Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Siang ini (28/12) Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (MTK PP ‘Aisyiyah) mengadakan Gerakan Perempuan Mengaji bertema “Donor ASI Ditinjau dari Kesehatan dan Agama”.
Adib Sofia, Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, dalam sambutannya menyampaikan, ” ‘Aisyiyah ini Gerakan ASI-nya sudah hampir 100 tahun. Dahulu saat ada kontes bayi sehat di Kongres Minangkabau, banyak harapan dari para dokter bumiputera dan Tionghoa agar kegiatan tersebut dapat menjadi motivasi agar para ibu memberikan asi yang sehat kepada bayi-bayi mereka.”
Ia juga menambahkan bahwa di beberapa kondisi tidak semua ibu bisa memberikan asi untuk anaknya, entah itu karena meninggal, alasan kesehatan, atau apapun itu. “Secara umum, salah satu solusinya adalah dengan mendapatkan donor ASI. Namun dalam Islam, masalah ini tidak sesederhana itu karena menyangkut tentang asesmen, saudara sepersusuan, dan masih banyak lagi.”
Menyambung dari Adib, Mufdlilah menyampaikan bahwa Gerakan ASI Eksklusif perlu didorong kembali. Wakil Rektor Universitas ‘Aisyiyah ini menyampaikan, “Sudah sejak lama ‘Aisyiyah mendorong untuk pemberian asi eksklusif. Apa itu asi eksklusif? ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. ASI bukan hanya sekedar pemberian bahan makanan semata, melainkan juga tentang attachment seorang ibu kepada anaknya. Hal ini juga bagian dari nilai tauhid bahwa anak adalah titipan dari Allah swt untuk dijaga dan diperlakukan dengan sebaik mungkin.”
Baca Juga: Menghadapi Cacar Monyet
Ia juga melanjutkan bahwa dalam al-Qur’an juga ditegaskan bahwa meninggalkan anak dalam kondisi lemah, baik lemah iman maupun fisik sangat dilarang dalam Islam. Jika memang hendak menargetkan Indonesia Emas 2045, maka perlu ada program-program strategis untuk menjamin keberhasilan tujuan tersebut.
Dalam mewujudkan generasi penerus yang lebih kuat, menurut Mufdlilah penting untuk memerhatikan kualitas dan kuantitas ASI yang diberikan kepada bayi. Donor ASI adalah salah satu solusi yang diberikan untuk menjamin agar para bayi bisa mendapatkan ASI untuk masa-masa awal kehidupan mereka.
Donor ASI adalah kegiatan memberikan ASI dari ibu menyusui kepada bayi lain yang membutuhkan. Proses ini dilakukan dengan memastikan bahwa ASI yang didonorkan aman dan layak konsumsi bagi penerima. Namun dalam realisasinya, pengelolaan donor ASI ini belum berjalan secara optimal. Mufdlilah mengungkapkan, “Ada beberapa hal yang menghambat Gerakan ASI Eksklusif ini, mulai dari tingginya konsumsi susu formula, minimnya sosialisasi dan pengawasan, hingga advokasi soal ASI eksklusif itu sendiri di masyarakat.”
Adapun Ruslan Fariadi, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menghimbau masyarakat untuk mendorong konsumsi ASI bagi para bayi. Ia mengatakan, “ASI tidak hanya tanggung jawab para ibu saja, tetapi juga tanggung jawab para ayah. Peran ayah di sini signifikan untuk memastikan agar si ibu tetap sehat secara fisik dan mental sehingga bisa menyusui dengan lancar.” (lsz)