Anak

Delayed Gratification Education untuk Anak-anak Usia Pra-Sekolah

Oleh: Rizqi Lutfi Al-Hakim*

Setiap hari anak-anak menggunakan waktu 9-12 jam untuk belajar ke sekolah. Setelah pulang, sebagian anak-anak memiliki keinginan untuk membelanjakan uang jajanya membeli jajanan pinggir jalan, sebagian ada yang digunakan untuk bermain Playstation di warnet, dan sebagiannya lagi ada yang ingin menabungnya untuk tabungan darurat di masa depanya.

Dari ilustrasi tersebut, dari banyaknya waktu yang digunakan untuk berbelanja seberapa cepat anak-anak kita dapat menghabiskan uang jajan mereka? Sebagian anak-anak menghabiskannya untuk memenuhi keinginan dan sebagian anak-anak yang lain menabungnya demi self- reward, yaitu impian besar yang anak-anak itu inginkan.

Pendidikan Delayed Gratification Pada Anak-Anak

Kemampuan untuk menata diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Cikal bakal dari menata diri adalah delay of gratification ability (selanjutnya disebut kemampan menunda kepuasan) yang mulai muncul pada anak usia pra-sekolah. Contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Walter Mischel pada tahun 1970-an, yaitu berupa Marshmallow Test dengan menempatkan anak pada situasi dilematis, yaitu antara memilih reward (berupa makanan) yang dapat diperoleh langsung atau reward dengan jumlah yang lebih banyak namun harus menunggu terlebih dahulu.

Dari hasil penelitian tersebut, sebagian anak tidak tahan dan langsung memakan marshmallow tersebut dan sebagian lagi masih menunggu hingga 20 menit hingga Walter Kembali dengan membawa reward yang dijanjikan.dan 10 tahun kemudian setelah anak-anak itu beranjak dewasa ditemukan bahwa terdapat perbedaan antara yang berhasil menunggu dan yang tidak. Walter pun mengirimkan kuisioner kepada orang tua anak tersebut dan mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang dapat menunggu hingga beberapa menit memiliki nilai kognitif 201 poin lebih baik daripada yang tidak sabar menunggu.

Secara spesifik, anak yang mampu menunda kepuasannya lebih lama pada saat usia pra-sekolah dinilai oleh orang tua memiliki kompetensi akademik dan sosial yang lebih baik, kefasihan verbal, rasional, perhatian yang baik, terencana, dan mampu menghadapi. Tujuan penelitian itu adalah untuk mengetahui proses mental seseorang untuk menunda kepuasanya saat ini untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar di masa mendatang.

Baca Juga: Anak Saya Takut Keramaian

David J. Bredehoft, pengajar psikologi keluarga di Concordia University, menyebut beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk melatih kemampuan delayed gratification pada anak :

  1. Berikan contoh kesabaran dan tunda kepuasan. Beritahu si kecil benda yang ingin dibeli namun masih anda upayakan. Dengan demikian, ia akan belajar bahwa tak semua keinginan memang bisa langsung terwujud.
  2. Ajari anak membuat rencana. Ketika tahu apa yang diinginkan oleh anak, bantu mereka untuk menetapkan tujuannya dan mengembangkan rencana untuk mencapainya, misal mengurangi membeli jajanan dan mengalokasikannya untuk menabung.
  1. Hadiahi keberhasilan mereka. Hadiah bisa berupa apa saja, bahkan apresiasi sekalipun. Hadiah juga bisa berupa tambahan uang di hari-hari terakhir periode menabung yang sudah ia tentukan sehingga ia bisa membeli barang yang ia inginkan lebih cepat dari rencana. Hadiah juga bisa berupa barang yang harganya lebih rendah dibanding yang ia inginkan.
  1. Tahan memanjakan diri. Memberi anak terlalu banyak, mengasuh mereka secara berlebihan, dan atau tidak memiliki aturan dan tugas rumah tangga akan menurunkan kemampuan mereka untuk menunda kepuasan atau delay gratifications. Jika individu tidak dimanjakan sejak anak-anak, mereka cenderung menunda kepuasan, tidak materialistis, merasa bersyukur, dan bahagia.

Sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai kemampuan delayed gratification, sebab keterampilan ini berdampak jangka panjang. Seseorang yang mampu menunda kepuasan sejak kanak-kanak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih punya daya juang dan daya tahan untuk menghadapi tekanan, mampu menentukan tujuan, dan lebih optimis.

* Pekerja di SSR Mentari Sehat Indonesia Pusat Penanggulangan TBC Kabupaten Kudus yang dulunya disebut sebagai TB Care Aisyiyah Kudus sebagai Health Data Entry.

Related posts
AnakPendidikan

Hak Pendidikan bagi Anak pada Situasi Darurat

Oleh: Diyah Puspitarini* Kejadian kerusuhan yang terjadi di Pulau Rempang pada 7 September 2023 lalu telah berdampak, terutama pada anak-anak yang berada…
Berita

Ikhtiar Tingkatkan Kualitas, PP Aisyiyah Adakan Workshop PAUD Aisyiyah Berkemajuan

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Sebagai fondasi pendidikan, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mesti diselenggarakan dengan sebaik mungkin. Untuk itu, sebagai pelopor PAUD…
Pendidikan

Penanaman Nilai dan Pembentukan Karakter Melalui Permainan

Oleh: Erna Widiyaningrum Dalam penyelenggaraan pendidikan pada jenjang anak usia dini, permainan merupakan aktivitas utama yang perlu dilakukan. Melalui permainan akan terjadi…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *