Oleh : Moh. Dennis Fiqh
Islam adalah agama dakwah yang mengajak umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajarannya kepada seluruh umat manusia. Di era teknologi informasi dan globalisasi ini, model penyebaran dakwah Islam juga turut mengalami perubahan. Adanya teknologi canggih seperti televisi, komputer, smartphone, hingga internet berperan penting terhadap keberlangsungan dakwah. Bisa saja semakin sukses, namun tidak menutup kemungkinan bahwa perubahan zaman menjadi hambatan dalam berdakwah.
Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam yang mengemban amanah dakwah tentu perlu memikirkan dan menerapkan strategi dakwah yang mampu diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini demi tersampaikannya pesan dakwah yang dibawa secara maksimal sehingga keberadaan Muhammadiyah dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas, tidak hanya di lingkungan Muhammadiyah.
Dalam Muhammadiyah, terdapat Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang terdiri dari ortom-ortom Muhammadiyah. Jika eksistensi dakwah Muhammadiyah diibaratkan sebagai nyala api yang memberi manfaat bagi banyak orang, maka AMM adalah kayu bakar yang akan memastikan api itu tetap menyala. Konsisten menyala dari dulu, hari ini, hingga di masa yang akan datang.
Tidak dapat dimungkiri, kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi keunikan sekaligus tantangan bagi AMM dalam bergerak. Banyak perbedaan di dalamnya seperti bahasa, seni, budaya, adat dan lainnya. Perbedaan ini tidak hanya ada di setiap pulau, provinsi, atau kota. Bahkan, antara satu desa dengan desa yang bersebelahanpun sering ditemukan perbedaan yang jelas terlihat.
Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan khusus dan penyegaran terkait metode-metode dakwah yang mungkin saat ini masih belum efektif. Tidak hanya itu, Muhammadiyah, khususnya AMM, juga tidak dapat bergerak sendiri. Kita perlu memberdayakan dan melibatkan masyarakat untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam bergerak karena sesungguhnya amanah dakwah adalah tanggung jawab bersama.
Saat ini, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang merupakan bagian dari AMM mengangkat konsep Spirit Kolaborasi dan Dakwah Komunitas. Spirit Kolaborasi merupakan sebuah wujud kesadaran bahwa pergerakan hari ini bukan hanya milik kita. Perlu adanya kerja sama dan kolaborasi berbagai pihak untuk mewujudkan dakwah yang berdampak pada masyarakat luas.
Lalu bagaimana dengan Dakwah Komunitas? Pasca Tanwir PP IPM November tahun 2019, IPM membentuk tim akselerasi yang terdiri dari PP IPM dan perwakilan dari beberapa pimpinan wilayah IPM untuk nantinya dapat mengakomodasi dan mewadahi komunitas-komunitas yang saat ini sudah didata. IPM juga membuat tim perumus buku panduan komunitas yang diharapkan dapat menjadi panduan untuk mengelola komunitas-komunitas tersebut.
Setelah didata, ditemukan bahwa komunitas-komunitas, khususnya komunitas seni yang ada di lingkungan Muhammadiyah, cukup banyak. Misalnya Aliansi Suporter Muhammadiyah (ASM) Surabaya yang diharapkan membawa spirit perdamaian dan persaudaraan, serta mampu mengubah persepsi masyarakat soal suporter yang identik dengan permusuhan, perusakan, dan kekerasan yang berujung menelan korban jiwa. Selain itu, di Kota Depok juga ada marawis reggae. Perkumpumpulan ini berawal dari sekumpulan anak panti asuhan Muhammadiyah yang memiliki hobi bermain musik. Lagu-lagu kombinasi marawis dan reggae yang mereka bawakan juga berisi pesan-pesan positif. Mereka bahkan pernah tampil di Muktamar IPM ke 19 di Jakarta.
Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 3 Maret 2020
Sumber ilustrasi : https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/06/03/dakwah-kultural/