PendidikanWawasan

Fenomena Wisuda untuk TK Sampai SMA

Oleh: Eko Harianto*

Beberapa minggu terakhir ini, jagat maya ramai membahas pelaksanaan wisuda untuk tingkat taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Sebagian warganet menginginkan agar kegiatan wisuda atau pelepasan siswa pada tingkatan sekolah tersebut ditiadakan dan wisuda hanya dilakukan di tingkat pendidikan tinggi saja. Sebab , wisuda dahulu hanya digunakan untuk perayaan bagi mereka yang lulus perguruan tinggi. Namun kini, wisuda juga digunakan di berbagai jenjang pendidikan.

Viralnya berita di media sosial instagram (kumparancom, 16/3/2023) dari curhatan orangtua yang merasakan mahalnya biaya wisuda anaknya tingkat playgroup. Sehingga warganet tersebut mengusulkan untuk menghapus wisuda di PAUD, TK, SD, SMP, atau SMA. Adapun biaya yang harus dikeluarkan untuk wisuda anaknya tingkat playgroup sebesar Rp. 850.000. Rincian dari nominal yang ada akan dimanfaatkan untuk beberapa keperluan seperti: dekorasi panggung, souvenir guru, souvenir anak, sewa fotografer, jahit baju kebaya, sewa kostum tampil, dan sewa toga.

Jangan dikira hanya orang Indonesia yang iseng mengadakan wisuda TK sampai SMA. Justru budaya ini dimulai di Amerika Serikat. Wisuda menjadi pelengkap acara kelulusan selain pesta dansa. Sekolah menggunakan acara ini sebagai kesempatan melepas murid yang kini sudah lulus. Tidak semua orang bisa menerima wisuda seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Kesan yang  Banyak yang menolak dan mengecam wisuda TK sampai SMA. Acara ini dipandang buang-buang uang, apalagi ketika dipadukan dengan pesta. Bahkan budget pesta wisuda ini bisa mencapai 1000 dollar AS. Sebuah angka yang besar untuk pesta yang tidak perlu dilaksanakan.

Memahami Makna Wisuda

Kata wisuda awalnya berasal dari bahasa Jawa wisudha yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan. Dalam bahasa Inggris kata wisuda yaitu graduation. Prosesi wisuda selalu diidentikkan dengan pakaian toga, toga berasal dari bahasa Latin yaitu tego yang artinya penutup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wisuda ialah peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat. Sedangkan menurut wikipedia, wisuda adalah upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Pengertian lainnya, wisuda adalah puncak dari proses studi panjang yang melelahkan, melewati masa sulit dan penuh hambatan.

Kegiatan wisuda menjadi kenangan tersendiri bagi orangtua bahwa anaknya telah melewati satu tahap dalam pendidikan mereka. Prosesi wisuda dianggap sebagai acara sakral dan simbolis dianggap tidak pantas untuk anak usia dini. Hal tersebut hanya melihat dari satu sisi saja. Bahkan akan menganggap bahwa hanya perguruan tinggi yang pantas menerima acara wisuda. Bila mau melihat lebih luas lagi, bahwa tidak semua orang dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, dan banyak yang menjadi orang berhasil setelah lulus tingkatan menengah atas (jenjang SMA/SMK/MA) meski tidak kuliah. Di setiap jenjang pendidikan ada prosesnya masing-masing dan itu tidaklah mudah. Terkadang sebagai orang dewasa kurang bijaksana dalam menghargai pencapaian proses anak, dimana hanya fokus melihat hasil akhir, tanpa melihat bagaimana proses yang dialami dan dilalui oleh anak-anak selama di PAUD, TK, SD, SMP, atau SMA.

Di luar negeri, misalnya USA, wisuda TK sudah ada sejak tahun 1960. Tentu saja penghargaan yang diberikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Ada yang membuat wisuda, pentas seni, pameran, dan lainnya dalam rangka memberikan apresiasi siswa di akhir studinya. Apapun bentuknya, yang paling utama adalah bagaimana memberikan apresiasi atas proses yang dilalui oleh setiap anak di setiap jenjang pendidikan. Bukan hanya di perguruan tinggi saja.

Tidak salah sebagai orang tua dan pendidik memberikan penghargaan kepada anak-anak pada saat mereka telah menyelesaikan proses yang sulit di setiap jenjang pendidikan dan telah melalui masa golden age yang hanya terjadi satu kali dalam kehidupan manusia.

Adanya biaya yang besar untuk wisuda mendapatkan tanggapan dari seorang sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vina Salviana Darvina Soedarwo, yang mengatakan bahwa pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah sebenarnya tidak memiliki dampak negatif jika dilihat dari aspek sosialnya. Perayaan ini justru lebih berdampak pada sisi ekonomi karena agak sedikit pemborosan (https://ameera.republika.co.id/, 2023).

