Oleh: Tri Hastuti Nur R
Isu perubahan iklim sudah satu dekade lebih digaungkan oleh pejuang lingkungan dan menjadi isu penting dalam pertemuan di tingkat internasional. Meskipun demikian, gaungnya belum meluas di masyarakat karena banyak yang belum merasakan secara langsung dan belum memahami bahwa perubahan kehidupan ini salah satunya disebabkan oleh dampak perubahan iklim (climate change).
Kelompok yang paling merasakan dampak perubahan iklim ini adalah kelompok masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada alam, seperti petani, nelayan, maupun masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan dan sungai. Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena alam. Namun, menjadi sangat mengkhawatirkan karena sudah membawa dampak bagi kehidupan manusia.
Beberapa hal yang dapat dirasakan saat ini, misalnya temperatur udara yang semakin panas; berubahnya musim kemarau yang semakin panjang sehingga berdampak pada kehidupan pertanian; masa panen yang semakin sedikit; perubahan iklim di laut yang berdampak pada meningkatnya air laut dan perubahan iklim di lautan yang lebih tidak menentu; masyarakat pesisir harus berpindah karena air laut yang semakin meningkat; demikian pula masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil mengalami dampak karena semakin tingginya permukaan air laut.
Meningkatnya berbagai kejadian bencana alam seperti tsunami, banjir bandang, gempa bumi, kekeringan, dan peningkatan permukaan air laut yang sudah disebutkan sebelumnya, adalah beberapa kejadian karena perubahan iklim. Tentu saja rentetan dari fenomena-fenomena tersebut cukup panjang dan membutuhkan perhatian dan kepedulian kita. Kekeringan telah menyebabkan petani merugi karena panennya gagal dan jumlahnya serta frekuensi panennya menjadi lebih sedikit. Demikian pula dengan nelayan, perubahan iklim membuat penghasilan dari melaut menjadi berkurang.
Menurunnya hasil panen dan hasil melaut mendorong nelayan dan petani berada dalam ancaman kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan nelayan dan petani tidak dapat mendapatkan akses penghidupan yang layak. Bencana alam juga mendorong munculnya berbagai macam penyakit seperti diare dan kolera karena problem sanitasi dan kebersihan.
Baca Juga: Perempuan dan Lingkungan Hidup
Dalam perspektif perempuan, perempuan dan anak-anak –khususnya di negara-negara miskin– dan perempuan yang mengandalkan hidupnya dari alam, akan menerima dampak yang paling besar. Mereka merupakan kelompok rentan. Mereka seringkali tidak memiliki pilihan, dan terpaksa harus meninggalkan daerahnya mencari penghidupan yang baru. Kemiskinan juga akan berdampak pada kerentanan mereka mengalami kekerasan dan beban kerja yang berlipat-lipat serta kurang mendapatkan akses layanan kesehatan yang baik.
Membaca dan mengalami dampak dari perubahan iklim mengharuskan kita untuk memikirkan dan bertindak menyelamatkan bumi. Tentu saja ini harus dimulai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam program-program pembangunan yang harus berorientasi pada pencegahan dampak perubahan iklim. Program-program investasi di kehutanan, misalnya pembukaan lahan perkebunan sawit, harus memperhatikan pada kerusakan lingkungan.
Pemerintah daerah tidak boleh mengabaikan upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan kebijakan lahan hijau hanya demi investor. Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam upaya-upaya pengelolaan hutan demi menyelamatkan lingkungan. Kebijakan-kebijakan merespons perubahan iklim juga harus memperhatikan kepentingan perempuan dan anak-anak sebagai kelompok rentan.
Islam telah mengajarkan kepada kita untuk menjaga bumi, jangan membuat kerusakan di muka bumi. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 11-12, yaitu “… dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di bumi’, mereka menjawab ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa”.