Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) PP ‘Aisyiyah berlangsung di University Club Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Sabtu (19/8). Rakernas ini mengusung tema “Inklusi Dakwah Ekonomi Perempuan Berkemajuan”.
Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PP ‘Aisyiyah, Utik Bidayati menyampaikan, melalui tema tersebut, ‘Aisyiyah ingin menegaskan bahwa perempuan punya tanggung jawab untuk memberdayakan perempuan, khususnya dalam konteks ekonomi.
Tanggung jawab itu, kata dia, perlu diantisipasi dan dilaksanakan dengan baik. “Kita menyadari bahwa akhir-akhir ini begitu banyak permasalahan ekonomi, terutama di dalam kaitannya dengan keuangan yang menimpa masyarakat kita,” terang Utik.
Utik mengatakan, saat ini peluang untuk meningkatkan derajat perekonomian perempuan memang banyak, tetapi tantangan yang mesti dihadapi juga makin banyak. Dalam konteks itulah, menurut dia, literasi keuangan menjadi bagian dari upaya ‘Aisyiyah membangun perempuan yang berdaya secara ekonomi.
Lebih lanjut, Utik menyampaikan bahwa MEK PP ‘Aisyiyah periode Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah punya empat program utama, yaitu pengembangan UMKM, koperasi dan lembaga keuangan mikro, penguatan ketahanan pangan, dan melindungi pekerja informal dan migran purna. “Kita berharap Rakernas bisa menghasilkan program-program yang akan kita selenggarakan dalam lima tahun ke depan,” pungkas dia.
Baca Juga: Literasi Digital Tingkatkan Keberdayaan Ekonomi Perempuan
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah yang hadir secara langsung dalam Rakernas tersebut menegaskan bahwa MEK punya tanggung jawab untuk menggerakkan ekonomi melalui amal usaha dan gerakan ekonomi bagi warganya sendiri. Tujuannya tidak lain adalah agar warga ‘Aisyiyah bisa mandiri secara ekonomi.
‘Aisyiyah, ungkap Bayin, sudah banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. “Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat signifikan, dan ‘Aisyiyah menjadi salah satu pihak yang berkontribusi,” ujarnya.
Meskipun begitu, Bayin tidak menampik fakta bahwa masih banyak perempuan yang berada dalam kondisi kurang berdaya. Di antara faktor utamanya, merujuk ke data UN Women, adalah adanya diskriminasi dalam pasar tenaga kerja, baik diskriminasi dalam bentuk akses, nominal upah, dan sebagainya.
Kondisi itulah yang menurut Bayin perlu mendapat perhatian lebih dari MEK. Dengan bacaan basmalah, ia membuka Rakernas MEK PP ‘Aisyiyah ini dengan harapan kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan menghasilkan keputusan-keputusan yang bernas dan bisa segera diimplementasikan di seluruh wilayah di Indonesia. (sb)