Oleh : Lailatuz Zaidah, S.ST.Ft.,M.Or (Dosen Fisioterapi S1 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dan Praktisi Praktik Fisioterapi UNISA)
Stroke merupakan penyakit yang saat ini diperhitungkan dapat menjadi penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker, baik di negara maju maupun negara berkembang. Stroke juga dapat menjadi penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah, karena menurut American Heart Association penyebab stroke dapat diakibatkan oleh kebiasaan yang sebenarnya dapat dihindari.
Stroke adalah suatu kondisi terjadinya gangguan pada pembuluh darah otak karena suplai darah atau oksigen tidak sampai pada jaringan dan sel-sel saraf. Kondisi tersebut disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah akibat hipertensi sehingga terjadi perdarahan yang menekan otak di sekitarnya. Penyebab lain dapat dikarenakan adanya sumbatan di pembuluh darah otak yang terbawa oleh sirkulasi darah menuju ke pembuluh darah kecil di otak. Keadaan ini menyebabkan kematian jaringan otak yang lain. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan gangguan fungsional yang sifatnya tiba-tiba dan menetap lebih dari 24 jam.
Faktor risiko terjadinya stroke dapat digolongkan jadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau modifikasi dan faktor yang dapat diubah atau modifikasi. Faktor yang tidak dapat diubah dapat digolongkan berdasarkan usia. Dengan bertambahnya usia, maka fungsi fisiologis secara anatomi dan metabolisme tubuh akan mengalami degeneratif (penurunan fungsi). Berdasarkan penelitian, laki-laki 0,7% lebih berisiko dari perempuan karena dipengaruhi oleh kebiasaan merokok dan gaya hidup kurang sehat. Berikutnya adalah faktor genetik atau keturunan. Jika dari salah satu orang tua memiliki kecenderungan penyakit bawaan diabetes atau DM, dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang diturunkan, dapat sebagai pemicu stroke. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah hipertensi. Tidak semua hipertensi diturunkan. Namun, yang membahayakan jika seseorang memiliki hipertensi akibat pola makan yang tidak terkontrol dan managemen stres yang kurang baik, maka dapat mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah di otak. Peningkatan sirkulasi darah ke otak, dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah.
Penyebab stroke yang lain adalah kolesterol. Biasanya kolesterol menjadi penyebab utama Penyakit Jantung Koroner (PJK). Jika kolesterol yang terdapat di jantung kemudian ikut dalam sirkulasi metabolisme pembuluh darah dan sampai di otak, maka dapat mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah akibat lemak tersebut. Diabetes juga menjadi salah satu penyebab terjadinya stroke, karena banyaknya kadar gula darah dalam darah yang mengakibatkan sirkulasi darah lambat saat melakukan proses metabolik. Terakhir, adalah aktivitas fisik yang kurang (kurang berolah raga).
Salah satu cara promotif dan preventif yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dan menekan angka terjadinya stroke di Indonesia adalah dengan GERMAS (Gerakan Masyarakat) di antaranya adalah slogan SeGeRa Ke RS. Singkatan tersebut merupakan kepanjangan dari : Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum tiba-tiba. Gerakan separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba. Bicara pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara, tidak mengerti kata-kata dan bicara tidak nyambung. Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh. Rabun pandangan atau mata kabur secara tiba-tiba. Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar dan gerakan sulit dikoordinasi.
Dalam mendukung gerakan pemerintah, peran fisioterapi selain promotif dan preventif, dapat juga memberikan pelayanan rehabilitatif. Salah satu upaya rehabilitatif, sebagai fisioterapis, adalah pelayanan kesehatan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh pada penderita stroke. Penanganan fisioterapi pasca-stroke menjadi mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Program Latihan Pasca-stroke merupakan program yang dirancang bagi penderita stroke yang sebagian besar menggunakan kursi roda, ataupun menggunakan alat bantu seperti tongkat (tripod ataupun walker). Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan relaksasi otot-otot sisi tubuh yang terkena, membantu mengembalikan pola gerak yang normal, meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, dan memelihara lingkup gerak sendi pada lengan dan tungkai yang terkena.
Setiap gerakan diulang sebanyak 8 kali dan latihan dilakukan minimal 2 kali sehari. Latihan pertama, memelihara gerakan bahu dan mencegah nyeri bahu, posisi tidur telentang, jalin atau satukan jari-jari dan letakkan di atas perut. Secara perlahan angkat lengan sampai setinggi bahu, dan pertahankan siku tetap lurus, dan kembalikan tangan ke posisi awal. Jika timbul nyeri saat gerakan, dapat dikurangi dengan membatasi gerakan sampai tingkat tidak ada nyeri, lalu dilanjutkan sampai timbul nyeri.
Selanjutnya dapat dibaca di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 12 Desember 2019, Rubrik Kesehatan.
Sumber Ilustrasi : https://sumut.sindonews.com/read/5493/3/ayo-deteksi-dini-dan-gaya-hidup-sehat-penting-untuk-mencegah-stroke-1572793895