Oleh: Syifa Rosyiana Dewi
Agaknya tak aneh bila fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) menjadi sebagai semboyan penting dalam gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Lantaran dari spirit itu pula, nyatanya banyak bermunculan gerakan yang menjadi tonggak pengkhidmatan para kader ‘Aisyiyah di tengah masyarakat. Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah adalah salah satunya.
***
Bermula dari imbauan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah untuk mengembangan Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah (GLHA), ‘Aisyiyah Kediri berinisiatif membuat lumbung hidup terpusat sejak tahun 2020 melalui keberadaan pusat pembibitan atau biasa disebut ‘Bibit Centre’ yang terletak di PCA Gurah.
Menurut Hilda Lu’lu’in Nanda Alfira Devu, Ketua Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah (GLHA) PDA Kediri, adanya lumbung hidup terpusat tersebut berkat gotong royong dari seluruh Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah se-Kediri. Masing-masing menyumbang bibit tanaman sehingga pusat pembibitan dapat berfungsi menjadi bank bibit.
Selanjutnya, bibit tersebut diberikan gratis bagi PCA yang ingin menanamnya. Adapun hasilnya dapat dimanfaatkan untuk sedekah mingguan yang dilakukan setiap hari Jum’at. Hasil lainnya juga dibagikan dalam bentuk sedekah Jumat berkah atau program sayur cantelan bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan pengajian di hari Jumat.
Tidak berhenti di situ, ‘Aisyiyah Kediri juga berkolaborasi dengan pemerintah, seperti Dinas Pertanian sehingga mendapat dukungan berupa pemberian bibit. Selain itu, kolaborasi dengan Dinas Peternakan maupun Dinas Pertanian juga menghasilkan kerjasama dalam bentuk pelatihan budidaya pertanian maupun pengelolaan peternakan.
Kini, PDA Kediri bahkan juga sedang merintis startup layanan edukasi pertanian. Lu’lu’in berharap, kebun bibit bukan saja mendapatkan income dari hasil pembibitan, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk edukasi maupun layanan terkait lainnya.
Program pun terus berkembang, sehingga muncul program kurmanisasi, yaitu program budidaya kurma bekerja sama dengan komunitas pegiat kurma dari Pasuruan. Dimulai dari penyelenggaraan pelatihan budidaya kurma hingga study tour langsung ke kebun kurma, “Kami juga mendapatkan pengetahuan tentang olahan kurma selain buah,” lanjutnya.
Dalam menjalankan program yang begitu rupa, Lu’lu’in mengungkapkan, memerlukan sosialisasi hingga koordinasi pada semua pihak terkait hingga ‘Aisyiyah di tingkat ranting. “Kuncinya, kami juga menggunakan media digital untuk mengoptimalkan proses komunikasi,” terang Lu’lu’in.
Ia mencontohkan, PDA ‘menjemput bola’ dengan mengajak ibu-ibu ‘Aisyiyah di ranting mengikuti pelatihan menggunakan media digital, seperti Zoom atau media lainnya sehingga kendala-kendala seperti kesulitan waktu bertemu dapat diatasi dengan media digital ini.
Baca Juga: Kampung Thayyib di Era Global
Ia pun membeberkan ‘kunci’ sukses lainnya, bahwa program dibuat se-fleksibel mungkin sesuai dengan kondisi ranting atau cabang. “Siapa saja bisa terlibat, tentunya warga ‘Aisyiyah mulai dari pengurus, anggota, hingga eksternal ‘Aisyiyah juga bisa diajak untuk berkolaborasi,” papar Lu’lu’in.
Saat ditanya perihal pendanaan, Lu’lu’in menyebutkan bahwa biaya yang dikeluarkan cukup besar. Namun spirit fastabiqul khairat dan gotong royong yang sudah mendarah daging dalam gerakan ‘Aisyiyah membuat pengembangan program ini menjadi lebih ringan.
“Jadi semuanya benar-benar mandiri dengan patungan. Untuk tanahnya, kami mendapat tanah wakaf yang sebenarnya akan dibuat TK namun karena dana belum terkumpul sehingga kita manfaatkan menjadi ‘Kebun Centre’ ini,” jelasnya.
Lokasi pusat pembibitan itu, jelas Lu’lu’in, juga menjadi sentra kegiatan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK). Bukan saja kegiatan bank bibit, tetapi juga diperuntukkan bagi penyelenggaraan kegiatan MEK yang lain, seperti bazar.
“Kami memfasilitasi ibu-ibu ‘Aisyiyah yang bergerak di bidang UMKM untuk mempromosikan produknya melalui bazar yang diadakan di tempat tersebut. Wisuda Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah pun berlangsung pula di sana,” ungkapnya.
Dalam waktu dekat, GLHA Kediri akan mengadakan pula SWA angkatan II dengan spesifikasi olahan pangan dari kebun bibit bekerja sama dengan beberapa dinas terkait. Tidak hanya itu, PDA Kediri juga berencana mengadakan pendampingan bagi TK-TK ‘Aisyiyah agar TK ‘Aisyiyah di Kediri juga memiliki lumbung hidup, khususnya dalam bentuk budikdamber (budidaya ikan dalam ember).
Berkat kerja keras, PDA Kediri telah dua kali menorehkan prestasi: pertama, berhasil menang dalam lomba gerakan lumbung hidup yang diselenggarakan oleh PP ‘Aisyiyah; kedua, mendapatkan penghargaan dalam Milad ke-108 Muhammadiyah. Dana yang didapatkan dari kemenangan dan penghargaan tersebut, beber Lu’lu’in, tentunya akan dipergunakan untuk mengembangkan ‘Bibit Centre’ agar semakin bermanfaat bagi banyak orang. Capaian ini, imbuhnya, juga menambah semangat para kader ‘Aisyiyah Kediri yang tak kenal lelah menebar kebermanfaatan bagi masyarakat.
Ke depannya, Lu’lu’in berharap, program ini bisa terus berlanjut meskipun terdapat pergantian pengurus. Sejauh ini, ungkapnya, GLHA PDA Kediri telah memberikan manfaat kepada 52.000 orang dengan nominal 1 milyar lebih. ‘Aisyiyah Kediri berhadap, gerakan baik ini dapat menginspirasi PDA lainnya agar terus menebarkan manfaat sehingga terwujud Islam rahmatan lil alamin.