras dengan pengembangan anak usia dini. Tema yang cocok disampaikan yaitu mengenai kebesaran kuasa Allah atas penciptaan dunia dan isinya yang meliputi makhluk hidup, pegunungan, laut, dll.
Keempat, bermain. Dengan mengajak anak bermain dapat menyelipkan pesan dakwah pada anak misalnya tolong-menolong, jujur, kerjasama, saling menghormati.
Kelima, dengan metode outbond. Mengajak anak belajar dan bermain di luar kelas merupakan suatu kegiatan yang membuat anak bersatu dengan alam. Dengan outbond, anak akan melihat langsung keindahan alam sekitar, tanaman, hewan, dan ciptaan Allah lainnya. Metode ini digunakan supaya anak tidak hanya mendengar dan mempelajari dari gurunya saja, akan tetapi mereka diajak untuk ikut melihat langsung dan memperhatikan pelajaran yang telah diceritakan oleh gurunya pada saat belajar di kelas. Sehingga akan ada sinkronasi terhadap materi yang disampaikan guru dengan apa yang dilihatnya langsung.
Itu tadi 5 metode yang dapat digunakan dalam memberikan pendidikan dakwah pada anak usia dini. Para orang tua harus sadar untuk mengenalkan pendidikan dakwah pada anak sedini mungkin. Di samping itu, memori otak anak masih bersih belum terkontaminasi dengan pikiran negatif yang dapat merusak otak. Oleh karenanya, manfaatkan masa tersebut untuk mengajarkan anak nilai keislaman, dakwah, menghafal ayat suci al-Quran dan hadits Nabi. (miqdad)