Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kamis (21/4), Program Inklusi ‘Aisyiyah mengadakan Konsolidasi Nasional bertajuk “Kepemimpinan Perempuan untuk Peningkatan Akses Kesehatan dan Ekonomi bagi Perempuan Dhuafa Mustadh’afin dengan Pendekatan Inklusif dan Hak Perempuan”. Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah, Tri Hastuti menyampaikan bahwa program ini merupakan langkah ‘Aisyiyah untuk meningkatkan akses perempuan, lebih-lebih yang miskin dan dimiskinkan dengan pendekatan inklusif dan sesuai hak-hak perempuan.
Dalam Konsolidasi Nasional yang berlangsung di Kantor PP ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan 32, Yogyakarta itu, Tri memaparkan beberapa fokus isu dalam Program Inklusi ini, yakni: penguatan kepemimpinan perempuan dan kebijakan di tingkat lokal, penurunan stunting, pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi, pencegahan perkawinan anak, dan pemberdayaan ekonomi.
Menurut Tri, strategi yang digunakan dalam Program Inklusi ini ada 4 (empat). Pertama, penguatan kepemimpinan. Kedua, pemberdayaan. Ketiga, advokasi. Keempat, penguatan kelembagaan. “Semua kelompok masyarakat tidak boleh ditinggalkan. Semua kelompok masyarakat harus mendapatkan akses kesejahteraan,” tegasnya.
Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan Berkemajuan
Dalam kesempatan tersebut, hadir memberikan pengarahan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini. Ia menjelaskan bahwa Program Inklusi ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Australia dan Indoensia, di mana ‘Aisyiyah menjadi bagian di dalamnya. Oleh karena menjadi mitra kerja sama, Noordjannah berharap program ini dapat dimulai dan dijalankan secara bersama dan sungguh-sungguh dengan misi membawakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang lebih luas.
“Program ini perlu dipahami sejak dimulainya kegaiatan-kegiatan yang sudah dikomunikasikan, karena yang namanya program kerja sama basisnya adalah kepercayaan, dengan tujuan untuk membangun tatanan masyarakat yang tidak diskriminatif, inklusif, dan berpihak kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, yakni saudara-saudara kita yang dhuafa mustadhafin, yang lemah dan dilemahkan karena kebijakan-kebijakan yang tidak sensitif kepada mereka,” papar Noordjannah yang hadir secara daring.
Ia melanjutkan, secara legalitas atau regulasi organisasi, Program Inklusi ini sesuai dengan kerangka dakwah dan tajdid ‘Aisyiyah untuk menguatkan masyarakat sipil dan umat yang kurang beruntung. Dan untuk mencapai tujuan itu, fokus isu yang digarap berikut strategi-strateginya perlu dipahami secara saksama agar diperoleh persepsi yang sama.
Noordjannah berpesan agar Program Inklusi ini dijalankan dan dikelola dengan baik, mengingat ‘Aisyiyah dipercaya untuk menjadi mitra kerja sama. Selain itu, karena sudah dilegalkan oleh ‘Aisyiyah, maka program ini menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawab organisasi. Ia mengingatkan kembali bahwa ‘Aisyiyah punya tradisi dan kultur bersungguh-sungguh, pengkhidmatan, dan keikhlasan. “Nilai spiritualitas ini yang perlu dijaga di dalam menjalankan program ini,” kata dia.
Isu yang menjadi fokus dalam Program Inklusi ini, ujar Noordjannah menambahkan, adalah isu yang aktual dan kontemporer. Pemilihan isu itu bukan tanpa landasan. Menurutnya, arah dakwah ‘Aisyiyah tidak boleh tidak jelas, tetapi harus konkret dengan misi untuk menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan dan keumatan.
“Dalam konteks inklusif, semua pihak harus diperhatikan dan mendapatkan hak-haknya. Tanpa mendiskriminasikan, dinomorduakan, dan sebagainya. Inklusif ini harus menjadi isu yang harus diperhatikan ‘Aisyiyah,” imbuhnya. Terakhir, Noordjannah berpesan agar jangan sampai program ini terlepas dari pijakan nilai ‘Aisyiyah. (sb)
5 Comments