SejarahSosial Budaya

Erthogul, Tonggak Awal Daulah Turki Usmani

Sc: Sindonews
Sc: Sindonews

Sc: Sindonews

Oleh: Hidayah Hariani*

Kaum Muslim tercatat sebagai umat yang memiliki sejarah peradaban yang maju dan terus berkembang pesat hingga hari ini. Babak demi babak telah dilewati. Kejayaan Islam antara lain terlihat pada masa Daulah Turki Usmani. Daulah ini dipimpin oleh para penguasa dengan corak kepemimpinan yang berbeda-beda, termasuk dalam cara pengambilan kebijakannya, baik dalam bidang sosial, politik, pendidikan, budaya, ataupun bidang-bidang lainnya.

Pada zamannya, Daulah Turki Usmani menjadi sebuah imperium besar dan kuat yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya. Kekuatannya mengekspansi wilayah disokong oleh armada darat maupun laut yang hebat. Selain itu, kejayaan tersebut tidak lepas dari sosok penguasa yang pandai, cerdas, adil, dan mulia. Mereka menyusun kebijakan-kebijakan yang sangat penting dalam bidang politik, ekonomi, militer, agama, hukum, dan sosial budaya.

Berbagai bidang tersebut berkembang dengan baik dan maju. Kemajuan itu dapat dilihat dalam organisasi militernya yang rapi, berdirinya banyak madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi. Secara fisik, kemajuan peradaban itu tercermin pada banyaknya bangunan yang megah dan indah. Di antaranya yang paling masyhur ialah bangunan Masjid Sulaimaniyah.

Sejarawan telah mencatat bahwa Kesultanan Turki Usmani terbentuk pada tahun (1281 M). Bangsa Turki diketahui berasal dari Kabilah Oghuz yang menduduki daerah Mongol dan daerah utara Cina. Dalam kurun waktu sekitar tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia, Irak. Mereka mengenal dan masuk Islam pada abad ke-9 atau ke-10 ketika menetap di Asia Tengah. Namun, karena adanya serangan dari Mongol pada abad ke-13 M, mereka pindah ke daerah barat dan mencari tempat tinggi Asia Kecil.

Di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri di bawah kekuasaan Dinasti Seljuk pada masa kekhalifahan Sultan Alauddin II. Berkat bantuan dari Ertoghrul, Sultan Alauddin menang melawan Bizantium. Atas jasa tersebut, pasukan Erthogul memperoleh gelar “Muqaddimah Sultan” yang berarti ‘tentara pelopor sultan’. Mereka juga diberi hadiah sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itulah mereka membina wilayah tersebut dan menjadikan Syukud sebagai ibu kota. Erthogul wafat pada tahun 1289 M.

Baca Juga: Pelajaran Berharga dari Nakba 1948

Kursi kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang Kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin II terbunuh. Setelah mengalami kekalahan, Kerajaan Seljuk ini kemudian terpecahpecah dalam beberapa kerajaan kecil. Melihat peristiwa tersebut, Usman memproklamasikan secara de facto dan de jure kemerdekaan wilayahnya dengan nama al-Sulthanah al-Usmaniyah. Dinasti ini merupakan dinasti yang masa pemerintahannya tergolong lama, sekitar 625 tahun, yang bertahan hingga tahun 1924.

Keberhasilan dinasti Usmani tidak terlepas dari faktor-faktor penting yang mendukungnya. Ekspansi wilayah mereka merupakan wujud dari keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang terkenal dengan pasukan Janissary-nya. Pasukan ini sangat tangguh dan siap sedia bertempur kapan pun dan di mana pun. Sebagian dari prajurit Janissary merupakan anak-anak dari kalangan nonmuslim. Mereka ditinggal orang tuanya ketika terjadi perang. Kemudian, mereka diambil dan dibesarkan dalam nuansa keislaman dan dilatih seni militer dan ilmu-ilmu lainnya, sehingga lahirlah pasukan yang tangguh dan beriman. Hal ini menjadikan Turki Usmani sebagai salah satu daulah yang sangat kuat.

Daulah Turki Utsmani kian berkembang menjadi sebuah negara besar, dan berkuasa cukup lama, dengan luas wilayah meliputi beberapa benua. Perluasan kekuasaannya telah menjalar ke Eropa sehingga agama Islam pun turut merambah Benua Biru itu. Kejayaan yang dicapai umat Islam tidak lepas dari peran dan andil para penguasa Turki Usmani masa itu. Salah satunya ialah ketika Daulah Turki Usmani dipimpin oleh Sultan Agung yang ke-10, yakni Sultan Sulayman. Upaya membangun kembali peradaban umat Islam pada masa itu juga tidak terlepas dari sejarah keilmuan. Dengan demikian, peran para ulama pada masa itu juga sangat penting, terutama sebagai penerus dakwah Islam. Dalam konteks ini, mengenal lebih dekat para ilmuwan dan keilmuannya di berbagai bidang merupakan modal utama untuk mengembangkan peradaban umat Islam. Mengapa?

Karena para ulama ialah orang-orang yang telah bekerja keras untuk Tuhan, agama, dan perjuangan Rasul-Nya. Mereka adalah ahli waris para nabi sehingga ulama pada masa itu menduduki kursi yang setara dengan para penguasa. Mereka merupakan orang kepercayaan para sultan dalam mengatur dan menyelesaikan persoalan serta urusan agama. Kejayaan yang dicapai umat Islam tidak lepas dari peran dan andil para penguasa Turki Usmani masa itu. Salah satunya ialah ketika Daulah Turki Usmani dipimpin oleh Sultan Agung yang ke-10, yakni Sultan Sulayman. [4/24]

*Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Turki Periode 2022-2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *