AnakSejarahWawasan

Dakwah Kesehatan dalam Kongres Bayi Aisyiyah

Kongres Bayi Aisyiyah
Kongres Bayi Aisyiyah

Kongres Bayi Aisyiyah

Oleh: Hajar Nur S

Jika sampai hari ini ‘Aisyiyah masih menaruh perhatian pada isu-isu gizi, hal itu bisa berarti dua hal. Pertama, isu gizi merupakan isu pergerakan ‘Aisyiyah sejak organisasi perempuan ini hadir, sehingga program gizi ‘Aisyiyah di abad kedua makin meneguhkan posisi ‘Aisiyah sebagai organisasi perempuan yang berfokus pada isu gizi meski isu tersebut belum menjadi prioritas kebijakan publik. Kedua, berefleksi, mengapa problem gizi masih menjadi pekerjaan rumah bangsa ini meski masalah gizi sudah menjadi bagian dari pembahasan Kongres Perempuan Indonesia I yang berlangsung tahun 1928.

Pada tahun 1930, Muhammadiyah melangsungkan kongresnya ke-19 di Minangkabau. Di medan kongres Muhammadiyah bagian ‘Aisyiyah, diadakan Kongres Bayi atau semacam kontes bayi sehat. Terdapat tiga dokter yang memeriksa kesehatan bayi dalam Kongres Bayi, yaitu De Vries, Dr. Saleh, dan Dr. Arifin. Usai diperiksa, Sitti Rangkayo Kahar Masjhoeri, yang membantu pekerjaan para dokter, mengumumkan hasil pemeriksaan bayi. Jumlah bayi yang dinyatakan sehat sebanyak 16 anak. Ia juga menyayangkan sedikitnya bayi yang sudah dicacar atau mendapat imunisasi. Dari 76 bayi yang diperiksa, hanya 6 bayi yang sudah diimunisasi.

Tak hanya memeriksa kesehatan bayi, acara Kongres Bayi juga dipergunakan untuk memberikan edukasi bagi kaum ibu tentang kesehatan anak. Kaum ibu mendapatkan penyuluhan bahwa kesehatan bayi juga ditentukan oleh kesehatan ibu sejak mengandung, pentingnya ASI bagi bayi, bahaya nyamuk, anjuran memandikan bayi dengan sabun, dan manfaat cacar atau imunisasi untuk bayi.  Materi-materi yang disampaikan tersebut masih terus relevan diberikan pada kaum ibu hingga saat ini. Bahkan perkara imunisasi yang sempat mengundang perdebatan di beberapa kalangan hingga saat ini pun, ternyata telah dilakukan oleh ‘Aisyiyah sejak masa itu dengan mempertimbangkan pentingnya imunisasi bagi kesehatan bayi.

Kongres Bayi ternyata juga berlangsung saat diselenggarakan Kongres Muhammadiyah Bagian Aisyiyah ke-21 di Makasar, sebagaimana termuat dalam majalah Soeara Aisjijah, Nomor 8-9, tahun 1932, edisi kongres. Kali ini, kongres bayi melibatkan dokter berkebangsaan Tionghoa, dokter Tan Tjoen Han yang bertugas memeriksa kesehatan para bayi.  Tiga bayi diumumkan sebagai pemenang kontes bayi sehat, dan sesudahnya sang dokter menyempatkan diri untuk berbicara di depan kaum ibu tentang kepentingan kesehatan dan perawatan bayi.

Keberadaan dokter berkebangsaan Tionghoa dalam kongres tersebut juga menandai keterbukaan Muhammadiyah-‘Aisyiyah dengan berbagai pihak perihal urusan kemanusiaan sebagaimana juga tampak dalam Kongres Bayi di Minangkabau.  Dalam tulisan “Catatan yang Perlu” perihal penyokong dan penderma, tersebut beberapa nama Tionghoa seperti Go Ja Hoei yang memberi pinjaman sebuah rumah, bahkan dari 8 pengirim karangan bunga, 5 orangnya adalah warga Tionghoa.

Baca Juga: Dawiesah dalam Sejarah Pendidikan Kesehatan ‘Aisyiyah

Kongres bayi sepertinya sudah menjadi acara rutin Kongres Muhammadiyah Bagian ‘Aisyiyah, setidaknya berlangsung dalam beberapa kali kongres, yaitu dalam Kongres di Minangkabau pada 1930, di Makasar pada 1932, di Yogyakarta pada 1937, dan di Medan pada 1939. Suasana kongres bayi tampak meriah sebagaimana tampak dalam foto. Kaum ibu ‘Aisyiyah berkerudung putih tampak membawa anaknya yang masih bayi, menanti giliran bayinya ditimbang dan diperiksa oleh dokter.

Menariknya, kongres bayi atau digunakan juga istilah baby show juga dilaksanakan hingga di tingkat Ranting, seperti dilakukan di Kurai Tadji, merujuk pada nama Ranting yang terdapat dalam keterangan foto. Pelaksanaan baby show atau kontes bayi di tingkat Ranting juga dilakukan bekerja sama dengan dokter untuk kepentingan pemeriksaan bayi. Dengan begitu, gerakan ‘Aisyiyah berkenaan dengan isu kesehatan ibu dan bayi telah berlangsung hingga ‘Aisyiyah di tingkat Ranting yang berhubungan langsung dengan masyarakat di sekitarnya.

Kongres Bayi, baby show, atau kontes  bayi dapat dikatakan sebagai cara kreatif ‘Aisyiyah kala itu dalam melakukan dakwah di bidang kesehatan anak. Cara tersebut digunakan agar anak menjadi generasi yang kuat di tengah keterbatasan akses perempuan bumi putera saat itu pada informasi kesehatan ibu dan bayi. Satu abad setelahnya, ‘Aisyiyah sebagai organisasi yang memiliki identitas sebagai organisasi perempuan muslim berkemajuan perlu terus berinovasi dalam menggerakkan program gizi baik melalui pemberdayaan maupun amal usaha.

Related posts
Berita

Peringati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, MHH PP Aisyiyah Gelar Webinar Peran Aisyiyah dalam Implementasi UU TPKS

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Dalam rangka memeringati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2023, Majelis Hukum dan HAM PP ‘Aisyiyah dan Program Inklusi…
Sosial Budaya

Peran Kebangsaan Aisyiyah: Dulu, Kini, dan Masa Depan

Oleh: Tri Hastuti Nur R. Peran kebangsaan ‘Aisyiyah dapat dilihat pada jejak-jejak sejarah sejak kehadirannya. Frobel School (taman bermain) yang merupakan embrio…
Qaryah Thayyibah

Musala Aisyiyah Karangkajen Melintas Waktu

Di sudut perempatan jalan kampung yang sibuk, berdiri kokoh musala yang diperuntukkan khusus untuk kaum hawa. Bangunan sederhana itu memainkan peran sebagai…

42 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *