Perempuan

Di Mata Perempuan Indonesia, Buya Syafii Maarif adalah Telaga Keteladanan yang Langka

Tahun lalu, di usianya ke-86, Buya Syafii Maarif mendapat kado istimewa dari para perempuan Indonesia. Kado itu berupa buku berjudul Ibu Kemanusiaan: Catatan-catatan Perempuan untuk 86 Tahun Buya Ahmad Syafii Maarif yang diterbitkan Buku Langgar bekerja sama dengan Sarang Building (2021).

“Buku ini menjadi spesial karena, sebagaimana judulnya, Ibu Kemanusiaan: Catatan-catatan Perempuan untuk 86 Tahun Buya Ahmad Syafii Maarif, baik editor dan kontributor, semuanya adalah perempuan dari berbagai latar belakang,” tulis Aulia Taarufi dan Prima Sulistya selaku editor.

Ya, buku ini memuat tulisan-tulisan dari perempuan dengan berbagai latar belakang, mulai dari latar belakang agama, suku, budaya, hingga bangsa. Mulai dari Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi; Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini; jurnalis Najwa Shihab, putri Ahmad Mustofa Bisri, Ienas Tsuroiya; Direktur Interfidei, Augustina Elga Joan Sarapung; antropolog asal Belanda, Rosalia Sciortino Sumaryono; dan beberapa perempuan lainnya.

Buya Syafii dalam pandangan Najwa Shihab adalah sosok yang teguh dalam pendirian. Hujatan, cacian, dan hinaan sama sekali tak menggoyahkan sikapnya, selama itu berada di jalur yang ia anggap benar. “Buya Syafii memilih untuk tegak di atas batu pijak yang dipilihnya secara sadar dan mandiri,” paparnya (hlm. 77).

Baca Juga: Haedar Nashir Jadi Saksi Buya Syafii Maarif Wafat dalam Keadaan Siap

Mengenai sikapnya tentang kedudukan perempuan, banyak perempuan mempersaksikan bahwa Buya Syafii sangat menghormati dan mendukung perempuan untuk berkarya dan maju. Buya dikenal sangat menyayangi istrinya, Nurchalifah. Buya juga dikenal konsisten memperjuangkan kesetaran gender dengan beragam cara.

“Bagi saya sikap hormat dan egalitarian Buya terhadap harkat kedudukan perempuan yang terindah dan terkuat, ditunjukkan Buya melalui ranah paling privat: di ruang domestik rumah tangganya sendiri,” tulis Yayah Khisbiyah (hlm. 165).

Secara kuantitas, tokoh Muhammadiyah dengan nama lengkap Ahmad Syafii Maarif itu tercatat hanya sedikit mengulas tema perempuan. Meski begitu, sebagaimana kesaksian Kalis Mardiasih, Buya sering memberi dukungan terhadap literatur yang ditulis oleh para feminis muslim, sebut misalnya Fatima Mernissi, Amina Wadud, dan Riffat Hassan.

Laku hidup Buya Syafii yang memberikan penghormatan kepada perempuan tidak hanya dalam wacana, tetapi aksi nyata. Sikap itulah yang diamati Devi Adriyanti. “Pandangan Buya tentang perempuan diperbuatnya dalam “laku hidup”, bukan diwacanakannya lewat tulisan. Laku itu bisa ditelusuri dari zaman beliau kecil di Sumpur Kudus sampai masa sepuh di Yogyakarta,” tulisnya (hlm. 240).

Sementara itu, Siti Noordjannah Djohantini menyaksikan sendiri bahwa Buya Syafii Maarif adalah sosok yang bersahaja dan kuat perhatiannya pada soal kemanusiaan. Beliau juga dikenal rendah hati dan punya sifat kemandirian yang tinggi.

“Buya dikenal sebagai guru bangsa. Pikiran-pikirannya tentang persatuan, keadilan sosial, dan kemajuan sangat kuat. Buya begitu cintanya kepada negara dan melakukan hal-hal terbaik bagi kemajuan dan keutuhan bangsa Indonesia,” terang Ketua Umum PP ‘Aisyiyah itu (hlm. 323).

“Pemikirannya yang luas dan tajam, serta suri teladannya senantiasa kami jadikan rujukan untuk melangkah membangun negeri. Keteladanan kata dan tindakan yang dihadirkan Buya Syafii merupakan telaga yang langka, yang tidak pernah kering untuk menyirami negeri dan generasi Indonesia,” imbuhnya (hlm. 325). (siraj)

Related posts
Perempuan

Mengapa Istrimu Berjilbab?

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi* Saya pernah bekerja di sebuah lembaga yang tidak terafiliasi dengan agama tertentu. Suatu hari, supervisor saya yang kebetulan…
PerempuanSains dan Tekno

Perempuan dan Energi Terbarukan (ETB)

Energi menjadi kebutuhan hidup siapapun. Negara bertanggungjawab memenuhi dan mengatur kebutuhan energi bagi seluruh warga negara tanpa kecuali. Kebutuhan energi masyarakat digunakan…
Berita

Perempuan Juga Bisa Menjadi Ketua Kloter: Kisah Siti Rohmah dan Mafrudah

Makkah-Suara ‘Aisyiyah “Ketua kloter perempuan ki abot, wong laki aja abot” (Ketua kloter perempuan ki berat, laki-laki aja berat-red). Ungkapan yang terlontar…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *