AnakKonsultasi Keluarga

Gejala Emosi Datar pada Anak

PERTANYAAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kak ‘Aisy yang saya hormati, saya seorang guru Sekolah Dasar yang ingin berkonsultasi tentang keadaan salah seorang murid saya. Dia adalah seorang anak perempuan berusia sekitar 11 tahun yang duduk di kelas 5. Menurut pengamatan saya, anak tersebut seperti kurang memiliki daya perasaan atau emosi. Di dalam kelas, dia tampak lebih banyak diam mengerjakan pekerjaannya sendiri walau murid-murid lain bekerja sambil berceloteh atau berkelakar.

Suatu ketika, dia sedang membutuhkan suatu alat tulis atau alat belajar yang lain maka dia langsung mengambil kepunyaan temannya tanpa permisi. Saat dimarahi oleh temannya tersebut, dia tampak tidak peduli. Ketika teman-teman kelompoknya sedang mengerjakan tugas kelompok yang saya berikan, teman-temannya berebut untuk mendapatkan teman kelompok sambil saling berceloteh. Akan tetapi, dia hanya secara pelan langsung masuk satu kelompok tanpa permisi.

Demikian juga ketika berada di luar kelas pada waktu istirahat, anak tersebut juga tidak terlihat mau bergabung dengan teman-temannya untuk ikut berkelakar dan bergembira. Dia lebih sering menyendiri dan duduk tanpa ekspresi. Atau ketika dia sedang berada di tengah teman-temannya yang sedang berkelakar, dia diam saja seperti tidak tanggap terhadap situasi kelakar teman-temannya.

Saya juga pernah memanggil orang tuanya untuk menanyakan tentang keadaan anak tersebut. Ayahnya mengatakan bahwa di rumah, anak tersebut juga pendiam, mungkin keturunan dari ibunya karena ibunya juga pendiam. Selain itu, masih menurut ayahnya, anak ini juga tidak punya teman dekat di sekitar tempat tinggalnya.

Kak ‘Aisy yang baik, saya prihatin atas keadaan anak murid saya tersebut. Saya berharap mendapat penjelasan tentang keadaannya serta bagaimana cara membantunya agar anak tersebut dapat bergaul dan bergembira dengan teman-temannya sebagaimana semestinya. Untuk itu, saya menghaturkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ibu Minarsih

JAWABAN

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu Minarsih, terima kasih Ibu telah menjadi guru yang perhatian terhadap keadaan murid. Memperhatikan pemaparan di atas, bisa dikatakan bahwa murid Ibu tersebut mengalami gejala lemah emosi atau keadaan emosi datar. Hal ini adalah keadaan di mana seseorang tidak mampu mengenali dan mengekpresikan emosinya, yang kemudian disebut sebagai gejala alexithymic (lihat Daniel Goleman dalam Emotinal Intelligence, 1996, hlm. 96).

Keadaan emosi datar atau alexithymia adalah keadaan ketidakmampuan seseorang untuk mengenali, menggambarkan, atau menyampaikan keadaan emosinya secara tepat, seperti gelisah, sedih, marah, iba, sayang, senang, dan bahagia. Akibatnya, penderita sering dianggap nirempati atau tidak punya rasa empati, apatis atau tidak peduli, dan terkesan kaku.

Baca Juga: Ingin Mendeteksi Cita-cita Anak dan Upaya Menggapainya

Orang yang menderita emosi datar tidak bisa merasakan kesedihan atau kebahagiaan orang lain karena dia sendiri juga tidak mengerti keadaan emosi dirinya sendiri. Dalam pergaulan, seseorang yang menderita alexithymia terkesan kaku, berbicara dan membahas sesuatu tanpa emosi, berfikir logis, nada bicaranya datar, dan kesulitan untuk merespons emosi orang lain.

Penyebab dari adanya kondisi alexithymia ada beberapa faktor. Pertama, bisa faktor keturunan. Bisa juga faktor trauma pada masa kecil, misalnya karena pengabaian atau pelecehan. Faktor penyebab lainnya bisa terjadi karena gangguan pada fungsi otak, khususnya insula, yaitu bagian otak yang salah satu fungsinya adalah mengatur perasaan. Menderita autisme atau depresi dalam waktu yang lama juga ditengarai dapat menyebabkan alexithymia.

Anak dapat berisiko memiliki emosi datar karena orang tuanya, terutama ibunya, mengalami hal yang sama. Akibat tidak peduli pada perasaan anak, proses pengasuhan yang dilakukan orang tua tidak mengandung proses interaksi sosial berbasis sosial emosional atau hubungan sosial yang berdasar hubungan emosional yang signifikan (lihat: https://www. Alodokter.com.alexithymia/)

Sebagaimana telah dipahami, manusia lahir hanya membawa potensi dasar dari berbagai unsur jiwanya, termasuk kemampuan beremosi, yang harus dikembangkan, bahkan semenjak masih dalam kandungan, melalui hubungan sosial dengan orang tua, terutama ibunya.

Ungkapan rasa kasih sayang yang disampaikan oleh orang tua, terutama ibunya, dalam proses pengasuhan melalui sikap, perilaku, dan kata-kata akan mengembangkan emosi anak, baik dalam bentuk perasaan cinta dan kasih sayang, kagum, bangga, takut, sedih, marah, kecewa, dan jenis perasaan lainnnya. Apabila dalam proses pengasuhan, anak tidak mengalami sentuhan emosional dari orang tua atau pengasuhnya maka potensi-potensi emosional anak tidak bisa berkembang dengan baik.

Proses terapi untuk penderita alexithymia semestinya dilakukan oleh terapis atau psikolog yang akan menggunakan pendekatan terapi yang tepat. Terapi tersebut di antaranya dilakukan dengan melatih anak untuk belajar mengenali macam-macam emosi, baik emosi pada orang lain maupun pada diri sendiri, cara mengekspresikannya dengan tepat, memahami emosi orang lain, cara menanggapi emosi, serta cara mengendalikannya.

Sebagai langkah awal, orang tua sebagai pendamping yang hampir setiap hari memberi pengasuhan pada anak, maupun anggota keluarga yang lain, bisa melakukan pelatihan secara sederhana sesuai dengan saran dari para psikolog atau terapis yang menangani anak penderita alexithymia. Kondisi anak penderita alexythimia mestinya juga disampaikan oleh orang tuanya kepada pihak sekolah. Dengan demikian, pihak sekolah bisa menyikapi anak dengan tepat.

Demikianlah jawaban dari saya, Ibu Minarsih. Semoga bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh. (Susilaningsih Kuntowijoyo)

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *