Berita

Din Syamsuddin: Muhammadiyah Punya Infrastruktur Kuat untuk Berkiprah di Tingkat Global

Surakarta, Suara ‘Aisyiyah – Apa yang disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ketika memberikan pengantar dalam Seminar Pra-Muktamar Ke-48 dengan tema “Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah”, kata Din Syamsuddin, sangat padat isi dan komprehensif. Dalam pengantarnya, Haedar menyampaikan tentang dasar pemikiran dan langkah praktis bagi internasionalisasi gerakan Muhammadiyah.

Selain menghadapi tantangan, saat ini Muhammadiyah dan dunia Islam juga mempunyai peluang dan momentum bagi kebangkitan dunia Islam dan peradaban Islam. Menurut Din, “Muhammadiyah sangat qualified untuk menjadi leading sector, leading unit, sebagai motor penggerak. Tidak hanya karena berada di negeri dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, tetapi juga gerakan Muhammadiyah selama satu abad lebih itu telah diakui oleh dunia”.

Infrastruktur gerakan yang dipunyai Muhammadiyah juga sudah cukup kuat. Di satu sisi, gerakan Muhammadiyah di dunia Islam sering mendapat pujian. Meski begitu, di sisi lain, Muhammadiyah masih kalah dibandingkan dengan gerakan-gerakan Islam lain.

Din lantas menjelaskan beberapa momentum yang mestinya dapat dimanfaatkan Muhammadiyah untuk berkiprah di dunia internasional. Pertama, dunia saat ini sedang dalam kondisi yang berantakan dan tak teratur. Kedua, dunia sedang mengalami ketidakpastian. Ketiga, dunia sedang mengalami gangguan besar. Keempat, dunia yang sedang berpikir tentang bagaimana masa pasca-pandemi Covid-19.

Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015 itu, banyak percakapan di tingkat global untuk merancang sebuah tata dunia baru pasca-pandemi. “Sekarang sudah ada kritik terhadap globalisasi. Bahkan sudah ada usulan tentang deglobalisasi. Terutama untuk mengganti sistem dunia yang rusak, yang sanga antroposentristik: berpusat pada manusia sebagai pusat kesadaran,” kata dia, Senin (31/5).

Baca Juga: Seminar Pra-Muktamar: Muhammadiyah Perlu Merevitalisasi Islam Berkemajuan di Tingkat Global

Tata dunia yang rusak dan tak beraturan itulah yang selanjutnya melahirkan ketiadaan damai. Damai, ujar Din, tidak lagi dilawankan dengan perang, tetapi dengan ketidakhadiran kedamaian. “Lebih besar daripada sekadar perang ada yang disebut dengan the absence of peace, ‘adam as-salam. Ketiadaan perdamaian dalam bentuk kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kesenjangan, diskriminasi, sampai kepada kekerasan dalam berbagai bentuknya, dan juga kerusakan ekologis yang menjadi momok sekarang ini,” terang Din menambahkan.

Menurutnya, situasi itulah yang menjadi momentum bagi dunia Islam untuk tampil menjadi problem solver. Dengan penuh optimisme, banyak cendekiawan muslim yang bertekad untuk menawarkan peradaban alternatif. Dalam bahasa Tariq Ramadan disebut al-badil ats-tsaqafi atau al-badil al-hadlari. Tetapi sayangnya, kata Din, sampai sekarang belum ada yang bekerja serius untuk menyusun konsep dan menyusun strategi peradaban.

Oleh karena itu, sekali lagi, Muhammadiyah dengan segala infrastruktur yang dimilikinya harus memanfaatkan segala peluang, bahkan menjadikan tantangan yang ada sebagai peluang untuk berkiprah di tingkat global. Mendakwahkan Islam berkemajuan yang moderat, penuh perdamaian dan toleransi, dan sebagainya. Peran ini bisa diaktualisasikan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang telah tersebar di berbagai negara.

“PCIM ini selain menjadi “kedutaan besar” Muhammadiyah di luar negeri, kemudian bisa menjadi mediator Muhammadiyah dengan lembaga-lembaga pendidikan, dengan instansi-instansi pemerintah setempat, dengan dunia usaha dalam memediasi penguasa Muhammadiyah di Indonesia untuk juga go internasional, termasuk juga untuk berdakwah di kalangan masyarakat setempat, tidak hanya terhadap warga negara Indonesia. Kalau ini bisa kita lakukan, maka internasionalisasi Muhammadiyah akan lebih nyata lagi, menjadi kekuatan yang diharapkan,” ujar Din. (sb)

Related posts
Berita

Muhammadiyah: Timbulkan Mafsadah, Berangkat Haji dengan Visa Non Haji Merupakan Perbuatan Terlarang

Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan kebijakan bahwa ibadah haji hanya bisa dilakukan oleh jemaah pemegang visa haji. Bahkan ulama Saudi menyebutkan bahwa…
Berita

Bagaimana Kriteria Imam Salat yang Baik? Ini Penjelasan Majelis Tarjih

Yogyakarta, Suara ‘Asiyiyah – Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengadakan Webinar dengan tema “Kapita Selekta Putusan dan Fatwa…
Berita

Hajriyanto Tohari Jelaskan Dua Makna Internasionalisasi Muhammadiyah

Surakarta, Suara ‘Aisyiyah – Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari menjelaskan bahwa ada dua makna yang terkandung dalam ide internasionalisasi Muhammadiyah. Hal…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *