Kalam

Dendam dan Iri Hati Perusak Amalan Puasa

Sc: Detik.com
  • #ColorfulRamadan Edisi Serial Kajian Ramadan
Sc: Detik.com

Sc: Detik.com

Memasuki bulan suci Ramadan, marilah kita bersihkan jiwa dan raga, lahir dan batin agar dalam melaksanakan ibadah di bulan yang penuh ampunan dan berkah ini secara optimal untuk meraih takwa yang menjadi tujuan puasa. Sebagaimana di firmankan Allah dalam Q.s. al-Baqarah ayat 183, tujuan puasa Ramadan yaitu mencapai dan meningkatkan derajat takwa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Kepada orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Untuk mencapai derajat takwa tentunya harus terhindar dari penyakit hati, di antaranya adalah dendam dan iri hati. Ada pepatah yang mengatakan ”Sakit fisik mudah diobati, tapi sakit hati itu tiada obatnya”. Maka yang bisa mengobati adalah dirinya kecuali yang bersangkutan saling memaafkan dan rida atas perlakuan yang telah dialami. Dari pepatah di atas, kemudian dilanjutkan dengan semacam peringatan dan ajakan ”Jangan ada dendam di antara kita”.

Rasa dendam dalam hati pada seseorang, sebenarnya telah terpendam suatu perasaan marah. Marah tersebut disebabkan sakit hati atau kecewa berat dan keinginan kuat untuk membalas orang yang menyakiti hati dengan perbuatan serupa atau bahkan jauh lebih menyakitkan. Suasana emosi seperti inilah yang menjadi awal dari kemarahan yang kemudian mengarah ke perasaan dendam mendalam.

Apabila seseorang disakiti hatinya oleh sesama teman dekat, apalagi teman hidup yang lama sudah dipercaya, dari perlakuannya yang menyakitkan hati itu kemudian muncul perasaan tidak terima atas perlakuan terhadap dirinya dan menjadikan orang tersebut sakit hati. Hal yang demikian itu, meski biasa dialami seseorang, namun tentunya sakit hati yang dialami harus segera berusaha dihilangkan dan ditepis dari benaknya.

Luka yang membekas itu hendaknya jangan dikembangkan menjadi sakit hati yang menimbulkan dendam ingin membalas dengan perbuatan serupa bahkan lebih menyakitkan. Niat ingin membalas perlakuan yang telah melukai hati itu sangat berbahaya. Kenapa berbahaya? Jika perasaan tersebut tidak berusaha dinetralisasi, dapat menimbulkan berbagai permalasahan yang tak kunjung padam.

Apalagi jika sakit hati itu dialami oleh seorang anak dari anggota keluarga, kemudian berlanjut pada saudara dan orang tuanya ikut membenci dan dendam pada seseorang yang menyakiti hati salah satu anggota keluarganya. Apalah jadinya jika satu keluarga memusuhi dan ada rasa sentimen karena sakit hati yang dialami oleh seorang saja dari anggota keluarga. Maka di sinilah sebenarnya awal dari munculnya permusuhan antar keluarga.

Lebih dari itu, bahaya sifat dendam ini bisa berlanjut pada sikap permusuhan. Hubungan kekeluargaan bisa retak, kasih sayang, dan saling menghormati antar sesama bisa hilang bahkan berlanjut pada memutuskan persaudaraan. Padahal memutus persaudaraan dalam ajaran Islam terancam tidak masuk surga sebagaimana sabda Rasulallah saw dari Zubair bin Muth ‘im ra, beliau bersabda: “ Tidak akan masuk surga orang yang memutus, yakni memutus silaturahim.” (Muttafaqun ‘alaih).

Bahayanya sifat dendam yang di dalamnya ada perasaan permusuhan, juga akan menimbulkan sifat dengki, iri hati, dan tidak menghargai orang lain. Orang seperti ini akan sulit bisa melihat kebahagiaan orang lain, karena yang dia lihat hanyalah keburukan, dan kekurangan orang lain. Sehingga muncul iri dan apapun akan dilihatnya secara negatif.

Baca Juga: Menumbuhkan Girah Beragama di Bulan Ramadan

Jika sifat dengki dan iri hati telah menempel pada diri seseorang maka kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya yang pernah dia lakukan akan terhapus. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Jauhilah sifat dengki, karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (H.r. Abu Dawud dari sahabat Abu Hurairah).

Nah, betapa meruginya orang yang bersifat dendam dan iri hati karena bisa merusak atau menghilangkan amal kebaikan. Lebih dari itu, selain merusak amal kebaikan, Allah juga sangat membenci seseorang yang bersifat hasad, menyukai permusuhan, dan berakibat pertengkaran. Maka dalam hadis Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat”.

Rasulullah saw mengingatkan umatnya karena perasaan dendam merupakan akibat dari ketidakimanan seseorang terhadap Hari Pembalasan. Dalam firman Allah Q.s. Ibrahim (14 : 41) adanya hari pembalasan menjadi pertanda bahwa semua amal akan dipertanggungjawabkan.

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

 

”Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tua ku serta orang-orang mukmin pada hari berlakunya pengadilan (Hari Kiamat).”

Bahwa di hari akhir atau hari pembalasan semua hamba Allah akan mendapat keadilan dari Allah Swt. sebagaimana firmanNya:

الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

”Pada hari ini (Qiyamat) dibalaslah tiap-tiap orang atas segala perbuatannya, pada hari itu dengan (adil ) tidak ada penganiayaan. Sesungguhnya Allah itu sangat cepat menghisabnya.” (Q.s. Mu’min/Ghafir (40) :17).

Dari firman Allah di atas, dengan beriman kapada hari kiamat maka dendam iri hati mestinya harus bisa ditepis oleh diri sendiri. Bukankah kaum beriman meyakini bahwa perbuatan seseorang yang sampai melukai hati atau menyakiti hati orang lain sesungguhnya akan mendapat balasan yang lebih menyakitkan kelak di hari kiamat.

Maka bagaimana sebaiknya agar terhindar dari bahayanya sifat dendam sebagaimana telah dijelaskan di atas? Berikut firman Allah menghadapi sakit hati, dendam, dan iri hati.

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

“Jika kamu membalas, balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Sungguh, jika kamu bersabar, hal itu benar-benar lebih baik bagi orangorang yang sabar”. (Q.s. an-Nahl : 126)

Dari arahan Allah SWT dalam firmanNya di atas maka tidak ada jalan lain kecuali memaafkan dan minta maaf serta saling memaafkan. Memaafkan adalah sikap yang mulia apabila kita mendapat perlakuan dari orang lain yang menyakitkan hati. Hal tersebut memang berat, tetapi Islam memberikan panduan kepada umat agar kehidupan senantiasa dalam suasana damai dan terhindar dari permusuhan.

Marilah puasa pada bulan Ramadan ini dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencapai rida Allah Swt dengan menjauhkan diri dari penyakit hati di antaranya ialah dendam dan iri hati. Bulan Ramadan menjadi kesempatan untuk memperbanyak amal kebaikan agar mencapai derajat takwa. [3/24] (Cholifah Syukri)

Related posts
Berita

Peduli Sesama di Bulan Ramadan, SMP Muhammadiyah 5 Surabaya Berbagi Santunan

Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya (Spemma) melaksanakan Kajian Ramadan dan Buka Bersama Keluarga Besar SMP Muhammadiyah 5 Surabaya…
Berita

Majelis Kader dan Olahraga PCM Krembangan Surabaya Gelar Kajian Ramadan

Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Kader dan Olahraga Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan Surabaya menggelar Kajian Ramadan untuk Guru Karyawan Amal Usaha…
Berita

Bersinergi, PK IMM Teknokrat UMG dan Takmir Masjid Al Khoory KH. Faqih Oesman Gelar Kajian Ramadan

Gresik, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Teknokrat Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) bersinergi dengan Pengurus Takmir Masjid Al…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *