Oleh: Tito Yuwono*
Rumah tangga bahagia
Cita-cita kita bersama
Di dunia hidup bahagia
Di akhirat, insyaa Allah bersama disurga
Sangat besar dosanya
Penganggu keluarga
Pembuat keretakan rumah tangga
Pemisah istri dengan suaminya
***
Rumah tangga merupakan asas bagi kehidupan masyarakat yang lebih luas. Di dalam rumah tangga ini, pelestarian keturunan dan penyiapan generasi dilakukan. Ketika rumah tangganya baik, akan mendukung penyiapan generasi yang baik. Namun sebaliknya, jika rumah tangga rusak, maka penyiapan generasi akan terkendala.
Di samping itu, tujuan utama dari rumah tangga muslim adalah untuk mewujudkan keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan itu diperlukan ikhtiar-ikhtiar seperti menjaga dan memelihara kesehatan keluarga, memenuhi ekonomi keluarga, menjaga interaksi yang baik antar anggota keluarga serta pendidikan yang islami di dalam dan di luar keluarga.
Salah satu penyebab utama tidak terwujudnya tujuan di atas adalah keretakan dalam keluarga. Baik suami dengan istri, maupun orang tua dengan anak. Ketika keretakan keluarga terjadi maka kebahagian akan berangsur turun, bahkan bisa jadi hilang. Kebahagian akan menjadi kesedihan dan kesengsaraan. Hari-hari dilalui dengan kesedihan, keributan, dan ketegangan. Maka rumah tangga yang awalnya dicita-citakan menjadi surga dunia, berubah menjadi neraka dunia. Bukan baiti jannati, namun baiti nari. Na’udzubillahi min dzalik.
Begitu besarnya peran keretakan rumah tangga untuk kehancuran keluarga tersebut, maka dosa besar bagi yang meretakkannya. Baik pihak internal maupun eksternal keluarga. Maka kerja syaitan yang dianggap paling prestasi bagi iblis adalah membuat rusaknya rumah tangga serta mencerai beraikannya. Memisahkan antara istri dengan suaminya atau suami dengan istrinya.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ
Artinya, “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau.” (HR Imam Muslim)
Orang yang membuat rusak rumah tangga orang lain adalah perilaku syaitan. Dalam istilah agama disebut dengan takhbib. Bentuk takhbib adalah menggoda salah satu pasangan suami istri yang telah terikat pernikahan yang syh atau sudah berumah tangga. Sehingga salah satu pasangan tersebut tertarik dengan sang penggoda atau perusak ini. Bisa jadi zina hati, zina mata, dan bahkan melakukan zina sebenarnya.
Rasulullah SAW mengingatkan:
مَنْ خَبَّبَ زَوْجَةَ امْرِئٍ أَوْ مَمْلُوكَهُ فَلَيْسَ مِنَّا
Artinya, ”Siapa yang merusak (takhbib) istri atau budak seseorang, maka ia bukan bagian dari kami.” (HR Abu Daud)
Masa kini banyak media digital yang disalahgunakan untuk merusak/menggoda istri/suami orang lain, baik melalui aplikasi Whatsapp, Facebook, Instagram, SMS, dan lain-lain. Banyak kasus perpecahan suami istri karena perselingkuhan. Perselingkuhan diakibatkan perilaku saling menggoda di media sosial ini. Maka peringatan kepada kita semuanya untuk saling menjaga kehormatan diri, kehormatan orang lain, serta kehormatan dan keutuhan keluarga kita dan keluarga orang lain. Kita jauhi komunikasi dengan orang lain dengan nada-nada menggoda, menarik perhatian, serta nada-nada rafats.
Semoga Allah SWT karuniakan kita keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat, dan semoga kita sekeluarga dikumpulkan di surga. Aamiin.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
*Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, dan Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta