Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Politik identitas ialah gerakan politik yang fokus perhatiannya adalah pada perbedaan sebagai suatu kategori politik yang utama. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Endang Sulastri pada acara Dialektika TVMu yang disiarkan melalui Live Youtube, Sabtu (20/5).
Mengambil topik “Salah Kaprah Menafsir Politik Identitas”, Endang menjelaskan bahwa politik identitas sejatinya memang dibutuhkan dalam perjuangan politik, dan disitulah pembedaan politik itu ada.
“Jadi dalam politik identitas itu ada pemberian garis tegas, dimana posisi saya, untuk siapa saya berjuang, apa yang membedakan saya dengan yang lain, kelompok mana yang perlu diperjuangkan, dan sebagainya,” lanjutnya.
Hal yang juga menjadi perhatian menurut Endang adalah bahwa politik identitas tidak boleh bersifat eksklusif yang menafikan kelompok lain. Pun jangan sampai karena politik identitas, seseorang membenarkan sesuatu yang salah. “Ini hanya sebagai starting point saja terkait posisi saya dan siapa yang saya perjuangkan,” ia menambahkan.
Baca Juga: Sikap Politik Muhammadiyah
Justru dengan politik identitas, Endang menilai, akan lebih mudah untuk membedakan dan dalam memilih calon bisa lebih logis karena mendasarkan diri kepada suatu ideologi, atau bahkan program tertentu.
Endang menjelaskan politik Identitas juga jangan semata-mata diartikan sebagai isu SARA yang akan memecah belah masyarakat dan menganggap intoleransi, tetapi politik identitas adalah kecirian dan strategi untuk memanfaatkan kelompok-kelompok yang kemudian bisa ditengarai dengan ideologi yang sama, tanpa menganggap kelompok lain tidak benar. “Artinya, tetap ada nilai-nilai yang diperjuangkan kesamaannya di politik identitas,” lanjutnya.
Walaupun menganut politik identitas, Endang mengimbau untuk tetap menghargai adanya keragaman, tetap bersifat inklusif, memberikan ruang dan toleransi, serta menolak pratik-praktik politik curang. “Koridornya adalah demokrasi, koridornya adalah saling menghargai,” tegasnya. (sa)