Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Talkshow Transformasi Kesehatan menuju Kudus Sehat dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-59 digelar di ruang pertemuan lantai 2 Rumah Sakit ‘Aisyiyah Kudus pada Sabtu (18/11). Kegiatan yang dihadiri oleh BPH dan Direksi RSA, PDA Kudus, Djarum Foundation, dan perwakilan PCA se-Kabupaten Kudus ini menampilkan tiga pemateri, yaitu Najib Budiwardoyo, Arif Faiza, dan Erna Sulfrida.
Materi Sosialisasi Pencegahan Stunting disampaikan oleh Najib Budiwardoyo. Ia memaparkan bahwa angka stunting di Indonesia berhasil mengalami penurunan dari tahun 2021 ke 2022, yaitu dari 24,4% menjadi 21,6%.
Mnurutnya, kekurangan gizi pada awal kehidupan berdampak terhadap kualitas SDM, di antaranya gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta gangguan metabolik pada usia dewasa. “Hal ini akan mempengaruhi berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus, berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular berupa diabetes, obesitas, stroke, dan penyakit jantung,” ungkap Najib.
Ia mengatakan bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pasa masa itu, semua organ dan sistem organ tubuh pada anak berkembang secara pesat, yaitu masa kehamilan (9 bulan), awal kelahiran saat ASI Eksklusif (6 bulan), dan masa menyusui hingga usia 2 tahun (18 bulan).
Lebih lanjut, Najib menerangkan, siklus stunting sebenarnya dapat terjadi dari ibu ke anak. Ibu yang mengalami stunting saat kecil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Demikian juga bayi yang lahir dengan BBLR akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami stunting di masa kanak-kanak.
Dalam konteks itulah upaya promotif dan preventif dari hulu sama pentingnya dengan di hilir dan harus dilakukan sejak dini. Beberapa hal yang perlu dilakukan, Najib mengungkapkan, adalah dengan menjaga kesehatan umum dan reproduksi masa remaja secara optimal, meningkatkan kesadaran dan kemampuan calon pengantin (catin) dalam mempersiapkan kehamilan, pemberian pelayanan pada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.
Selain itu, agar kebutuhan gizi bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (Periode Emas) dapat dipenuhi sempurna, dapat dilakukan dengan: makan lebih banyak dan beraneka ragam lauk, sayur dan buah agar kebutuhan gizi janin terpenuhi, dan minum tablet tambah darah; tidak merokok, tidak minum soda, beralkohol, tidak menjadikan mie instan sebagai makanan pokok, hindari makanan berpengawet, dan jangan minum obat tanpa resep dokter; pemeriksaan minimal 4 kali selama masa kehamilan; rencanakan tempat persalinan lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD); ASI eksklusif hingga 6 bulan, dan melanjutkan hingga 2 tahun dengan MP ASI.
Baca Juga: Pernikahan Anak, Menyelesaikan Masalah dengan Masalah
Materi talkshow kedua, Upaya Pencegahan Stunting di Masyarakat disampaikan oleh Arif Faiza. Ia menyampaikan, “Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang atau malnutrisi kronik akibat asupan nutrisi yang tidak optimal serta kebutuhan nutrisi yang meningkat karena kondisi kesehatan suboptimal akibat penyakit. Malnutrisi dapat berupa defisiensi (kekurangan gizi), malnutrisi zat gizi mikro (kekurangan atau kelebihan vitamin, mineral) atau gizi lebih dan obesitas, serta ketidakseimbangan asupan energi dan gizi.”
Stunting dapat berdampak jangka pendek (berupa angka kesakitan dan kematian meningkat, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan peningkatan risiko infeksi) dan jangka panjang (potensi kognitif dan kemampuan fisik yang akan mempengaruhi kapasitas kerja serta status sosial ekonomi, serta akumulasi lemah sentral dan resistensi insulin, yang berisiko mengalami penyakit degenerative, gangguan fungsi reproduksi saat dewasa).
Penyebab stunting antara lain faktor rumah tangga dan keluarga (faktor maternal dan lingkungan rumah), pemberian MP ASI dan ASI tidak adekuat, diakibatkan infeksi. Faktor maternal dapat berupa nutrisi yang buruk pada masa prekonsepsi, kehamilan dan laktasi, postur ibu yang pendek, infeksi, kehamilan pada remaja, kehamilan preterm, jarak antar kelahiran dekat, dan hipertensi. Lingkungan rumah yang dapat menyebabkan stunting yaitu stimulasi dan aktivitas anak tidak adekuat, pola pengasuhan yang buruk, suplai air dan sanitasi tidak adekuat, kerawanan pangan, alokasi makanan dalam rumah tangga tidak sesuai, tingkat pendidikan pengasuh yang rendah, tingkat kemakmuran rumah tangga, ayah dan ibu yang merokok, serta tingkat hunian tinggi.
Kebutuhan dasar anak meliputi kebutuhan fisik biomedik, nutrisi, sandang, papan, Kesehatan dasar termasuk imunisasi, hygiene dan sanitasi, kesegaran jasmani dan rekreasi (asuh). Kebutuhan emosional atau kasih sayang (asih), dan kebutuhan stimulasi mental psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, dan produktivitas (asah).
Langkah terbaik untuk penanganan stunting adalah deteksi dini dan upaya pencegahan sehingga tidak ada anak stunting yang baru. Pencegahan primer dengan memberikan asupan protein hewani adekuat (PMT talur dan susu di Posyandu); pencegahan sekunder dengan deteksi dini dan tata laksana segera terhadap gizi kurang/buruk (terapi nutrisi PKGK) di Puskesmas, dan pencegahan tersier dilakukan deteksi dini dan tata laksana segera terhadap stunting (terapi nutrisi PKMK) di Rumah Sakit. PMT susu dan telur setiap hari selama 2 bulan dapat mencegah stunting 62,8%. Prinsip tatalaksana stunting dengan pemberian makan yang benar dan energi cukup, jadwal tidur teratur dengan waktu tidur malam mulai pukul 21.00 untuk mencapai tidur dalam (deep sleep) pada 23.00-03.00, dan olahraga atau aktivitas fisik teratur selama 30-60 menit, minimal 3-5 hari dalam sepekan.
Think Nutritioin First, FIGO. Pikirkan Gizi Dulu. Slogan ini diusung FIGO untuk meningkatkan kesadaran pentingnya gizi bagi kesehatan perempuan dan anak. (WN Agustina)-sb

