Panitia Pusat Muktamar Ke-48 PP ‘Aisyiyah jauh-jauh hari telah merilis logo resmi Muktamar ‘Aisyiyah. Logo tersebut dibuat tidak asal jadi, namun mempunyai filosofi atau makna di baliknya.
Logo Muktamar ‘Aisyiyah terdiri atas beberapa unsur yang saling melengkapi. Yang pertama adalah batik truntum. Batik tuntrum merupakan salah satu motif batik Solo. Motifnya merupakan hasil kreasi Kanjeng Ratu Kencana, Permaisuri dari Sunan Paku Buwana III. Biasanya, batik ini digunakan oleh pengantin perempuan dalam proses perkawinan secara adat.
Kata “truntum” sendiri secara etimologis berasal dari istilah bahasa Jawa, yaitu “teruntum-tuntum” yang berarti tumbuh lagi. Batik truntum punya pola yang sederhana dan motif seperti taburan bunga menyerupai kuntum bunga melati.
“Motif Batik Tuntrum sering dimaknai sebagai lambang kasih sayang, tumbuhnya cinta yang tulus tak bersyarat yang harus dimaknai sebagai sumber keikhlasan dan semangat berbagi yang tak bertepi dalam perjuangan ‘Aisyiyah. Makna lain merupakan simbol dari perjuangan ‘Aisyiyah sebagai penuntun atau panutan yang melahirkan kehidupan perempuan berkemajuan untuk mencerahkan peradaban bangsa”.
Unsur lain di dalam logo Muktamar Ke-48 ‘Aisyiyah adalah Bengawan Solo, sungai kebanggan masyarakat Surakarta, tempat dilaksanakannya Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah pada 23-35 Rabiul Akhir 1444 H bertepatan dengan 18-20 November 2022 M. Selain merepresentasikan tempat, penggunaan unsur bengawan (air) yang punya sifat selalu mengalir ke tempat rendah merupakan bentuk sikap rendah hati manusia.
“Bagi gerakan ‘Aisyiyah, simbol air merupakan sumber inspirasi, sumber kemakmuran, dan sumber manfaat dalam menghadirkan usaha-usaha yang bermisi dakwah dan tajdid. Khusus para pimpinan ‘Aisyiyah perlu meniru sifat air, yang selalu mencari celah terus mengalir meski dihalangi batu, sebagai wujud ghirah perjuangan ‘Aisyiyah yang tidak mengenal lelah melintas waktu dan ruang”.
Baca Juga: Muktamar Ke-37 Yogyakarta, Muktamar Pertama Aisyiyah sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah
Selanjutnya ada unsur bunga matahari atau sang surya, sebagai identitas Muhammadiyah–‘Aisyiyah. Sinarnya memadukan warna hijau dan biru, yang menjadi sumber cahaya pergerakan yang dilandasi al-Quran dan as-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad yang membawa pencerahan.
“Simbol sinar bentuknya dimodifikasi dengan salah satu ornamen/elemen dari Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), simbol sang tokoh pendiri ‘Aisyiyah yang diabadikan sebagai inspirator gerakan perempuan berkemajuan, dan di UMS inilah tempat diselenggarakannya Muktamar Ke-48 ‘Aisyiyah”.
Terakhir, yang tidak kalah penting adalah jenis huruf yang digunakan. Ada dua jenis huruf yang digunakan, yaitu Gotham Bold dan Gotham Book. Jenis Gotham Book digunakan untuk penulisan tema Muktamar yang diletakkan tepat di bawah logo. Tema “Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Semesta” ditulis miring (italic) dengan kombinasi warna biru dan hijau.
Sementara penulisan Muktamar ‘Aisyiyah Ke-48 berikut keterangan tempat dan waktu menggunakan jenis huruf Gotham Bold dengan huruf kecil (lowercase). Maknanya adalah kesetaraan dan kelembutan. “Artinya ‘Aisyiyah dengan nilai Islam Berkemajuan terus menggelorakan keadilan bagi perempuan serta dakwah bil hikmah yang bergerak berkesinambungan di setiap zaman”. (sb)
*unduh logo Muktamar Ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah di sini: Logo Muktamar