Ada pendapat yang mengatakan, “gengsi memang mahal harganya”. Termasuk gengsi saat wisuda anak. Orangtua berlomba-lomba untuk memoles anaknya dengan make up artist terbaik dan mencarikan pakaian baru yang tahun depannya mungkin sudah muat. Hal tersebut dilakukan dengan segala macam aksesoris yang melekat demi acara yang tidak lebih teatrikal semata.

Baca Juga: Kurikulum Baru dan Guru Inspiratif

Selain itu, dalam al-Qur’an juga menanggapi apabila kegiatan wisuda yang dilakukan dapat berlebih-lebihan maka termasuk tindakan yang melampaui batas kewajaran dan perbuatan tercela. Allah SWT menegaskan bahwa tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Hal ini dijelaskan dalam Surat al-Ma’idah ayat 87: Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Dalam tafsir ringkas Kementerian Agama R.I., ayat ini mengandung arti, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu mengharamkan apa yang baik bagi kesehatan kamu, yang telah dihalalkan Allah di dalam al-Qur’an kepadamu. Janganlah kamu melampaui batas dalam segala hal yang telah ditetapkan Allah di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, baik dalam agama maupun kehidupan sosial. Perilaku melampaui batas sama sekali tidak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya; juga tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam segala urusan. Apalagi jika hal tersebut dalam urusan agama.

Wisuda Perspektif Psikologi

Terlepas dari pro dan kotra acara wisuda tingkat PAUD, TK, SD, SMP, atau SMA akan berdampak terhadap psikologis anak dan orangtua. Sebab, terdapat  orangtua yang menginginkan adanya wisuda dalam setiap jenjang anaknya. Adapun dampak secara psikologi yang dapat dirasakan anak dan orangtua pada acara wisuda adalah kebahagiaan.

Seorang psikolog, yaitu Seligman (2005), mendefinisikan kebahagiaan sebagai keadaan psikologis yang positif dimana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasaan hidup, pikiran, dan perasaan positif akan kehidupan yang dijalaninya. Kebahagiaan atau happiness adalah suatu cara hidup yang dapat membuat individu memenuhi segala potensinya dan mampu bergerak ke arah kehidupan manusia yang baik. Oleh karena itu kebahagiaan tidak hanya bergantung pada kenikmatan (pleasure), kekayaan (wealth) dan kepercayaan agama (religious beliefs) saja (Franklin, 2010).

Dalam memandang kebahagiaan, maka konsep Islam merujuk kebahagiaan dari kata aflaha dalam al-Qur’an. Berdasarkan empat surat dalam al-Qur’an yang mengandung kata tersebut yakni surat Thaha (20) ayat 64; al-Mu’minun (23) ayat1, al-A‘laa (87) ayat 14 dan Asy-Syam (91) ayat 9 yang memiliki kata aflaha di mana kata tersebut selalu didahului oleh kata penegas qad, sehingga berbunyi “Qad Aflaha” yang mengandung arti “sungguh berbahagia”. Kata ini merupakan derivasi dari akar kata falah. Bagi umat muslim, seruan falah ini diperdengarkan lima kali dalam sehari melalui kalimat azan, “Hai ya alal falah! Raihlah kebahagiaan/kemenangan”. Dengan kata lain bahwa Islam menyerukan umatnya untuk menggapai kebahagiaan (Rakhmat, 2006).

Kebahagiaan (happiness) adalah suatu perasaan menyenangkan yang ditunjukkan dengan kenikmatan, kepuasan, kenyamanan, kegembiraan atau emosi positif yang membuat kehidupan menjadi baik dalam kesejahteraan, keamanan atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan. Kebahagiaan merupakan perasaan positif yang dapat membuat pengalaman menyenangkan berupa perasaan senang, damai, termasuk juga di dalamnya kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup serta tidak adanya perasaan tertekan ataupun menderita. Beberapa tanda yang ditemukan pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya yaitu orang yang menghargai dirinya sendiri, optimis, terbuka, dan mampu mengendalikan diri.

Tidak salah sebagai orang tua dan pendidik memberikan penghargaan kepada anak-anak pada saat mereka telah menyelesaikan proses yang sulit di setiap jenjang pendidikan dan telah melalui masa golden age yang hanya terjadi satu kali dalam kehidupan manusia. Setelah anak-anak melalui setiap jenjangnya terdapat hubungan positif antar individu satu dengan yang lainnya serta tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni menemukan makna dalam apapun yang dilakukan. Selain itu, terdapat sikap optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang masa depan. Hal ini akan tercipta bila sikap optimis yang dimiliki individu bersifat realistis.

*Anggota Majelis Tabligh PWM DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *