Menyikapi persebaran Covid-19 yang semakin meluas, Muhammadiyah-‘Aisyiyah dengan sigap memberikan panduan sosial keagamaan dan bantuan SDM, fasilitas layanan kesehatan, maupun materi kepada masyarakat. Hal ini merupakan bentuk solidaritas dan tanggungjawab Muhammadiyah-‘Aisyiyah sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan dunia, yang dalam bahasa al-Qur’an disebut sebagai ta’awun.
Anggota Badan Pengurus Harian Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta Habib Chirzin menuturkan, ta’awun merupakan “panggilan iman yang sangat mendasar dan sekaligus tuntunan Islam yang sangat indah”. Dalam konteks saat ini, mengingat Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemi atau wabah yang serempak terjadi di mana-mana, maka menurutnya, kerjasama antara berbagai elemen masyarakat perlu dilakukan guna menjaga diri dari malapetaka baik di dunia maupun di akhirat.
Selain melibatkan berbagai pihak, menurut Habib Chirzin, kondisi saat ini juga menjadi momentum untuk memperluas cakrawala ta’awun dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan, sosial, ekonomi, budaya, politik, teknologi, dan sebagainya. “Solidaritas sosial dan kebersamaan mestinya setara dengan luas dan besarnya bahaya, bahkan kematian yang ditimbulkannya,” jelasnya.
Universalitas Ta’awun
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebutkan, ”Belum dikatakan sempurna iman seseorang sampai ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri.” Hadis ini dijadikan landasan Shoimah Kastolani selaku Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Koordinator Majelis Kese-jahteraan Sosial PP ‘Aisyiyah untuk ikut serta memberikan kontribusi aktif dan positif di tengah pandemi Covid-19.
Menurutnya, ‘Aisyiyah secara kelembagaan, di berbagai struktur pimpinan dan segenap majelis, lembaga, serta amal usahanya telah berkoordinasi sesuai dengan bidang dan kompetensi masing-masing. Sebagaimana diketahui, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah telah mengeluarkan surat instruksi yang mendorong warga ‘Aisyiyah di masing-masing wilayah untuk melakukan gerakan Ta’awun Sosial Dampak Covid-19.
Gerakan ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19 dalam bentuk masker, hand sanitizer, cairan disinfektan, Alat Pelindung Diri (meskipun sejauh ini masih terbatas pada Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah), termasuk pemberian sembako bagi kaum dlu’afa, dan buruh pekerja harian.
Shoimah memberikan contoh bahwa dalam rentang waktu tiga hari, Badan Pimpinan Harian dan Majelis di tingkat PP ‘Aisyiyah yang berdomisili di Yogyakarta berhasil mengumpulkan paket sembako sebanyak 360 paket, belum termasuk yang berdomisili di Jakarta. Ia mendapatkan laporan bahwa sudah banyak wilayah yang ikut membantu. Saat ini tercatat ada 34 PWA, 452 PDA, 7000 PCA, dan 12000 PRA di Indonesia, yang semuanya siap bergerak untuk membantu masyarakat dan bangsa.
Dalam hal ini, ‘Aisyiyah tidak bersikap ekslusif dengan hanya memberikan bantuan kepada warga Muhammadiyah-‘Aisyiyah saja atau kepada umat Islam saja, tetapi kepada segenap masyarakat yang terdampak. “’Aisyiyah sebagai ormas sosial-keagamaan mengedepankan keterbukaan dalam berjejaring atau bekerjasama dengan siapa pun, selama bersedia menjadi mitra kerja,” ungkap Shoimah.
Keterbukaan tersebut menurut Habib Chirzin merupakan bentuk kesadaran sosial yang berskala global dari Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Kesediaan dan kesiapsiagaan tersebut menjadi bukti bahwa keduanya adalah global civil society. Selain itu, menurutnya, kemampuan Muhammadiyah-‘Aisyiyah dalam memfungsikan struktur pimpinan, majelis, lembaga, Ortom, serta amal usaha merupakan wujud dari the new religious social movement yang cepat tanggap dan bergerak serentak secara efektif.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, perlu dibangun sebuah kesadaran dan solidaritas sosial yang melintas batas; lintas bangsa, lintas budaya, dan lintas agama. Sebuah konsep dan praksis ta’awun yang berskala global dan mondial. “Lembaga-lembaga sosial keagamaan dan para non-state actor mesti bekerjasama dengan badan-badan dunia di bidang kesehatan, seperti World Health Organization (WHO) yang memegang kendali utama, bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF), dan sebagainya,” tegasnya.
Muhammadiyah Command Covid-19 Center (MCCC) merupakan pintu koordinasi bagi majelis, lembaga, dan amal Muhammadiyah-‘Aisyiyah, yang bertugas mengkoordinasi pelaksanaan program dan melakukan aksi penanganan pandemi Covid-19. MCCC telah membangun kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang menjadi bukti bahwa Muhammadiyah-‘Aisyiyah hadir bersama pemerintah untuk membantu masyarakat Indonesia.
“Pandemi Covid-19 ini telah merubah kehidupan masyarakat sehari-hari, pola hidup (life pattern), dan juga gaya hidup (life style), ketika semua orang harus tinggal di dalam rumah dan bahkan melakukan karantina mandiri. Semua kehidupan menjadi berubah. Perubahan ini berskala planeter,” jelas Habib Chirzin.
Pada kesempatan yang sama, menurutnya, semesta sedang beristirahat dan melakukan upaya penyembuhan (global healing). Manusia kembali diingatkan akan tanggungjawabnya sebagai khalifatullah fi al-ardh, yang semestinya mempunyai kesadaran kemanusiaan dan ekologis dengan menerapkan etika global yang dihayati bersama. Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan refleksi diri, muhasabah, tafakkur, dan tadabbur.(Sirajuddin)
Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 5 Mei 2020