Kesehatan

Dampak Jajanan pada Anak

Oleh : Fitri Arofiati, SKep.,Ns, MAN, Ph.D (Dosen Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur tentang makanan. Dalam Islam, makanan bukan hanya sekedar mengenai hukum halal dan haram saja, tetapi kualitas (kandungan gizi) dan efek makanan terhadap kesehatan tubuh.

Banyak sekali penyakit yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan yang salah. Maka tak heran bila Rasulullah sangat memperhatikan masalah tentang makanan. Dalam Al Qur’an pun telah disebutkan salah satu prinsip makanan sehat adalah tidak berlebih-lebihan.

Saat ini, jajanan mengalami inovasi yang begitu cepat. Bukan hanya jenis makanannya, bentuk dan warna yang beragam juga menjadi daya tarik tarik tersendiri bagi anak-anak. Disamping menarik, harganya yang relatif terjangkau –bahkan murah membuat anak-anak tertarik membelinya.

Sayangnya, menurut hasil penelitian, banyak makanan jajanan yang menggunakan bahan tambahan pangan dan bahan pengawet yang tentunya berbahaya apabila penggunaannya melebihi nilai ambang batas ketentuan aman. Selain penggunaan bahan berbahaya, hal yang perlu dicermati adalah pengolahan dan tempat menjajakan jajanan, karena sering kali tidak memperhatikan kebersihan.

Faktor kesadaran higienis dan sanitasi di negara ini terbilang masih sangat rendah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih, dikarenakan makanan mudah sekali terkontaminasi bakteri, seperti salmonella, sigella, amoeba, campylobacter, cacing, dan escherichia coli (e-coli). Bakteri yang masuk ke saluran cerna, bisa menyebabkan keracunan makanan dan infeksi pada saluran cerna.

Menurut laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), angka penderita penyakit tifus yang diakibatkan bakteri salmonella typhi di seluruh dunia sebanyak 21,5 kasus per tahun. Kejadian paling banyak ditemukan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.  Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation) juga mencatat bahwa diare mengancam nyawa dan berrisiko menyebabkan kematian. Padahal tiap tahunnya, penyakit ini mengakibatkan kematian 760.000 anak di dunia. 

Di Indonesia, kejadian luar biasa karena pangan yang kerap terjadi adalah keracunan makanan. Menurut data BPOM, jumlah korban keracunan pangan Indonesia mencapai 25.268 orang. Dari 80% kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah, 35%-nya dialami anak sekolah dasar. Anak lebih mudah terpapar karena biasanya satuan untuk menunjukkan angka melebihi ambang batas penggunaan bahan pangan tambahan dalam miligram per kilogram berat badan. Berat badan pada anak-anak lebih ringan daripada orang dewasa, sehingga lebih mudah terpapar.

Gejala yang muncul jangka pendek biasanya mual, muntah, dan diare yang merupakan proses terjadinya keracunan makanan akibat tercemar mikro organisme, parasit, ataupun bahan racun kimiawi (pestisida/insektisida). Sementara itu, bahaya jangka panjang jajanan yang tidak menyehatkan adalah memantik kanker, selain kemungkinan gangguan kesehatan lainnya.

Kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya yang sering ditemukan pada makanan jajanan diantaranya adalah formalin, boraks, pewarna tekstil,hingga bakteri makanan. Zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, kanker kandung kemih dan gangguan hati. Berikut bahaya makanan jajanan yang tidak sehat dikarenakan adanya unsur BTP berbahaya didalamnya:

Pertama, formalin: zat yang tidak berwarna, mudah terbakar namun karakter baunya sangat menyengat. Zat ini biasanya digunakan sebagai bahan untuk cairan pembersih dan pembuatan perkakas rumah tangga, furniture, ataupun kayu lapis. Bahkan bahan perekat seprti lem juga menggunakannya, selain dipakai juga sebagai bahan desinfektan, fungisida dan germisida. Bahaya zat ini diantaranya:

a) Iritasi mata, ketika penggunaannya melebihi 0,1 ppm saat terurai di udara. Gejala yang muncul adalah mata berair dan sensasi terbakar pada mata, Iritasi saluran pernafasan, jika terhirup oleh hidung dan masuk ke sistem pernafasan. Gejala yang terjadi adalah rasa panas dihidung dan tenggorokan, bersin dan batuk yang terus menerus. Pada kadar tertentu dapat mengakibatkan sesak nafas hingga sulit bernafas, b) Iritasi lambung, yang menimbulkan gejala mual, muntah dan diare, c) Iritasi kulit, yang menimbulkan gejala kulit mengalami kemerahan, terasa menebal, kasar dan jaringan kulit menjadi keras,

d) Kerusakan organ pencernaan, apabila formalin dalam kadar tertentu masuk kedalam saluran pencernaan. Gejala yang muncul adalah adanya sensasi terbakar di kerongkongan, tenggorokan sampai ke perut. Gejala lanjutan dapat trejadi kesulitan menelan, perdarahan sampai kehilangan kesadaran, dan e) Gangguan siklus mentruasi pada wanita, yang pada tahapan tertentu dapat mengakibatkan gangguan kesuburan.

Kedua, boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan untuk industri nonpangan, khususnya industri kertas, pengawet kayu dan keramik. Daya pengawetnya berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Selain itu, asam borat juga banyak dipakai dalam dunia pengobatan dan kosmetika, seperti obat cuci mata, obat kumur, obat semprot hidung dan salep luka kecil.

Penggunaan boraks pada makanan yang tidak terkontrol akan mengakibatkan: a) Gejala akut. Mual, muntah, konvulsi/kejang dan depresi susunan syaraf pusat, b) Gejala kronis. Nafsu makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan susunan syaraf pusat, anemia, rambut rontok dan kanker, c)Dalam jumlah yang banyak boraks demam, anuria (tidak terbentuknya urine), koma, depresi, apatis, sianosis, tekanan darah menurun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan keatian. Selain itu, terlalu sering mengkonsumsi boraks dapat menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal

Ketiga, pewarna tekstil. Beberapa tahun terakhir, BPOM juga menemukan adanya kandungan pewarna berbahaya dalam makanan jajanan anak seperti pewarna tekstil, kertas dan cat (rhodamin B), methanil yellow, amaranth. Pemakaian zat ini sangat berbahaya karena akan memicu timbulnya kanker serta merusak hati dan ginjal.

Tulisan ini pernah dipublikasikan pada Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 5, Mei 2017, Rubrik Kesehatan.

Sumber Ilustrasi : https://www.idntimes.com/food/dining-guide/azmi/7-makanan-lezat-yang-berbahaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *