Berita

Enam Skill yang Harus Dimiliki Akademisi di Dunia Digital

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Masyarakat Indonesia, kata  Ade Putranto Prasetyo, sangat gemar berselancar di dunia maya. Pernyataan itu, menurutnya, terbukti dengan tingginya persentase pengguna internet di Indonesia. Sebanyak 98,2% masyarakat Indonesia memiliki 4-5 akun media sosial di gawainya.

Pernyataan tersebut ia sampaikan pada acara “Literasi Digital: Cerdas Berkemajuan Bagi Agen Perubahan” yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) dan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) pada Jumat (1/10). Dalam pembahasannya, Ade menjelaskan mengenai skill digital yang harus dimiliki oleh seorang akademi.

Ade menyampaikan bahwa sikap seorang akademisi pada dunia digital tidak hanya terbatas pada tidak dizinkan untuk plagiasi atau tidak boleh mengklaim hak orang lain, namun juga harus mampu bersikap secara baik dan benar.

Baca Juga: Etika dalam Bermedia Sosial

Ia menyebut, di dunia digital, sebanyak 96% akademisi tidak hanya membahas persoalan umum saja, namun sering berbicara mengenai agama, politik, dan berita yang sedang hangat dibicarakan. Selanjutnya, Ade menjelaskan beberapa skill yang harus dimiliki oleh seoarang akademisi saat mereka berinteraksi dengan orang lain dalam dunia maya, di antaranya:

Pertama, mengetahui fungsi dari dunia digital. Seorang akademisi harus memahami fungsi utama dalam dunia digital. Dengan mengetahui fungsinya, maka dunia digital akan memberikan banyak manfaat bagi pemakainya.

Kedua, sopan dalam dunia digital. Seoarang akademisi harus mampu menjaga sikapnya saat sedang berselancar di dunia maya. Selain itu, apabila sedang bertemu dengan orang terdekat secara langsung, lebih baik meletakkan gawai dan fokus pada lawan bicara untuk menandakan bahwa kedua individu yang sedang berinteraksi saling menghormati.

Ketiga, jangan mengikuti arus. Artinya, seorang akademisi seharusnya tidak mengikuti semua pemberitaan yang ada di dunia digital tanpa mencari tahu kebenaran dari pemberitaan tersebut. Kemudian, seorang akademisi tidak dengan mudah memberikan komentar terhadap suatu fenomena hanya karena sedang ramai diperbincangkan.

Keempat, bertanggung jawab. Akademisi harus mampu bertanggung jawab pada setiap postingan atau pendapat yang dia unggah pada laman media sosial. Sikap ini dapat membantu seseorang untuk memberikan postingan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kelima, kurangi penggunaan media sosial. Apabila seseorang sudah mulai kecanduan media sosial, sulit baginya untuk mengubah sikap tersebut. Oleh karena itu, harus ada waktu jeda dalam penggunaan media sosial. Perbanyak mencari pengetahuan melalui media lain, seperti buku ataupun sekedar bertukar pendapat dengan seseorang secara langsung.

Keenam, berkomunikasi. Kadang media sosial hanya menggunakan saluran komunikasi berupa teks dan kadang terjadi kesalahpahaman anatar satu individu dengan individu lainnya. oleh karena itu gunakan media komunikasi pada media sosial sebaik mungkin. Seperti adanya fitur video call atau voice note, sehingga dapat menyampaikan informasi dengan jelas. (cheny)

Related posts
Lensa OrganisasiSejarah

Di Mana Aisyiyah Ketika Masa Revolusi Indonesia?

Oleh: Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi* Tahun ini, Indonesia telah memasuki usia yang ke-79. Hal ini menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu…
Berita

107 Tahun Aisyiyah, Perkuat Komitmen Menjawab Berbagai Problem Kemanusiaan Semesta

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta” ‘Aisyiyah  akan memperingati miladnya yang ke-107 tahun pada 19 Mei…
Sains dan Tekno

Strategi Perlindungan Privasi Data Pribadi di Media Sosial

Oleh : Aisyah Mutia Dawis* Seiring berkembangnya teknologi digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, kemudahan akses…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *