Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – Guna memberikan pemahaman sejak dini tentang tanggap bencana gempa bumi, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 28 Bangkingan Surabaya (MIM Dupan) menggelar simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi pada Jumat (16/12).
Kepala MI Muhammadiyah 28 Surabaya, Rohim menjelaskan, pihak sekolah mengundang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya untuk memberikan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi sejak dini kepada 207 siswa dari kelas satu hingga kelas enam serta penggalangan donasi untuk korban bencana alam.
“Mudah-mudahan dengan kegiatan tersebut para siswa senantiasa tertanam rasa kepedulian, gemar berinfaq yang telah dibiasakan sejak kecil, serta dengan sosialisasi dan simulasi dari BPBD anak-anak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi,” harapnya.
Sebagai pemateri, Staff BPBD Kota Surabaya Rizky Ayu Indrawati Arief menjelaskan, jenis bencana ada tiga, yaitu bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial.
“Bencana alam misalnya banjir, gempa bumi dan lain sebagainya. Bencana non-alam misalnya banjir karena sampah ulah manusia. Dan bencana sosial misalnya kebakaran, tawuran, bertengkar dengan teman dan lain sebagainya,” terangnya.
Baca Juga: Konsep Bencana dalam Al-Quran
Lanjut Rizky Ayu, bencana alam adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam, di mana Indonesia merupakan supermarket bencana karena diapit oleh dua benua. Ia juga menjelaskan beberapa potensi bencana di Surabaya.
“Potensi bencana di Surabaya antara lain gempa bumi, angin puting beliung, banjir ROB atau pasang air laut, serta cuaca ekstrim, sedangkan potensi bencana non-alam di antaranya kebakaran, kecelakaan, epidemi atau pandemi dan konflik sosial,” imbuhnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Kesiapsiagaan BPBD Kota Surabaya, Widyo Nugroho menambahkan simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi sejak dini sangat penting bagi anak SD sehingga bisa mengantisipasi ketika terjadi gempa.
“Para siswa sejak dini harus mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi, bagaimana harus sembunyi dan berlindung di tempat-tempat yang aman seperti di bawah meja atau kursi,” terangnya.
Widyo melanjutkan, jika sejak dini anak sudah mengetahui bagaimana cara berlindung, maka korban bencana gempa bumi bisa diminimalkan. Di negara Jepang, ia mencontohkan, anak sejak PAUD sudah diedukasi bagaimana jika terjadi gempa.
Selanjutnya, Widyo menerangkan bahwa BPBD Kota Surabaya juga berrtugas untuk terus mengedukasi instansi-instansi, baik SD, SMP maupun perusahaan. “Mudah-mudahan dengan kegiatan simulasi dan sosialisasi bencana alam gempa bumi, anak-anak bisa mandiri apabila terjadi bencana alam gempa bumi,” harapnya. (Yuda Panuluh/sb)