Oleh: Hilmi Zadah Faidlullah*
Teknologi menjadi bagian penting dari kehidupan. Saat ini, kita tidak mungkin meninggalkan rumah tanpa smartphone atau ponsel pintar. Smartphone tanpa disadari menjelma menjadi barang primer yang melekat kuat fungsinya dalam kehidupan masyarakat pada era kemajuan teknologi dewasa ini. Fungsi smartphone tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi memiliki peran penting juga dalam kehidupan sehari-hari untuk mencari informasi dan hiburan.
Dalam satu dekade terakhir penggunaan smartphone dilihat dari durasi dan frekuensinya meningkat dengan pesat. Sebuah studi pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa ada lebih dari enam miliar pengguna smartphone di seluruh dunia. Melansir data terbaru dari Insider Monkey, pada 2023 jumlah pemilik smartphone adalah sebanyak 7,33 miliar.
Jadi, sejak 2012 peningkatannya sebesar 20% lebih, dan ponsel pintar itu mampu menghubungkan 91,4% populasi global melalui jaringan seluler. Angka ini menjadi indikator bahwa industri smartphone telah mengalami perkembangan progresif dan inovasi yang luar biasa dengan cakupan pasar yang luas dan dibarengi dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan. Sebuah penelitian melaporkan bahwa lebih dari 65% pemilik smartphone di Amerika Serikat menghabiskan waktu setidaknya satu jam per hari untuk menggunakan smartphone.
Sejalan dengan tren ini, sebuah survei melaporkan bahwa pengguna menghabiskan lebih dari 20 jam per minggu untuk mengirim pesan, mengirim email, dan menggunakan jejaring sosial. Dalam hal ini, kondisi Indonesia juga tidak jauh berbeda dari negara-negara lain di dunia. Dengan jumlah 277 juta jiwa, menurut laporan worldometers per Agustus 2023, Indonesia menempati posisi keenam dalam jajaran negara pengguna smartphone terbanyak, angkanya mencapai 73 juta pengguna. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami kenaikan yang progresif menjadi 115 juta pengguna pada 2027.
Efek Penggunaan Ponsel terhadap Kesehatan
Penggunaan ponsel yang semakin meluas tersebut membawa banyak pengaruh dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan yang saat ini telah menjadi topik hangat dalam perbincangan dan literatur. Penggunaan smartphone selama berjam-jam pada orang dewasa di lingkungan kerja dan juga anak-anak serta remaja telah dikaitkan dengan perkembangan dua postur yang maladaptif yang disebut forward head posture dan text neck posture, yang pada gilirannya jika tidak mendapat penanganan yang sesuai kausa utama akan menjadi penyebab munculnya nyeri muskuloskeletal (MSK).
Akibatnya, ketergantungan yang tinggi pada smartphone dapat menyebabkan problem muskuloskeletal/otot pada pengguna. Penggunaan smartphone yang meluas di kalangan anak usia sekolah dan remaja juga telah menyebabkan berkembangnya konstelasi pada kelompok usia ini yang ditandai dengan munculnya gejala pada otot yang secara kolektif disebut “Text Neck Syndrome”. Gambaran klinis dari sindroma text neck bervariasi dari perasaan tidak nyaman pada leher dan bahu hingga sakit kepala, nyeri pada leher, bahu dan ekstremitas atas, gejala mata dan telinga juga muncul, masalah psikologis seperti gangguan tidur dan perubahan mood, gejala neurologis perifer, dan kemampuan akademis yang semakin memburuk.
Oleh karena itu, para tenaga profesional kesehatan termasuk fisioterapis sebagai Movement Expert dan Exercise Specialist harus segera mengambil peran untuk meminimalisasi dampak penggunaan smartphone terhadap masalah kesehatan fisik yang akan mengganggu gerak fungsi tubuh. Umumnya, postur yang dilakukan saat menggunakan smartphone (atau gawai genggam layar sentuh lainnya) adalah memegang perangkat dengan satu atau dua tangan di bawah ketinggian mata, menunduk ke bawah fokus pada perangkat, dan menggunakan ibu jari untuk menyentuh layar.
Pola penggunaan smartphone ini memaksa pengguna untuk mengadopsi postur tubuh yang tidak ergonomis seperti leher condong ke depan yang sering dipertahankan dalam waktu yang lama. Penggunaan smartphone yang lama dan sering, serta gerakan berulang dari ekstremitas atas dalam postur tubuh yang tidak ergonomis telah terbukti menjadi faktor penyebab utama timbulnya gejala muskuloskeletal pada ekstremitas atas.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Generasi Digital Native
Mekanisme mengenai bagaimana penggunaan smartphone dapat menyebabkan gejala muskuloskeletal telah banyak dibahas. Penjelasan yang paling sederhana dimulai dengan durasi dan posisi saat orang menggunakan smartphone dalam aktivitas sehari-hari, yakni posisi leher tertekuk menunduk fleksi ke bawah pada smartphone yang sering kali dilakukan selama berjam-jam. Hal itu menyebabkan perubahan postur pada tulang belakang, yang pada gilirannya memengaruhi otot dan ligamen di sekitarnya, yang menyebabkan kelemahan otot-otot tulang belakang dan perubahan struktural pada ligamen.
Dengan demikian, akan lebih banyak tekanan pada otot-otot erector spinae yang bertugas untuk menjaga stabilitas tulang belakang. Aktivasi otot-otot erector spinae yang terus-menerus dalam rangka meminimalisasi perubahan karena adaptasi postural saat penggunaan smartphone akan menyebabkan beban mekanik yang berlebihan dan akhirnya muncul kelelahan lokal pada otot erector spinae atau localized muscle fatigue.
Kondisi kelelahan lokal tersebut menjadi faktor relevan yang jika tidak di-release akan menjadi penyebab micro trauma pada jaringan otot dan akan timbul nyeri serta rasa sakit dan juga ketidakstabilan pada tulang belakang. Hal ini menimbulkan risiko terjadinya perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, bahkan herniasi pada diskus di kemudian hari. Efek elektromagnetik, juga obesitas akibat gaya hidup yang cenderung sedentary atau tidak banyak bergerak (inactivity) dan, secara khusus, penambahan berat beban tas ransel pada anak-anak juga merupakan faktor lain yang berperan memperburuk gejala muskuloskeletal pada anak sekolah.
Mengatasi Masalah Musculoskeletal
Cara terbaik untuk mengatasi problema ini adalah melalui program pencegahan (prevention and promotion program). Memberikan edukasi pada masyarakat tentang gejala muskuloskeletal pada leher dan ekstremitas atas adalah cara terbaik untuk memulai menyelesaikan permasalahan ini. Memahami perilaku dan faktor risiko yang mengubah postur tubuh merupakan kunci untuk meresepkan program pencegahan agar orang dapat mengambil manfaat dari smartphone tanpa membahayakan kesehatan gerak dan fungsi tubuh mereka saat ini dan tentu pada masa depan.
Panduan pencegahan juga harus ditujukan untuk semua kelompok usia, termasuk anak-anak dan remaja karena semua kelompok usia memiliki potensi risiko. Pedoman pencegahan ditujukan untuk mendorong lebih banyak aktivitas fisik dan menghindari fleksi leher yang berlebihan dalam durasi yang panjang. Selain itu, mereka harus memberikan strategi kepada orang tua yang memungkinkan mereka untuk membangun lingkungan yang baik dalam mendorong program pencegahan ini. Beberapa pedoman pencegahan telah banyak dirujuk dalam sejumlah literatur.
Berikut ini upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan yang dapat dilakukan ketika kita menggunakan smartphone. Peganglah ponsel sejajar dengan mata untuk mencegah fleksi leher dan meringankan tekanan pada bahu dan tulang belakang. Gunakan kedua tangan untuk memegang ponsel dan kedua ibu jari untuk mengirim pesan singkat. Regangkan leher bagian depan dan memperkuat otot-otot bagian belakang leher dan punggung bagian atas. Hindari melakukan kegiatan ini secara berlebihan, dan ingatlah untuk sering beristirahat, hindari aktivitas monoton di satu tempat dan posisi yang sama dalam jangka waktu lama. Hindari gerakan berulang dan hindari menggunakan perangkat yang terlalu besar atau terlalu berat untuk dipegang dengan satu tangan dalam waktu yang lama.
* Dosen Universitas ‘Aisyiyah/UNISA