Lahat, Suara ‘Aisyiyah – PP ‘Aisyiyah bersama Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sumatera Selatan dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Lahat melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) ini guna mengetahui atau mengidentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya masalah stunting dan pernikahan anak, Hak-hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), pernikahan anak, pemberdayaan ekonomi, dan kaum difabel. Program Inklusi ini dianggap penting dalam rangka pemetaan problem stunting dan perkawinan anak untuk peningkatan derajat kehidupan perempuan miskin.
FGD ini dilakukan di Kantor Camat Kikim Timur, Kabupaten Lahat pada Rabu (15/6). Hadir dalam kesempatan tersebut Pemerintah Desa, Puskesmas, tokoh masyarakat, Kepala Desa, masing-masing Puskesmas (mewakili Cempaka Sakti, Bungamas, Banyumas, Purbamas), kader, remaja, dan penerima manfaat dari masing-masing desa.
Bidan Efti Mulyani yang bekerja di salah satu Puskemas mengatakan bahwa stunting ini terjadi karena beberapa faktor, seperti pendidikan orang tua yang rendah dam pernikahan anak yang tidak tercatat di KUA karena usia pernikahan kurang dari 19 Tahun. Pernikahan anak ini menyebabkan kesejahteraan yang kurang, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya stunting. “Jadi mungkin stunting itu hanya akhirnya saja. Sebenarnya banyak faktor penyebab terjadinya,” kata dia.
Baca Juga: Aisyiyah dan Relevansi Pendekatan GEDSI dalam Program Pencegahan Perkawinan Anak dan Stunting
Penangangan stunting ini, terang Efti, merupakan tugas bersama. Tidak hanya membantu anak yang stunting, tetapi juga bagaimana mencegah agar stunting tidak ada atau tidak terjadi lagi pada generasi selanjutnya.
Kepala Puskesmas, John Sapri mengatakan bahwa edukasi atau pendidikan kesehatan yang dilakukan selama ini adalah melalui penyuluhan-penyuluhan dan konsultasi secara langsung, seperti Posyandu, baik Posyandu balita-lansia maupun Posyandu remaja. ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Rosyidah selaku peneliti Inklusi dari PP ‘Aisyiyah yang didampingi oleh Rokhmayanti (FKM UAD) dan Rhipiduri (Stikes ‘Aisyiyah Palembang) mengatakan bahwa kerja sama dengan dinas-dinas terkait sangat penting sekali. “Itulah gunanya kegiatan FGD ini diadakan. Penanganan stunting, perkawinan anak ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, tapi melibatkan berbagai pihak,” kata dia.
Kerja sama itu meliputi ‘Aisyiyah maupun tokoh masyarakat, Puskesmas, tokoh agama, dan pihak terkait untuk bergandengan tangan bekerja sama dalam upaya pendampingan perubahan perilaku masyarakat dengan komunikasi dua arah, informasi, dan edukasi, serta upaya kesehatan berbasis masyarakat diperlukan dalam penanganannya.
“‘Aisyiyah berharap agar perempuan dapat diberikan kesempatan untuk berperan di ruang-ruang publik agar isu-isu soal perempuan bisa diatasi bersama-sama. Setelah kita lakukan pemetaan masalah, maka kita akan lakukan solusi program pemberdayaan dengan berkolaborasi dengan banyak pihak,” tutup Rosyidah. (aditya/sb)