Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya seorang ibu muda yang memiliki dua orang anak. Anak yang pertama adalah laki-laki berusia 5 tahun dan anak kedua adalah perempuan yang baru berusia dua minggu. Saya sedang menghadapi masalah tidak bisa menyusui karena ASI saya tidak keluar, padahal pada saat anak pertama, saya bisa menyusui sampai anak saya hampir berusia satu tahun.
Untuk anak kedua ini, pada awalnya, ASI bisa keluar sedikit sekali. Untuk memacu agar bisa keluar banyak, saya dianjurkan untuk tetap menyusui agar bisa keluar banyak. Saya juga sudah meminum jamu dan mengonsumsi sayur dari jenis dedaunan yang dapat memacu keluarnya ASI, tetapi ternyata juga tidak dapat keluar.
Oleh karena itu, bayi saya terpaksa harus minum susu formula dengan menggunakan botol. Memang berat rasanya hati ini, khawatir akan menimbulkan akibat kurang baik bagi perkembangan bayi saya. Kak ‘Aisy, saya mohon diberi penjelasan bagaimana cara menyusui menggunakan botol dengan baik. Untuk itu, kami menghaturkan terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu I R di B
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Ibu I R, selamat atas kelahiran buah hati yang kedua. Semoga menjadi qurrata a’yun yang salihah. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk menyampaikan permasalahan Ibu. Memang berat rasanya bagi seorang ibu yang baru melahirkan kemudian menyadari bahwa ternyata tidak bisa menyusui bayinya. Kekhawatiran tentang kesehatan dan perkembangan bayi sangat mungkin muncul.
Menyusui memang sangat baik bagi perkembangan bayi, baik secara biologis maupun secara psikologis. Secara biologis, ASI mengandung gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi secara keseluruhan. Bukan hanya itu, ASI yang keluar pada beberapa hari pertama, yang disebut kolostrum, mengandung gizi yang tinggi dan immunoglobulin yang akan meningkatkan daya imunitas bayi yang baru lahir serta baik untuk pencernaannya.
Secara psikologis, proses menyusui menumbuhkembangkan kelekatan (attachment) pada bayi yang baru saja keluar dari kandungan ibundanya. Kelekatan yang mampu berkembang pada bayi secara optimal akan berpengaruh kepada tumbuhnya rasa aman, dicintai, dan diterima. Jenis perasaan tersebut amat penting bagi terbentuknya kesehatan jiwa pada anak hingga pada tahap perkembangan selanjutnya. Hal itu terjadi karena selama menyusui, bayi merasa lekat dengan ibu, baik secara fisik maupun kejiwaan.
Baca Juga: Dakwah Kesehatan dalam Kongres Bayi Aisyiyah
Di samping melekatnya badan bayi pada ibu, suara detak jantung ibu yang mampu didengar bayi pada saat menyusu menimbulkan rasa aman karena seirama dengan detak jantung yang ia dengar saat dalam kandungan. Aktivitas tersebut menimbulkan rasa aman. Suara lembut ibu yang mengajaknya berdialog pada saat menyusu juga menumbuhkan rasa diterima dan dicintai, sehingga bayi merasa damai. Kelekatan yang tumbuh pada usia bayi dan berkembang pada usia selanjutnya akan menjadi modal kejiwaan bagi seseorang dalam kemampuan mengelola emosi.
Para ibu yang terpaksa tidak bisa menyusui langsung dan harus digantikan dengan botol masih bisa menumbuhkembangkan kelekatan pada bayi mereka. Di samping itu, bayi juga masih dapat tumbuh dengan sehat apabila proses menyusui dengan botol dilakukan secara tepat dan benar. Untuk menjaga kesehatan bayi, proses menyusui dengan botol perlu memperhatikan aspek kandungan susu, kebersihan botol, serta cara yang tepat saat memberikan susu.
Untuk menjaga kesehatan fisik bayi, orang tua perlu mencarikan susu formula yang sesuai dengan kebutuhan usia bayi. Untuk itu, Ibu I R dan atau keluarga bisa berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli kesehatan bayi dan anak. Selain itu, kebersihan botol dan dotnya serta kesesuaian dot untuk usia tertentu pada bayi juga tidak bisa dikesampingkan.
Selanjutnya, Ibu I R juga perlu memahami cara yang tepat dalam menyusui dengan botol. Pertama, terkait posisi botol agar bayi bisa meminum dengan tepat dan tidak tersendak. Kedua, agar hubungan psikologis ibu dan bayi bisa tetap menyerupai ketika ibu menyusui dengan ASI.
Saat menyusui dengan botol, rapatkan bayi pada badan ibu. Kepala bayi diletakkan bersandar pada lengan Ibu. Botol dipegang sedekat mungkin ke dada dengan posisi horizontal atau miringkan sedikit agar susu bisa masuk ke dot. Saat menyusui, sebaiknya bayi digendong. Berilah sentuhan-sentuhan halus pada badan bayi sebagaimana ibu menyusui dengan ASI, sambil berbicara dengan halus seperti berdialog dengan bayi.
Bacalah basmallah dengan suara lembut pada awal menyusukan botol. Suara itu insyaAllah juga terserap oleh pendengaran bayi. Tempelan badan bayi pada dada, sentuhan-sentuhan halus, serta suara ibu saat berdoa dan berdialog dengan bayi akan memberikan rasa aman, diterima, dan dicintai, yang merupakan modal psikologis untuk bisa memiliki jiwa yang sehat sebagaimana pada bayi yang minum ASI tanpa botol.
Ibu juga harus memperhatikan kapan bayi merasa lapar dan kenyang. Menangis merupakan salah satu tanda bayi lapar, juga ketika bibirnya mengecap-ngecap tanda mencari dot. Saat menyusukan dot setelah beberapa saat, tarik dot pelan-pelan untuk memberi jeda. Saat bayi sudah ada tanda menolak, lepaskanlah dot dari mulutnya. Lalu, berilah kesempatan bayi untuk bersendawa seperti setelah bayi minum ASI.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian para ibu adalah menghindari menyusukan botol saat bayi tiduran. Biasanya, botol diganjal dengan sesuatu ketika diberikan kepada bayi saat tidur. Hal ini memperbesar potensi aliran susu ke rongga telinga sehingga bisa mengakibatkan terjadinya infeksi.
Ibu I R yang baik, itulah beberapa hal terkait dengan cara menyusui bayi menggunakan botol. Semoga dapat digunakan dengan baik dan bayi Ibu bisa tumbuh sehat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Susilaningsih Kuntowijoyo)