Siak, Suara ‘Aisyiyah – Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dengan nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Pemanfaatan ekosistem mangrove yaitu dalam bentuk fungsi-fungsi ekologi yang cukup penting, seperti pengendali terhadap erosi pantai, stabilisasi sedimen dan perangkap sampah, perlindungan bagi terumbu karang dan lahan di wilayah pantai, suplai detritus, perkembangbiakan ikan, dan kepiting serta kehidupan liar yang bernilai ekonomi.
Dalam rangka menjaga ekosistem mangrove di Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Riau melibatkan mahasiswa Biologi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) melakukan penanaman mangrove dengan sistem pola asuh. Sebagaimana yang diutarakan Wirdati Irma, Ketua LLHPB PWA Riau sekaligus dosen Biologi UMRI pada webinar bertajuk “Rehabilitasi dan Fakta Mangrove sebagai Penyangga Kehidupan”, Selasa (16/2).
Dalam webinar yang diikuti peserta berjumlah tidak kurang dari 160 itu, Wirdati yang juga merupakan Sekretaris MLH PWM Riau itu mengatakan bahwa mahasiswa masing-masing menanam minimal 2 batang mangrove. “Namun kenyataannya mereka menanam lebih dari 10 batang yang nantinya akan diasuh oleh masyarakat di lokasi mangrove,” tuturnya.
Baca Juga: Menjaga Kelestarian Lingkungan Berbasis Etika dan Pendidikan
Lanjut dia, mangrove yang dilihat secara umum dari luar kelihatan baik dan rapat, namun pada kenyataannya ketika masuk sedikit ke dalam pada hutan mangrove, ternyata sudah mengalami kerusakan.
“Kelihatan bahwa di dalam hutan mangrove kondisi mangrove yang kosong dari hutan mangrove di beberapa tempat. Padahal jika mangrove ini baik pertumbuhannya maka dapat menyimpan karbon lebih banyak dari hutan tropis daratan. Kita tahu bahwa hutan mangrove yang ada di Riau merupakan hutan mangrove yang terbesar di Sumatera, salah satunya ada di Kabupaten Siak,” ujar Wirdati.
Menurut dia, webinar ini memberikan penyadaran kepada generasi muda dalam hal ini mahasiswa untuk lebih peduli kepada lingkungan terutama hutan mangrove. Karena pemudalah yang mempunyai kekuatan lebih dan kreatifitas yang tinggi terbiasa dengan teknologi yang mereka kuasai dapat menjadikan mangrove sebagai aset luar biasa bagi penopang kehidupan.
Dia menegaskan, saat ini perubahan iklim semakin ekstrim, mangrove dapat menyumbang penyebab perubahan iklim jika tidak dikelola denga baik. “Sementara program SDG’s yakni perubahan iklim yang keras disuarakan salah satu dari 17 programnya, mangrove menjadi kunci dalam perubahan iklim tersebut. Tugas mahasiswa harapan bangsa untuk dapat bersahabat dengan mangrove sehingga menunjang pelestarian lingkungan,”tutupnya. (Iwan Abdul Gani/sb)